Internasional

Krisis Populasi, Ribuan Sekolah di Korea Jadi 'Sarang Zombie'

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
07 February 2022 10:45
Korea Selatan membuka kembali kegiatan belajar ditengah pandemi COVID-19. AP/Kim Jun-beom
Foto: Korea Selatan membuka kembali kegiatan belajar ditengah pandemi COVID-19. AP/Kim Jun-beom

Jakarta, CNBC Indonesia - Rendahnya angka kelahiran bayi di Korea Selatan membuat Negeri Ginseng tersebut saat ini mengalami 'krisis generasi muda'. Gara-gara populasi yang menyusut, banyak sekolah di Korea terpaksa tutup permanen karena tidak ada cukup murid. Sebagian sekolah yang telah ditinggalkan kini menjadi 'sarang zombie.' 

Sebuah laporan yang dirilis Insider pada 2021 mengungkap bahwa setidaknya ada 3.700 sekolah di seluruh penjuru Korea Selatan yang telah ditutup dalam kurun waktu 1982 hingga 2016. Ini berarti, ada sekitar 113 sekolah yang tutup setiap tahunnya.

Chung-Il High adalah salah satu dari ribuan sekolah di Negeri Ginseng yang terpaksa ditutup selama empat dekade terakhir karena kekurangan siswa. Sekolah tersebut terletak di Daejon, kota kecil sekitar 140 kilometer dari Seoul.

Dinding bangunan sekolah sudah runtuh, banyak jendela yang pecah, dan fasad bangunan sudah bobrok. Sekolah menengah ini ditutup pada tahun 2005 setelah angkatan terakhir lulus pada tahun 2004. Sekarang, sekolah kosong tersebut menjadi hotspot bagi para pencari petualangan, pemburu hantu, dan penjelajah kota.

Menurut Korea Herald, 62,7% dari bangunan sekolah yang ditutup telah dijual kepada pengembang real estat untuk dirobohkan. Ada juga bangunan sekolah yang dialihfungsikan menjadi museum dan community center. 

Namun, masih ada sekitar 1.350 bangunan sekolah kosong yang masih berdiri tanpa ada yang menggunakannya. Bangunan bekas sekolah yang diabaikan nampak seram dari luar seperti sarang zombie. 

Restrukturasi Perguruan Tinggi

Mengutip Korea JoongAng Daily, Kementerian Pendidikan Korea Selatan pada 2021 lalu telah meminta seluruh universitas yang kesulitan mendapat mahasiswa baru untuk melakukan restrukturisasi administrasi atau bahkan menutup universitas secara permanen.

Menurut catatan Kementerian Pendidikan Korea, total kekurangan siswa di seluruh perguruan tinggi pada 2021 adalah 40.586 mahasiswa, yang 75 persennya berasal dari perguruan tinggi yang terletak di luar Ibu Kota Seoul.

Salah satu bentuk restrukturasi di perguruan tinggi Korea Selatan adalah dengan menggabungkan sumber daya milik universitas, seperti berbagi kelas, profesor dan laboratorium, dan infrastruktur teknologi lainnya.

Hal tersebut sudah diterapkan di Universitas Hanyang yang membuka kelas hologram tentang kecerdasan buatan ke enam universitas lain, termasuk Universitas Eulji di Gyeonggi, Universitas Wanita Kwangju di Gwangju dan Universitas Baekseok di Chungcheong Selatan.

"Krisis perguruan tinggi tidak terbatas pada akademisi, tetapi berdampak pada ekonomi lokal dan nasional. Masalah ini perlu ditangani dengan cepat dan menyeluruh. Universitas akan didorong untuk melakukan reformasi dengan cara yang dapat membantu satu sama lain agar bisa bertahan," kata Kementerian tersebut.

Angka Kelahiran yang Merosot

Pada 2021, Korea Selatan mencatatkan tonggak sejarah baru yang suram. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Korea Selatan di mana jumlah kematian melebihi jumlah kelahiran.

Data dari Bank Dunia menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk tahunan negara itu terus menurun selama 60 tahun terakhir, turun dari angka pertumbuhan 2,96% pada tahun 1961 menjadi 0,13% pada tahun 2020.

Pada 2020, tingkat kelahiran Korea Selatan adalah 0,84 kelahiran per satu wanita. Angka ini turun sangat drastis dibandingkan dengan tingkat kelahiran Negeri Ginseng yang pernah mencapai puncaknya pada tahun 1960 yang saat itu tercatat 6 kelahiran per wanita.

Korea Selatan sekarang memiliki tingkat kelahiran terendah secara global. Alasan utamanya karena generasi milenial menilai beban utang yang besar serta sulitnya mendapat hunian dengan harga terjangkau membuat mereka enggan memulai keluarga.

Untuk mendorong angka kelahiran, pemerintah setempat mulai menawarkan insentif uang tunai bagi keluarga yang mendaftarkan kelahiran anaknya pada 2022.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat Oppa! Angka Pernikahan di Korea Sentuh Level Terendah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular