Ini 18 Penyakit Komorbid yang Boleh Divaksin Covid-19

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
31 January 2022 11:10
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga jenis Pfizer kepada warga saat vaksinasi booster Covid-19 di RSUI, Depok, Jawa Barat, Rabu (12/1/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga jenis Pfizer kepada warga saat vaksinasi booster Covid-19 di RSUI, Depok, Jawa Barat, Rabu (12/1/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Imdonesis - Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) baru-baru ini telah memberikan rekomendasi soal pemberian vaksin Covid-19 pada orang yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid. 

Berdasarkan keterangan resmi yang disampaikan kepada media, dalam rekomendasi tersebut, orang yang memiliki riwayat alergi hingga penyakit paru termasuk dalam kelompok yang boleh menerima vaksin. Namun ada pula yang belum boleh menerima vaksin Covid-19, termasuk mereka yang memiliki riwayat autoimun hingga pasien kanker.

"Rekomendasi disusun spesifik untuk avskin Sinovac, sehingga dapat berubah sesuai dengan perkembangan laporan data uji klinis Sinovac tersebut. Demikian pula dengan vaksin Covid-19 jenis lain," tulis pernyataan resmi dari PB PAPDI. 

Dalam pernyataan resmi, PAPDI mengungkapkan, vaksin Covid-19 bisa diberikan dengan kriteria pada orang dewasa sehat usia 18-59 tahun, menandatangani surat persetujuan (informed consent), dan menyetujui mengikuti aturan dan jadwal imunisasi.

Sementara itu, penyakit penyerta yang layak vaksinasi, seperti:

  1. Reaksi anafilaksis yang bukan akibat vaksinasi Covid-19
  2. Riwayat alergi obat
  3. Riwayat aleri makanan
  4. Asma bronkial (Jika pasien dalam keadaan asma akut, disarankan menunda vaksinasi sampai asma pasien terkontrol baik)
  5. Rhnitis alergi
  6. Urtikaria (Jika tak ada bukti timbulnya urtikaria atau biduran/ruam kulit akibat vaksinasi, maka vaksin layak diberikan. Tapi bila ada bukti urtikaria, maka menjadi keputusan dokter klinis untuk pemberian vaksin. Pemberian antihistamin dianjurkan sebelum dilakukan vaksinasi)
  7. Dermatitis atopi
  8. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) (Pasien dalam kondisi PPOK eksaserbasi akut disarankan menunda vaksinasi sampai kondisi eksaserbasi teratasi)
  9. Tuberkulosis (Pasien TBC, termasuk TB paru, yang dalam masa pengobatan layak mendapat vaksin Covid-19 minimal setelah dua minggu mendapat obat anti-tuberkulosis)
  10. Kanker paru (Pasien kanker paru dalam kemoterapi/terapi target layak mendapat vaksinasi)
  11. Interstitial Lung Disease atau ILD (Bisa mendapatkan vaksin jika dalam kondisi baik dan tidak dalam kondisi akut)
  12. Penyakit hati (Penilaian kebutuhan vaksinasi pada pasien dengan penyakit hati kronis sebaiknya dinilai sejak awal, saat vaksinasi paling efektif/respons vaksinasi optimal. Jika memungkinkan, vaksinasi diberikan sebelum transplantasi hati).
  13. Diabetes Melitus atau DM (Penderita DM tipe 2 terkontrol dan HbA1C di bawah 58 mmol/mol atau 7,5% dapat diberikan vaksin)
  14. HIV (Vaksinasi yang mengandung kuman yang mati/komponen tertentu dari kuman dapat diberikan walaupun CD4200)
  15. Obesitas (Pasien obesitas tanpa komorbid berat bisa mendapatkan vaksin)
  16. Nodul tiroid (Bila tak keganasan tiroid, pasien bisa mendapatkan vaksin)
  17. Pendonor darah (Pendonor darah sebaiknya bebas vaksinasi selama setidaknya 4 minggu, untuk semua jenis vaksin. Jika vaksin Sinovac diberikan dengan jeda 2 minggu antar dosis, maka setelah 6 minggu baru bisa donor kembali)
  18. Penyakit gangguan psikosomatis (Sangat direkomendasikan dilakukan komunikasi, pemberian informasi, dan edukasi yang cukup lugas pada penerima vaksin. Perlu dilakukan identifikasi masalah gangguan psikosomatik, khususnya gangguan ansietas dan depresi. Orang yang sedang mengalami stres (ansietas/depresi) berat, dianjurkan diperbaiki kondisi klinisnya sebelum menerima vaksinasi)

PAPDI juga memberi perhatian khusus terhadap terjadinya Immunization Stress-Related Response (ISRR) yang dapat terjadi sebelum, saat, dan sesudah imunisasi pada orang yang berisiko :

  1. Usia 10-19 tahun
  2. Riwayat terjadi sinkop vaso-vagal
  3. Pengalaman negatif sebelumnya terhadap pemberian suntikan
  4. Terdapat ansietas sebelumnya

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Riset: Vaksin Covid-19 Pengaruhi Siklus Menstruasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular