Fakta Menarik Cap Go Meh, Sering Disebut Hari Valentine China

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
15 February 2022 17:25
Warga keturunan Tionghoa melaksankan sembahyang di Vihara Amurva Bhumi, kawasan Karet Semanggi, Jakarta, Jumat (24/1/2020). Ibadah tersebut dalam rangka Tahun Baru Imlek 2571/2020. 


Tahun Baru Imlek selalu menjadi ajang perayaan terbesar bagi etnis Tionghoa, tidak hanya di negara asalnya tapi juga di seluruh dunia salah satunya di Indonesia.



Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting bagi orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh pada hari ke-15.


Perayaan Imlek ini meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Thian dan yang terakhir dilakukan adalah perayaan Cap Go Meh. Tujuan dilakukannya sembahyang tersebut, sebagai rasa terima kasih atau rasa syukur untuk menyambut Tahun Baru.


Salah satu ciri khas dalam setiap perayaan Imlek adalah serba warna merah. Dalam budaya China, warna merah diidentikkan sebagai simbol kebahagiaan, kesehatan dan kemakmuran. 

Warna merah juga dipercaya dapat menangkal roh jahat dan mendatangkan keberuntungan.



Warna merah juga dipercaya dapat mengusir Nian atau sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung yang keluar saat musim semi atau saat tahun baru Imlek.



Perayaan Imlek diyakini amat penting untuk memperoleh keberuntungan di tahun mendatang.


Tahun Baru Imlek sekaligus menandai dimulainya shio baru. Imlek tahun ini adalah shio tikus logam.



Warna merah dalam pakaian yang dikenakan adalah warna keberuntungan orang China. Warna itu dipercaya menakuti roh-roh dan nasib buruk.




Di Vihara Amurva Bhumi juga menampilkan atraksi Barongsai. Pagelaran Barongsai selalu ada setiap perayaan Imlek. 


Menurut kepercayaan orang China kuno, tarian barongsai menjadi cara untuk mengusir setan dan roh jahat. 




angpau juga dipercaya makin memperlancar rezeki di kemudian hari. Membagikan angpau pada saat Imlek berkaitan dengan transfer energi dan kesejahteraan yang juga dipercaya memperlancar rezeki di kemudian hari. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto).
Foto: Warga keturunan Tionghoa melaksankan sembahyang di Vihara Amurva Bhumi, Jl. Prof. DR. Satrio, Karet Semanggi, Jakarta, Jumat (24/1/2020) malam. Ibadah tersebut dalam rangka Tahun Baru Imlek 2571/2020 (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto).

Jakarta, CNBC Indonesia - Cap Go Meh merupakan penutup dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada hari ke-15 setelah Imlek. Menariknya, Cap Go Meh juga sering disebut sebagai Hari Valentine versi China. 

Pada saat Cap Go Meh, di zaman dulu perempuan-perempuan single Tionghoa menuliskan nomor kontak mereka di jeruk mandarin. Kemudian jeruk tersebut dilemparkan ke sungai, laut, danau atau kolam, untuk diambil oleh "seorang pria yang tepat", dengan harapan mereka akan berjodoh. 

Di era digital saat ini, tradisi tersebut mengalami sedikit modernisasi. Alih-alih menulis nomor telepon, wanita-wanita Tionghoa menulis username media sosial mereka di jeruk mandarin. Dengan harapan paling tidak mereka bisa mengenali calon pasangan lewat dunia maya terlebih dahulu. 

Sementara itu, menurut Majalah Prestige, pada zaman kuno, wanita dewasa yang belum menikah tidak diizinkan untuk keluar rumah kecuali pada Cap Go Meh di mana kaisar mewajibkan setiap orang harus membawa lentera dan pergi keluar untuk menipu Dewa Api. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak wanita muda mengambil kesempatan ini untuk pergi ke kuil dengan mengenakan pakaian terbaik mereka, dengan harapan menemukan calon pelamar.

Mengetahui fakta ini, banyak pria muda berkumpul di kuil dengan harapan bisa melihat gadis-gadis cantik ini sekilas. Jika seorang pria muda menemukan wanita yang disukainya, dia akan menyewa seorang mak comblang untuk dirinya.

Menurut cerita rakyat Tiongkok, akan ada dewa, yang sering disebut sebagai Yue Lao, yaitu dewa mak comblang. Dewa ini akan mengikat untaian tali merah di pergelangan kaki mereka yang ditakdirkan untuk bertemu atau saling membantu dengan cara tertentu. 

Saat ini, perempuan Tiongkok bisa bebas keluar rumah sehingga tradisi perjodohan tidak terlalu dibutuhkan lagi. Sebagai gantinya, terbentuk tradisi lain, yaitu melempar jeruk mandarin ke laut, sungai dan danau. 


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular