Terjadi Gelombang 3 Covid-19, Ada Apa dengan Malaysia?

Muhammad Choirul Umam, CNBC Indonesia
10 October 2020 18:00
A resident collects a food delivery behind barbed wire outside a building under lockdown in downtown Kuala Lumpur, Malaysia, on Tuesday, April 7, 2020. The Malaysian government issued a restricted movement order to the public to help curb the spread of the new coronavirus. The new coronavirus causes mild or moderate symptoms for most people, but for some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness or death. (AP Photo/Vincent Thian)
Foto: Pembatasan Sosial di Malaysia (AP/Vincent Thian)

Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia mengumumkan negaranya tengah memasuki gelombang ketiga COVID-19. Ada 354 kasus baru COVID-19 yang tercatat di Malaysia hingga Jumat (9/10/2020).

Kasus baru di Malaysia tersebut telah menambah jumlah orang terinfeksi di negeri Jiran tersebut menjadi 14.722 kasus, berdasakan data kementerian kesehatan Malaysia. Malaysia berada di peringkat ke 31 di Asia dengan kasus COVID-19 terbanyak.

Di antara kasus baru, dua di antaranya diimpor dan sisanya adalah transmisi lokal, kata kementerian kesehatan seperti dikutip dari Channel News Asia. 

Mayoritas kasus baru, 274 kasus terkait dengan Sabah, dengan infeksi lain yang dilaporkan di Selangor, Kedah, Sarawak, Kuala Lumpur, Pulau Pinang, Johor, Terengganu, Negeri Sembilan, Putrajaya, Perak dan Labuan.

Dilaporkan pula enam kematian baru yang dilaporkan - semuanya warga negara Malaysia dari Sabah - menambah jumlah korban menjadi 152 kematian.

"Kami sekarang telah memasuki gelombang ketiga COVID-19," Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Noor Hisham Abdullah mengatakan dalam sebuah posting Facebook pada hari Kamis.

Dari lebih 300 kasus baru COVID-19 yang dilaporkan, dua di antaranya merupakan kasus impor. Sementara itu kasus baru lain adalah penularan lokal, demikian keterangan Kemenkes Malaysia.

Apa yang terjadi di Malaysia?

Dikutip dari South China Morning Post, pihak Malaysia menyebut lonjakan kasus COVID-19 kembali terjadi karena adanya klaster migran yang tertahan di Sabah. Pada 7 September lalu, Kementerian Kesehatan mencatat 62 kasus yang dilaporkan, tertinggi sejak 4 Juni dari klaster migran Sabah.

Namun, pemilu di Sabah pada 26 September, dan kampanye pemilu sebelumnya, juga dinilai sebagai pemicu gelombang baru COVID-19.

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengakui bahwa pemungutan suara di Sabah adalah faktor lonjakan virus Corona terbaru, tetapi dia juga menilai kegiatan ini tidak dapat dihindari. Namun, tetap saja hal ini menuai banyak komentar dari para kritikus.

Kegiatan kampanye yang dilakukan dinilai telah menyebabkan lonjakan infeksi COVID-19. Salah satunya terlihat dari sebaran gambar di media sosial yang menunjukkan kandidat dan pejabat kampanye terkadang memakai masker di bawah dagu.

Selain itu, 6 kasus kematian COVID-19 baru tercatat di Sabah. Total kematian akibat COVID-19 dilaporkan sebanyak 152 kasus.

 


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asal Usul Reog, Kebudayaan RI yang Mau Diklaim Malaysia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular