Internasional

WHO Warning Kematian Corona, Bisa Tembus 2 Juta Orang

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
26 September 2020 09:02
The logo of the World Health Organization is seen at the WHO headquarters in Geneva, Switzerland, Thursday, June 11, 2009. The World Health Organization held an emergency swine flu meeting Thursday and was likely to declare the first flu pandemic in 41 years as infections climbed in the United States, Europe, Australia, South America and elsewhere. (AP Photo/Anja Niedringhaus)
Foto: Logo World Health Organization (WHO) (AP Photo/Anja Niedringhaus)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah kematian global akibat virus corona telah mendekati 1 juta orang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa bukan tidak mungkin jumlah itu bisa berlipat ganda jika negara-negara tidak bekerja sama untuk menekan penyebaran virus.

"Ini tentu tidak terbayangkan, tetapi bukan tidak mungkin," kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan, dikutip CNBC International Sabtu (26/9/2020).

"Karena jika kita melihat kehilangan 1 juta orang dalam sembilan bulan dan kemudian kita hanya melihat kenyataan mendapatkan vaksin di luar sana dalam sembilan bulan ke depan. Itu adalah tugas besar bagi semua orang yang terlibat."

Mike pun mempertanyakan, dengan prediksi tersebut, apakah setiap negara mampu menekan bertambahnya angka kasus Covid-19 secara kolektif atau tidak. Apalagi banyak yang tidak kompak.

Sejak corona muncul dari Wuhan, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, virus itu telah menginfeksi lebih dari 32 juta di seluruh dunia. Di mana ada per kemarin sudah 983.900 orang meninggal.

Sebenarnya, secara global, tingkat kematian akibat Covid-19 perlahan menurun selama pandemi. Karena, tegas Ryan, para ilmuwan dan pakar kesehatan telah mengambil langkah dalam merawat pasien yang sakit parah melalui penggunaan oksigen dan steroid deksametason di antara terapi lainnya.

Namun, ia menilai, 2 juta atau lebih kematian akibat virus corona dapat dilaporkan sebelum vaksin Covid-19 tersedia secara luas. Apalagi jika para pemimpin dunia tidak menerapkan tindakan penyelamatan nyawa dengan lebih baik dan mengembangkan kerja sama.

"Waktu untuk bertindak sekarang ada pada setiap aspek dari pendekatan strategis ini," katanya.

"Bukan sekedar test dan tracing, bukan sekedar clinical care, bukan sekedar social distancing, bukan sekedar hygiene, bukan sekedar masker, bukan hanya vaksin. Lakukan semuanya. Atau kecuali kita tidak melakukan semuanya, (2 juta kematian) tidak hanya bisa dibayangkan tapi sayangnya itu sangat mungkin terjadi," ungkap Ryan.

Kepala Teknis WHO, Maria Van Kerkhove, mengatakan bahwa beberapa negara di Eropa melaporkan tren kasus yang meningkat. Peningkatan itu sebagian karena pengujian yang lebih baik, tetapi ada juga peningkatan yang mengkhawatirkan dalam rawat inap Covid-19 dan penerimaan unit perawatan intensif, katanya.

Kasus virus corona tumbuh 5% atau lebih dibandingkan dengan minggu lalu, berdasarkan rata-rata tujuh hari untuk memperlancar pelaporan, di Prancis, Jerman, Italia, Rusia, Spanyol, Ukraina, dan Inggris, menurut analisis CNBC data Hopkins per Kamis.

"Kami berada di akhir September, bahkan belum menjelang akhir September, dan kami bahkan belum memulai musim flu kami. Yang kami khawatirkan adalah kemungkinan bahwa tren ini menuju ke arah yang salah," kata Van Kerkhove.

Organisasi kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa bekerja untuk menyediakan vaksin Covid-19 kepada populasi di seluruh dunia melalui fasilitas akses global vaksin Covid-19, atau COVAX. Fasilitas ini bertujuan untuk bekerja sama dengan produsen vaksin untuk melindungi populasi yang paling rentan, seperti orang tua dan petugas kesehatan.

Dr. Bruce Aylward, penasihat senior direktur jenderal mengatakan hingga Jumat ada 159 negara telah berkomitmen untuk bergabung dengan COVAX, tetapi penghitungan akhir bisa jadi lebih dari 170 negara dan ekonomi.

Pemerintahan Trump sebelumnya mengatakan tidak berencana untuk bergabung dengan inisiatif tersebut. Selain itu, Aylward mengatakan pejabat WHO tetap berdiskusi dengan China, yang juga belum bergabung.

"Apakah satu juta orang lagi meninggal karena Covid-19 bukanlah fungsi dari apakah kita memiliki vaksin atau tidak. Ini adalah fungsi dari apakah kita menggunakan alat, pendekatan, dan pengetahuan yang kita miliki saat ini untuk bekerja menyelamatkan nyawa dan mencegah penularan," papar Aylward.



(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Beri Warning Lagi soal Kematian Akibat Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular