CNBC Womenpreneur

Prospek Cerah Bisnis Mainan Edukasi, Untungnya Tak Main-Main!

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Selasa, 01/03/2022 20:19 WIB
Foto: Zam Kids (Dok Zam Kids)

Jakarta, CNBC Indonesia - Masa depan bisnis mainan edukasi diprediksi cerah. Tidak seperti industri fesyen atau kuliner yang jumlah pemainnya bejibun, bisnis mainan edukasi anak belum banyak kompetitor. Dari sisi demand, bisnis ini juga diyakini tidak ada matinya karena target pasar yang segmented dan permintaan yang akan terus ada.

Mainan edukasi juga direkomendasikan oleh ahli karena dapat meningkatkan kemampuan indera, melatih konsentrasi, dan mengembangkan motorik serta keterampilan sosial pada tahap awal perkembangan anak. Hal ini juga sejalan dengan meningkatnya kesadaran dan kekhawatiran di kalangan orang tua tentang perkembangan sosial dan emosional anak mereka.

Salah satu pebisnis dalam negeri yang memproduksi mainan edukasi anak adalah Clarabella Fanizasya yang menggunakan merek Zam Kids. Bella, panggilan akrabnya, terjun di bisnis ini didorong oleh pengalaman pribadinya. Sebelum menjadi pebisnis penuh waktu, ia dan suami sama-sama pekerja kantoran. Selama bekerja, pasangan suami-istri ini menitipkan anak yang masih balita pada neneknya.


Masalah muncul saat Bella menyadari bahwa sang anak mengalami gangguan pertumbuhan. "Anak saya sempat kesulitan menulis saat masuk TK, ternyata karena kurang stimulasi," ujarnya saat berbincang dengan CNBC Indonesia.

Dari riset sana-sini, ia lalu menemukan ada yang disebut mainan edukasi untuk memberikan stimulasi pada kemampuan fungsional anak. Awalnya, Bella membuat sendiri mainan edukasi untuk sang anak. Dari sini, ia mulai coba-coba untuk menjual hasil prakaryanya di marketplace.

Saat mulai menjual mainan edukasi dengan merk Zam Kids pada akhir 2019, Bella sebenarnya sudah menjalankan bisnis sampingan yang menjual perlengkapan bayi. Tak disangka, pertumbuhan Zam Kids sangat pesat dan langsung menyalip cuan dari bisnis perlengkapan bayi yang saat itu sedang lesu.

Raih Omzet Rp 200 Juta Sebulan

Foto: Zam Kids (Dok Zam Kids)
Zam Kids (Dok Zam Kids)

Saat pertama kali merintis Zam Kids, modal yang dikeluarkan Bella tak sampai Rp 1 juta untuk membeli bahan baku seperti toples plastik, pita warna-warni dan pompom. Dua tahun setelahnya, ia berhasil meraih omzet rata-rata Rp 200 juta per bulan.

Dibantu delapan karyawannya, Bella kini menjual sekitar 30 jenis mainan edukasi anak mulai dari busy jar untuk melatih motorik halus dan fokus anak, sampai flash cards untuk melatih kemampuan bicara anak. Beberapa jenis mainan diproduksi sendiri di markas Zam Kids di Bekasi, Jawa Barat.

Pandemi juga nampaknya tidak berdampak buruk pada bisnis mainan. Buktinya, penjualan Zam Kids justru meningkat di awal pandemi.

"Saya lihatnya di awal pandemi banyak orang tua yang bingung cari kegiatan buat anak di rumah, makanya banyak yang cari mainan edukasi," kata dia.

Pasar mainan global diperkirakan memiliki nilai US$ 156,5 miliar pada tahun 2021 dan diprediksi akan meningkat US$ 249,6 Miliar pada tahun 2027 dengan pertumbuhan sebesar 7,50% selama 2022-2027.

Asosiasi Mainan Internasional memprediksi salah satu tren yang akan berlanjut di 2022 adalah mainan sensorik yang melibatkan indera anak. Tren ini salah satunya didorong oleh video-video viral ASMR di platform media sosial TikTok.

Andalkan TikTok untuk Edukasi Masyarakat

Bisnis di era digital memang rasanya tak mungkin tanpa dibantu promosi di media sosial. Terlebih untuk produk yang masih niche seperti mainan edukasi. Zam Kids juga memanfaatkan media sosial TikTok, tak cuma untuk promosi, tapi juga sebagai sarana edukasi calon konsumen. Di platform tempat berbagi video pendek itu, mereka rutin membuat konten untuk menumbuhkan kesadaran orang tua mengenai pentingnya stimulasi agar anak tumbuh sesuai usianya.

Pada awalnya, Bella mengatakan, ia hanya menjual produknya di marketplace. Namun, belakangan ia sadar kalau konsumen yang membeli produk Zam Kids lewat marketplace adalah mereka yang sudah teredukasi. Artinya, konsumen di sana sudah tahu produk yang dibutuhkan sesuai kondisi anak masing-masing. Sementara, faktanya masih banyak orang tua yang belum memahami masalah tumbuh kembang anak.

"Sekarang kan jarang banget orang tua datang ke seminar parenting. Makanya kami akhirnya buat edukasi soal tumbuh kembang anak di TikTok untuk menyasar orang tua yang belum teredukasi. Harapannya kalau ada orang tua lagi scroll di TikTok nyari hiburan, terus nonton video edukasi kami, mereka jadi paham," ujar Bella.

Strategi ini berhasil. Banyak pengguna TikTok yang curhat masalah tumbuh kembang anak mereka di akun Zam Kids. Kebanyakan orang tua menyebut anaknya mengalami speech delay alias keterlambatan bicara. Dari sini, barulah Zam Kids bisa menawarkan mainan edukasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.

Bella juga mengaku rutin membekali diri dengan ilmu seputar tumbuh kembang anak, baik dengan membaca jurnal sampai menghadiri seminar yang diadakan dokter ahli. Dari riset ini, ia berusaha mencari solusi atas masalah tumbuh kembang anak yang sering disampaikan para orang tua di akun TikTok Zam Kids.

"Kalau ada yang terinspirasi ingin bisnis mainan edukasi, jangan fokus di jualannya. Fokus edukasi masyarakat dulu, baru bisa menawarkan produk yang sesuai kebutuhan anak," papar dia. 


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BLACKPINK Comeback! Lagu Baru Bakal Guncang Panggung Dunia