
Ai-Da, Robot yang Mampu Menulis Puisi dari Penyair Klasik

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama beberapa dekade, film-film Hollywood seperti The Terminator, i Robot, Westworld, dan Blade Runner mengkontemplasikan gambaran masa depan dengan sistem AI yang digambarkan dengan robot jahat yang hendak menguasai dunia, ketimbang berbuat baik.
Namun, ada hal yang jarang direlasikan dengan AI, yakni dari bidang seni dan puisi. Hal tersebut bukan lagi menjadi hal yang tidak mungkin. Pasalnya, seorang bernama Aidan Meller di Oxford, Inggris, menghabiskan waktunya untuk berkreasi membuat robot bernama Ai-Da.
Dikutip dari CNN International, Ai-Da sendiri adalah seniman robot humanoid ultra-realistis pertama di dunia. Pada Jumat (27/11), robot tersebut menampilkan puisi di depan umum yang ditulis menggunakan algoritmanya untuk menghormati penyair besar Italia, Dante.
Pertunjukan resital tersebut berlangsung di Museum Ashmolean, Universitas Oxford, sebagai bagian dari pameran yang menandai peringatan 700 tahun kematian Dante. Puisi Ai-Da diciptakan sebagai tanggapan sekaligus mengambil inspirasi dari puisi berjudul 'Divine Comedy'.
Dalam menampilkan puisinya, Ai-Da menggunakan algoritmanya untuk mengambil inspirasi dari pola bicara Dante, yang kemudian menggunakan databasenya untuk menciptakan kata-kata dari puisinya.
Meller mengatakan, kemampuan Ai-Da untuk meniru tulisan manusia sangat hebat. Menurutnya, jika orang membacanya, orang tersebut tidak akan tahu bahwa itu tidak ditulis oleh manusia.
"Proyek Ai-Da dikembangkan untuk mengatasi perdebatan tentang etika pengembangan AI lebih lanjut untuk meniru manusia dan perilaku manusia. Akhirnya, kami sadar bahwa teknologi memiliki dampak besar pada semua aspek kehidupan dan kami berusaha memahami seberapa banyak yang dapat dilakukan teknologi ini dan apa yang dapat diajarkannya kepada kami tentang diri kami sendiri," ujarnya.
Meller mengatakan bahwa proyek tersebut telah menunjukkan bagaimana kebiasaan manusia dan cenderung mengulangi tindakan, kata-kata, dan pola perilaku.
"Ai-Da memungkinkan kita untuk mendapatkan wawasan baru tentang pola dan kebiasaan kita sendiri, seperti yang kita lihat dia menirunya secara langsung. di depan kita," tutur Meller.
Meller juga menyadari kekhawatiran atas perkembangan kecerdasan buatan yang semakin maju dan potensi penggunaan algoritma untuk memanipulasi manusia, namun ia mengatakan bahwa teknologi itu sendiri tidak berbahaya.
"Ketakutan terbesar yang seharusnya kita miliki adalah diri kita sendiri dan kemampuan manusia untuk menggunakan teknologi untuk menindas, bukan AI itu sendiri," jelasnya.
Lebih lanjut, Meller beranggapan bahwa Ai-Da dapat menjadi pelopor dalam dunia AI dan apa yang Ai-Da hasilkan dapat mendorong batas-batas apa yang dapat dicapai dalam teknologi dan akan memungkinkan manusia untuk belajar lebih banyak melalui mata robot.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]