Tak Ada Pesta, Begini Cara Orang Dulu Rayakan Tahun Baru

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
28 December 2021 20:24
Pembeli memilih kembang api di Pasar Asemka, Jakarta, Kamis (16/12/2021). Sejumlah pedagang mengaku omzet penjualan kembang api tersebut menurun hingga 60 persen lebih karena adanya larangan berkerumun dan menggelar perayaan malam Tahun Baru 2022 sebagai pencegahan penyebaran virus COVID-19. Pantauan dilokasi, para pedagang menjajakan berbagai jenis kembang api di sepanjang kolong flyover Pasar Pagi hingga pinggir jalan. Salah satu pedagang, Idris (39) menyebut penjualan kembang api terus menurun pada tahun 2020, 2021 hingga 2022, biasanya 3 minggu sebelum tahun baru pesanan sudah mulai meningkat tapi sekarang belum ada karena ada PPKM dll" jelasnya. 
Para pedagang kembang api lainnya menjajakan barang dagangan mereka menggunakan meja-meja dan dus kembang api. Ada banyak jenis kembang api yang dijajakan di setiap meja jualan mereka.
"Ini lebih dari 20 jenis kembang api dan petasan," kata Idris" tambahnya.
Kembang api berbagai jenis itu dijual dengan harga beragam. Ada jenis pop-pop, gasing, hingga roman candle shot yang bisa menyala di udara.
Pedagang lainnya menjelaskan, setiap kembang api itu dijual dengan harga grosir. Sebab, biasanya para pembeli membeli kembang api untuk dijual lagi.
"Harga buat jual lagi, walaupun kaki lima tapi harga grosir,"
Untuk satu dus kecil kembang api pop-pop menjualnya dengan harga Rp 55.000. Namun, ia pun tetap melayani jika ada pembeli yang membeli eceran.
Kembang api isi 5 bungkus ini Rp 17.000. Harganya beda-beda tergantung jumlah (kembang api) tiap bungkusnya. 
Ditoko lain, penjual kembang api sama seperti pedagang pinggir jalan mengeluhkan sepinya. 
Menurut Herti, "biasanya masuk bulan Desember itu pesanan mulai meningkat, saat ini kita masih kirim-kirim untuk keluar daerah. Jelasnya (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Penjualan Kembang Api Jelang Tahun Baru (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia -- Momen pergantian tahu di era modern saat ini identik dengan pesta meriah yang disemarakkan kembang api, seringkali sampai pagi. Namun, jika Anda hidup 100 tahun lalu misalnya, Anda akan merasakan perayaan yang benar-benar berbeda. Seperti apa sih?

Lebih dari satu abad lalu, orang-orang di Tennessee, Amerika Serikat tidak menganggap tahun baru sebagai sesuatu yang spesial, setidaknya tidak lebih spesial dari perayaan Natal. Di masa itu, perayaan Natal seperti 'Christmas Dance' diselenggarakan sampai Januari. Karena itu, di tanggal 1 Januari, orang-orang masih mengucapkan "Merry Christmas" ke satu sama lain. 

Meski tak meriah, tahun baru tetap menjadi momen liburan yang ditunggu. Namun, perayaannya bukan di malam tahun baru, melainkan keesokan harinya. Di masa lampau, orang-orang kaya dan organisasi penting akan menggelar open house di tanggal 1 Januari. Ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk bersosialisasi sekaligus mencari jodoh. 

Seperti dikutip Visit Knoxville, di pertengahan era 1800-an, gereja-gereja di Amerika menandai malam pergantian tahun dengan membunyikan lonceng. Tepat tengah malam, suara lonceng gereja akan saling bersahut-sahutan menyambut tahun yang baru. 

Beberapa gereja di masa itu juga kerap menggelar acara yang dihadiri jemaat yang umumnya anak-anak muda. Mereka akan berdoa dengan khidmat di dalam gereja sampai pergantian tahun. 


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resep Sederhana Minuman Segar Enak untuk Tahun Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular