
Gawat! Pemilik Topshop Mau Bangkrut, 13.000 Pegawai Bisa PHK

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan ritel pakaian asal Inggris, Arcadia Group, mengalami masa sulit karena lockdown akibat pandemi virus corona. Tidak hanya itu, persaingan bisnis ritel online yang ketat juga membuat perusahaan itu di ambang kebangkrutan.
Setidaknya akan ada 13.000 pekerja yang terancam kehilangan pekerjaannya.
Kendati demikian perusahaan itu mendapatkan tawaran pinjaman darurat, menurut laporan BBC, Senin (30/11/2020).
"Pemilik ritel kelas atas seperti Topshop, Topman, Dorothy Perkins, Burton, Miss Selfridge, Evans dan Wallis, akan memasuki administrasi dalam beberapa jam," kata BBC melaporkan menurut sumber-sumber senior perusahaan.
Kegagalan itu akan memberikan pukulan telak bagi bos Arcadia, Philip Green, yang reputasinya telah terpukul akibat runtuhnya peritel BHS empat tahun lalu.
Sementara itu, taipan pakaian olahraga Inggris, Mike Ashley, dari Frasers Group mengkonfirmasi pada Senin mereka telah menawarkan pinjaman 50 juta poundsterling (Rp 943 miliar) untuk membantu Arcadia menghindari kebangkrutan.
Namun sumber mengatakan kepada BBC, Arcadia tidak mengantisipasi kesepakatan penyelamatan dari Ashley, yang juga pemilik klub sepak bola Newcastle United.
"Frasers Group mencatat laporan pers baru-baru ini mengenai kemungkinan penyediaan dana darurat kepada Arcadia Group," kata Frasers dalam sebuah pernyataan.
Perusahaan mengonfirmasi, mereka telah membuat penawaran dan memberikan rancangan persyaratan kepada Arcadia untuk pinjaman hingga 50 juta poundsterling dan sekarang menunggu tanggapan yang substantif.
"Jika perusahaan dan upaya Grup Arcadia untuk menyetujui paket pendanaan darurat gagal dan Grup Arcadia masuk ke dalam administrasi (kepailitan), perusahaan akan tertarik untuk berpartisipasi dalam proses penjualan apa pun," kata sumber itu.
Arcadia telah menyatakan pada hari Jumat, bahwa pandemi Covid-19 yang mematikan memiliki dampak material pada kinerja penjualan, karena adanya kebijakan lockdown. Selain itu, Arcadia juga sedang mengerjakan sejumlah opsi kontingensi untuk mengamankan masa depan mereknya.
Sebelumnya pada tahun 2015, Philip Green menjual pengecer BHS hanya dengan 1 poundsterling kepada Dominic Chappell, mantan pengusaha yang bangkrut tanpa pengalaman ritel. BHS kemudian runtuh satu tahun kemudian, mengakibatkan hilangnya 11.000 pekerja dan menyebabkan defisit besar-besaran pada dana pensiunnya.
(wed/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mulai Hari Ini, Daftar Resto dan Kafe yang Diskon Gila-Gilaan