Kasus Omicron Terus Nanjak, Herd Immunity Tercapai?
Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia akibat varian Omicron kian tak terbendung. Kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan dalam waktu singkat ini lantas menimbulkan berbagai spekulasi mengenai masa depan pandemi pasca Omicron.
Hingga Jumat (11/2/2022), jumlah kasus Covid-19 aktif di Indonesia sebanyak 312.808. Angka ini naik 24.622 dari hari sebelumnya. Pada saat yang sama, tambahan kasus secara total mencapai 40.489 kasus.
Kenaikan jumlah kasus aktif di Indonesia dalam kurun 1 -2 pekan terakhir membuat pemerintah memprediksi kapan puncak gelombang ketiga Covid-19 akan terjadi. Menurut JuruBicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, puncak gelombang ketiga akibat varian Omicron di Indonesia diprediksi terjadi akhir Februari atau awal Maret 2022.
"Kita ingat Delta mencapai 56 ribu membutuhkan setidaknya 3 minggu. Varian omicron saat ini menyentuh 47 ribu turun sedikit 40 ribu tapi sudah angka 40 ribu.Kecepatan penularan harus jadi perhatian kita varian omicron cepat menular walau proporsi angka kesakitan dan kematian jauh lebih rendah," kata Siti Nadiadikutip Sabtu(12/2/2022).
Meski menyebabkan jumlah kasus yang tinggi, kehadiran varian Omicron sejak awal dianggap sebagai sinyal positif terhadap keberlangsungan pandemi. Karena efek sampingnya yang ringan dan nyaris tidak ada, varian Omicron disebut-sebut menjadi sinyal akan berakhirnya pandemi.
Klaim tersebut kini mulai terbukti. Beberapa negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS) kini mulai melonggarkan aturan pembatasan kegiatan dan kewajiban menggunakan masker di ruang terbuka. Hal ini dilakukan karena puncak gelombang ketiga Covid-19 akibat Omicron di sana sudah lewat.
Salah satu negara yang melonggarkan pembatasan dan memilih untuk mulai hidup berdampingan dengan Covid-19 adalah Inggris. Sejak 27 Januari masyarakat Inggris tak diwajibkan memakai masker. Puncak penyebaran Omicron di Inggris sempat menyebabkan munculnya kasus hingga 200 ribu per hari.
Selain Inggris, ada Irlandia yang kini membatalkan pembatasan-pembatasan selama pandemi. Langkah sama juga dilakukan Belanda dan Denmark.
Pelonggaran bisa dilakukan di negara-negara tersebut karena penyebaran Covid-19yang sudah melalui puncak dan angka vaksinasi, termasuk booster, cukup tinggi.Hal ini lantas memicu pertanyaan, apakah teori terbentuknya kekebalan kelompok atauherd immunityakibat Omicron dan pandemi selama 2 tahun terakhir benar-benar akan mengakhiri Covid-19?
Perlu diingat, pada Oktober lalu Wakil Presiden Ma'ruf Amin sempat memperkirakan bahwaherd immunitydi Indonesia akan tercapai pertengahan 2022. Prediksi ini dimiliki Ma'ruf Amin dengan pertimbangan sudah ada 70% masyarakat yang mendapat vaksin dosis lengkap hingga pertengahan tahun ini.
"Diperkirakan masih dibutuhkan tujuh bulan dari sekarang, atau sekitar pertengahan 2022 untuk mencapai cakupan [vaksinasi] 70%," kata Maruf.
Ma'ruf Aminmemandang, untuk mendapatkan herd immunity di akhir tahun, maka kecepatan vaksinasi harus ditingkatkan menjadi 2,5 juta vaksinasi per hari. Pernyataanituberbeda dibandingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam berbagai kesempatan, Jokowi kerap menargetkan herd immunityterbentuk di akhir 2021.
"Semakin banyak yang sudah divaksinasi di seluruh Tanah Air Indonesia sehingga di akhir tahun nanti lebih dari 70% masyarakat sudah divaksinasi," kata Jokowi saat meninjau vaksinasiSeptember lalu.
Pendapat terbaru disampaikanMenteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Menurut Budi, teorikekebalan kelompok sudah tidak relevan dalam kondisi pandemi Covid-19.
"Saya nanya orang ahli epidemiolog mereka bilangherd immunitysudah tidak relevan karena ada hitungannya," kataBudidalam Kompas100 CEO Forum, Kamis (18/11/2021).
Budimenjelaskan, dari perhitungan menggunakan rumus perhitunganherd immunity, ternyata efikasi vaksin terhadap varian delta menurun. Dia menjelaskan R0 (angka reproduksi) potensi penularan penyakit dari Wuhan itu 2-2,5, Spanish flu 1,8, sementara varian delta mencapai 5-8.
"Kalau efikasi vaksin paling tinggi itu 90% kan dengan varian delta jadi tinggal 60%. Jadi bukan bicaraherd immunitytapi bicara imunitas komunal saja," ujarnya.
"Jadiherd immunitytidak relevan lagi, yang penting imunitas komunal. Jadi imunitas komunal ini tambahan imunitas dari orang yang sudah kena ditambah suntikan vaksin,"jelasnya melanjutkan.
(mij/mij)