
Kenali Lebih Lanjut, Apa Itu Hipospadia & Gejalanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Istilah hipospadia sempat jadi bahan perbincangan beberapa waktu lalu, setelah atlet voli nasional, Sersan Dua Aprilio Managanang didiagnosa mengidap kondisi ini.
Lalu apa sebenarnya Hipospadia? Menurut Centers for Disease Control and Prevention atau CDC di AS, menyebutkan kelainan ini dialami anak laki-laki ditandai dengan pembukaan uretra tidak berada di ujung penis.
CDC juga menuliskan terdapat tiga jenis hipospadia, yaitu:
1. Subcoronal: pembukaan uretra terletak di suatu tempat dekat dengan kepala penis.
2. Midshaft: pembukaan uretra berada di sepanjang batang penis.
3. Penoscrotal: pembukaan uretra terletak di pertemuan penis dan skrotum.
Kondisi tersebut bisa berasal dari mana saja dari tepat ujung penis hingga skrotum. Hal ini terjadi pada minggu ke-8 hingga 14 pada kehamilan.
Namun bayi dengan kondisi ini baru bisa ditemukan setelah lahir dan melakukan pemeriksaan fisik.
CDC menyebutkan ada di AS ditemukan 1 dari kelahiran 200 bayi mengidap kondisi ini. Menjadikan kejadian tersebut umum terjadi, dikutip laman resmi CDC, Rabu (14/4/2021).
Belum diketahui penyebab hipospadia. Sejumlah kasus menyebutkan karena adanya kombinasi gen dan faktor lain, misalnya lingkungan sekitar ibu, apa yang ibu minum dan makan, atau obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan.
Dalam sejumlah penelitian yang dilakukan CDC menemukan sejumlah faktor yang mempengaruhi resiko bayi laki-laki dengan hipospadia. Misalnya usia ibu 35 tahun ke atas dan memiliki obesitas punya resiko melahirkan bayi dengan hipospadia.
Untuk perawatan, CDC menyebutkan tergantung pada kondisi yang dimiliki. Tapi sebagian besar kasus membutuhkan operasi pembedahan.
Jika perlu pembedahan, akan dilakukan saat usia anak berusia 3 hingga 18 bulan. Operasi pembedahan pada sejumlah kasus akan dilakukan secara bertahap.
Tindakan ini akan menempatkan pembukaan uretra di tempat yang benar, memperbaiki lekukan penis dan memperbaiki kulit sekitar uretra.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]