Bukan Antartika, Kota Terdingin di Dunia ada di Rusia!

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
10 March 2022 16:35
Yakutsk, Siberia. AP/
Foto: Yakutsk, Siberia. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama ini banyak orang mengira kalau suhu terdingin berada di benua Antartika. Faktanya, tempat terdingin di dunia berada di Rusia, yakni di kota Yakutsk dan Oymyakon. Suhu di kota itu pernah menembus -71,2 derajat celcius.

Mengutip Live Science, suhu di Yakutsk mencapai minus 76 derajat Fahrenheit atau minus 60 derajat Celcius. Beberapa penduduk yakin bahwa mereka pernah mengalami hari-hari yang jauh lebih dingin, tetapi mereka tidak dapat memverifikasinya karena termometer hanya bisa membaca hingga minus 63 derajat celcius.

Selain Yakutsk, Kota Oymyakon yang berpenduduk sekitar 500 orang pernah mencapai suhu dingin minus 71,2 derajat celcius pada tahun 1924. Yakutsk dan Oymyakon bejarak sekitar 928 kilometer dan perjalanan dari Yakuts ke Oymykon memakan waktu sekitar 21 jam.

Jadi mengapa kedua tempat ini begitu dingin hingga menusuk tulang? 

"Siberia sangat dingin karena kombinasi lintang tinggi dan daratan yang begitu luas," kata Alex DeCaria, profesor meteorologi di Millersville University di Pennsylvania.

Temperatur global yang ekstrem cenderung terjadi di seluruh benua karena daratan memanas dan mendingin lebih cepat daripada lautan. Namun di Siberia, lapisan salju dan es membuat kawasan itu tetap dingin dengan memantulkan radiasi matahari yang masuk kembali ke luar angkasa.

Kombinasi faktor-faktor ini telah menyebabkan terciptanya zona tekanan tinggi semi-permanen yang besar. Zona tekanan tinggi itu terbentuk di atas Siberia pada musim dingin, yang dikenal sebagai "Siberian High".

"Tekanan tinggi di atas benua dengan garis lintang tinggi umumnya dikenal memiliki udara yang stabil, kelembapan rendah, dan langit cerah, yang menghasilkan suhu permukaan yang sangat dingin," kata DeCaria kepada Live Science.

Topografi juga berperan menciptakan suhu dingin ekstrem di Yakutsk dan Oymyakon. Kedua kota ini dikelilingi oleh dataran yang lebih tinggi, kata Jouni Räisnen, dosen senior di Institute for Atmospheric and Earth System Research (INAR) di University of Helsinki di Finlandia.

Lalu, mengapa orang masih bertahan tinggal di kota dengan cuaca ekstrem tersebut?

"Karena orang merasa bangga dengan tempat di mana mereka tinggal, apalagi ketika berhasil hidup di tempat yang keras," Cara Ocobock, seorang antropolog biologi dan direktur Laboratorium Energi Manusia di Universitas Notre Dame.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Permata Kerajaan Rusia Bakal Dilelang di Swiss, Mau Beli?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular