RI Resmi Resesi, Ini 10 Langkah Biar Keuangan Tetap Survive!

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
05 November 2020 12:48
Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 telah membuat puluhan negara masuk ke jurang resesi. Indonesia pun tak luput dari pelemahan ekonomi ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) PDB Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 3,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Ini menjadi kontraksi kedua setelah kuartal sebelumnya output ekonomi tumbuh negatif 5,32% YoY.

Untuk mencegahnya 'ambyarnya' keuangan, Anda perlu mempersiapkan diri dalam menghadapinya situasi . Berikut adalah sejumlah hal yang perlu dihindari dan dilakukan saat resesi mulai melanda.

1. Jangan mengambil utang baru

Jika Anda mempertimbangkan untuk menambah utang di tengah pandemi, ada baiknya untuk tidak melakukannya. Apa lagi jika kondisi keuangan ke depannya sangat tidak pasti dan ada ancaman PHK di depan mata atau penghasilan dipotong karena suatu alasan.

Mengambil utang baru saat resesi merupakan hal yang berisiko dan harus dicermati dengan hati-hati. Dalam skenario terburuk, hal itu bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan.



2. Jangan coba-coba jadi penjamin pinjaman

Jadi penjamin pinjaman harus dihindari. Istilah kerennya jangan menjadi "cosigner". Cosigner adalah seseorang yang mengajukan pinjaman dengan individu lain dan yang secara kontrak setuju untuk melunasi utang jika peminjam lain tidak melakukan pembayaran.

Cosigner menandatangani aplikasi pinjaman dengan peminjam dan secara efektif menjamin pinjaman tersebut.

Hal ini sangat berisiko di masa resesi, mengingat orang yang anda "jamin" mungkin tidak akan dapat mengganti uang Anda karena mereka kehilangan pekerjaan.

3.Jangan meremehkan pekerjaan

Selama masa resesi, banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan di perusahaan besar sekalipun. Dalam hal ini, sebagai pekerja, seseorang perlu untuk meningkatkan kualitasnya. Sehingga saat perusahaan berpikir untuk melakukan PHK, Anda tidak akan masuk dalam daftarnya.

Dari perspektif pemberi kerja, lebih masuk akal untuk mengurangi pekerja marjinal daripada mengurangi jam kerja atau upah untuk karyawan mereka yang lebih produktif. Pastikan Anda bukan pekerja marjinal.

4.Jangan mengambil risiko dengan investasi

Tip ini berlaku untuk pemilik bisnis. Meskipun Anda harus selalu memikirkan masa depan dan berinvestasi dalam menumbuhkan bisnis Anda, pelambatan ekonomi mungkin bukan waktu terbaik untuk membuat taruhan berisiko. Di awal resesi bukanlah waktu yang tepat.

Namun, begitu ekonomi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang berkelanjutan, inilah saatnya untuk mulai berpikir besar ketika harga pembelian modal dan biaya tenaga kerja untuk perekrutan baru rendah.

5.Jangan boros

Tidak perlu benar-benar tidak membelanjakan apapun saat perlambatan ekonomi terjadi. Tapi, sangat penting untuk memberi perhatian ekstra pada pengeluaran dan berhati-hati dalam mengambil risiko yang tidak perlu.

Bahkan di tengah kemerosotan ekonomi yang signifikan, ada banyak langkah positif yang dapat di ambil untuk memperbaiki situasi dan menyelamatkan kehidupan dari resesi. Ini termasuk menerapkan anggaran yang realistis, membentuk dana darurat, dan menghasilkan sumber pendapatan tambahan.

Next ke halaman 2>>>>

6.Tetap fokus

Jika Anda memiliki investasi dan arahnya menunjukkan penurunan dari hari ke hari, maka yang harus dilakukan adalah "tidak panik" apalagi sampai mengambil keputusan yang tanpa persiapan, kata Mitch Goldberg, presiden ClientFirst Strategy di Melville, New York.

Ia menyarankan waktu-waktu seperti ini justru harus membuat investor lebih bersabar dan memiliki pandangan jauh ke depan.

7.Perbaiki diri sendiri

Douglas Boneparth, presiden Bone Fide Wealth, sebuah perusahaan New York yang berfokus pada milenial dan profesional muda, mengatakan bahwa di waktu-waktu kekacauan ekonomi terjadi, justru harus digunakan untuk memperbaiki pribadi.

Misalnya dengan mengetahui apa saja kebutuhan dan hal-hal yang bisa dikesampingkan di masa-masa sulit, serta mensyukuri apa yang ada saat ini.

8.Buat rencana keuangan

Memahami situasi keuangan saat ini adalah hal penting untuk dilakukan, kata Douglas Boneparth, presiden Bone Fide Wealth. Namun, hal yang juga tak kalah penting adalah dengan membuat rencana keuangan yang matang, jelasnya.

Ia juga menyarankan untuk tidak terlalu khawatir soal keadaan saat ini, dan mengingatkan bahwa resesi, penurunan pasar dan koreksi adalah faktor yang harus dipertimbangkan dalam strategi investasi.

9.Menabung

Menabung dan memastikan diri memiliki tabungan adalah hal penting selama masa resesi. Itu dikarenakan kejadian tak terduga seputar ekonomi bisa terjadi begitu saja di saat-saat seperti ini.

Terkait jumlahnya, Boneparth menyarankan agar nilai tabungan mencapai tiga sampai enam kali gaji bulanan, dan bila perlu mencapai enam sampai 12 kali gaji bulanan.

10.Perbanyak investasi pada diri Anda

Perencana keuangan bersertifikat Diahann Lassus, yang juga salah satu pendiri, presiden dan kepala investasi perusahaan manajemen kekayaan Lassus Wherley, mengatakan bahwa di saat-saat resesi terjadi, orang-orang perlu untuk mengembangkan diri dan bersiap.

Misalnya di saat yakin bahwa pekerjaan saat ini dalam posisi yang "tidak aman", maka ada baiknya untuk memperbarui resume, kata Lassus.





(sef/sef) Next Article Tak Peduli Resesi, Orang Kaya Jakarta Masih Antre Belanja LV

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular