CNBC Womenpreneur

Gokil, Bisnis Preloved Barang Mewah Bisa Cuan Ratusan Juta

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
28 January 2022 15:55
Pop Up Store Dior Cruise 2019 Hadir Pertama di Jakarta (CNBC Indonesia/Lynda Hasibuan)
Foto: Pop Up Store Dior Cruise 2019 Hadir Pertama di Jakarta (CNBC Indonesia/Lynda Hasibuan)

Jakarta,CNBC Indonesia - Sejak memutuskan berhenti dari pekerjaan kantoran karena mengalami keguguran, Marissa Tumbuan lalu beralih menjadi pebisnis. Kecintaannya pada dunia mode akhirnya membuat Marissa terjun ke bisnis jual beli produk fesyen mewah bekas, atau yang sering disebut luxury preloved.

Sempat dipandang sebelah mata, bisnis ini ternyata makin kinclong di masa pandemi. Marissa, yang ditemui tim CNBC Indonesia saat menggelar bazaar di sebuah mal di Jakarta Utara, menyebut bahwa barang bekas mewah justru naik daun sejak pandemi. Hasrat mengadopsi preloved item semakin meningkat sekalipun harganya naik hingga berkali lipat.

"Penjualan preloved naik meski di tengah pandemi. Trennya semakin menanjak, misal Hermes dan Chanel itu rata-rata harganya semakin naik," ungkapnya di Jakarta, Rabu (26/1/2022).

barang bekas mewah (CNBC Indonesia/ Linda Sari Hasibuan)Foto: CNBC Indonesia/ Linda Sari Hasibuan
barang bekas mewah (CNBC Indonesia/ Linda Sari Hasibuan)


Setidaknya ada empat faktor yang menjadi motivasi konsumen saat memutuskan membeli luxury preloved, yakni harga yang terjangkau, ketersediaan pilihan, keunikan barang, dan aspek sustainability. Dalam beberapa tahun terakhir, memang ada tren kenaikan jumlah konsumen yang beralih membeli produk fesyen bekas. Data Boston Consulting Group (BCG) menyebut bahwa pasar barang mewah bekas memiliki nilai US$ 40 miliar secara global. Dari sebuah survei yang melibatkan 7.000 responden pada 2020, BCG juga mengungkap bahwa pasar barang mewah bekas akan terus naik dalam lima tahun ke depan, dengan kenaikan rata-rata 15-20% per tahun.

Alasan keberlanjutan diyakini sebagai faktor utama yang mendorong kenaikan tren barang bekas mewah dalam tiga tahun terakhir. Menurut data BCG, saat ini 70% konsumen "menyukai aspek berkelanjutan" dari konsumsi barang bekas, dibandingkan tahun 2018 lalu yang hanya 62% konsumen.

Di Indonesia sendiri, Marissa menyebut jumlah penjual yang bergelut di bisnis jual-beli luxury preloved semakin banyak sejak pandemi. Kenaikan tren penjualan barang bekas mewah kemungkinan juga didorong karena kondisi pandemi di mana banyak orang terpaksa menunda rencana liburannya. Mereka lalu mengalokasikan dana liburan pada barang fesyen yang kebanyakan bisa dijual kembali.

Marissa, yang terjun di bisnis ini sejak 2012, awalnya hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut. Seiring pertumbuhan bisnis, ia lalu rutin mengadakan bazaar khusus untuk produk fesyen mewah bekas berbagai merek, mulai dari Dior, Balenciaga, Valentino, Louis Vuitton, Prada, Chanel dan Hermes.

Namun, pandemi memaksa Marissa untuk lebih kreatif berjualan karena ada pembatasan kegiatan sosial. Dia akhirnya berjualan dengan mengadakan sesi Instagram live untuk menjangkau pelanggan yang umumnya datang dari kalangan sosialita dan eksekutif.

barang bekas mewah (CNBC Indonesia/ Linda Sari Hasibuan)Foto: CNBC Indonesia/ Linda Sari Hasibuan
barang bekas mewah (CNBC Indonesia/ Linda Sari Hasibuan)


Produk Apa yang Paling Dicari Konsumen?

Selain tas dan sepatu, Marissa mengatakan bahwa aksesoris seperti gantungan kunci dari merek high-end juga cukup banyak diminati. Marissa pernah menjual gantungan kunci Prada senilai Rp1,5 juta.

Menurutnya, beberapa tipe tas tertentu belakangan ini makin susah dicari dan karenanya harganya pun semakin mahal. "Ada tas Hermes Birkin yang dulu Rp350 juta, sekarang sudah Rp400 juta," ujarnya.

Aksesori seperti kacamata, dompet dan pashmina juga jadi item pelengkap yang dapat memaksimalkan gaya glamour di 2022. Ia memprediksi, beberapa merek yang akan unggul tahun ini adalah Chanel dan Dior. Tas Eropa hingga Amerika, kata Marisa, juga masih tetap diburu pencinta fashion di 2022.

Bisa Menjadi Investasi

Hermes Matte Crocodile Birkin (Luxos.com)Foto: Hermes Matte Crocodile Birkin (Luxos.com)
Hermes Matte Crocodile Birkin (Luxos.com)

Tidak hanya harganya lebih terjangkau, membeli produk fesyen bekas bagi sebagian orang memiliki kepuasan tersendiri. Terlebih ketika berhasil mendapat suatu barang edisi terbatas dengan harga miring.

Tidak hanya itu, beberapa item preloved branded juga bisa dijadikan investasi, seperti tas Hermes misalnya, yang harganya cenderung naik setiap tahun.

"Bisa sekali dijadikan investasi untuk preloved branded karena ada item yang banyak dicari tapi produksinya sudah dihentikan. Untuk barang kolektor yang langka itu bisa lebih tinggi harganya sampai naik 100 persen," papar dia.

Karena itu, tak jarang sebagian konsumen membeli barang mewah dengan tujuan investasi. Dengan pertimbangan bahwa produk fesyen lebih mudah dijual kembali ketimbang properti.

"Dari pada di properti susah liquid, mending di tas."

Tantangan Bisnis Produk Fesyen Mewah Bekas

barang bekas mewah (CNBC Indonesia/ Linda Sari Hasibuan)Foto: CNBC Indonesia/ Linda Sari Hasibuan
barang bekas mewah (CNBC Indonesia/ Linda Sari Hasibuan)

Reputasi penjual adalah segalanya dalam bisnis ini. Produk yang dijual boleh bekas, namun keaslian produk tak bisa ditawar.

Karena itu, Marissa mengaku harus sangat teliti setiap kali membeli item preloved dengan sistem putus. Dia akan mengecek secara teliti baik itu dari bahan, jahitan, nomor seri, authenticity card, dan tag.

Marissa pun membagikan tips membeli preloved branded bagi pemula agar tidak tertipu. Ia menyarankan calon pembeli untuk banyak melakukan riset, misalnya untuk mengetahui berapa harga pasaran dan contoh barang palsu. Selain itu, ia juga merekomendasikan agar calon pembeli rajin bertanya pada penjual barang dan hanya membeli dari yang sudah jelas rekam jejak bisnisnya.

"Hati-hati, banyak penipu di Instagram yang pasang harga jauh di bawah pasaran yang bikin ngiler," papar Marissa.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular