Apakah ASI Memiliki Antibodi Penghalau Corona?

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
28 July 2020 16:18
Katrina Javier prepares to breastfeed her 10-day-old twins Rain Nicolai, right, and Rain Nicole at the "Kangaroo Ward" of  the Fabella Maternity Hospital, said to be the largest "baby friendly" hospital in Asia, Wednesday, June 20, 2007 in Manila, Philippines. This government hospital never allows infant formula milk to be introduced and encouraging mothers to breastfeed their babies instead. Health officials ordered the pullout from the market Wednesday of millions of cans of contaminated infant formulas manufactured by the U.S.-based company Wyeth, the first time  that a recall order has been issued in the Philippines for infant formulas due to contamination. (AP Photo/Bullit Marquez)
Foto: Ilustrasi Ibu Menyusui (AP Photo/Bullit Marquez)

Jakarta, CNBC Indonesia - ASI dikenal luas karena banyak manfaatnya untuk kekebalan tubuh bayi dan memerangi infeksi tertentu. Namun, di tengah pandemi Covid-19, hal ini menjadi pertanyaan besar.

Apalagi, terdapat kasus di mana seorang ibu di AS diminati tidak menyusui anaknya. Alasannya karena ia didiagnosa terinfeksi Covid-19.



Hal ini membuat peneliti Rebecca Powell dari sekolah kesehatan Icahn Mount Sinai New York mencoba melakukan penelitian. Penelitian yang ia lakukan, termasuk berbeda, karena tidak melihat antibodi dari darah melainkan dari ASI.

Dari 800 sampel yang diteliti, ia menemukan hasil mengejutkan. Di mana antibodi virus corona ditemukan dalam ASI dari 80% sampel yang ia uji.

"Antibodi dalam ASI sangat sulit dibandingkan dengan yang ditemukan dalam darah, karena mereka dirancang untuk bertahan hidup di usus dan saluran pernapasan bayi untuk membantu menghalau infeksi," kata Powell dikutip dari AsiaOne.

Meski begitu, ia melihat harus ada pengembangan lain dalam pengujian ini. Apalagi, banyak peneliti telah menyoroti bahwa memiliki antibodi dalam ASI tidak selalu menjamin anak-anak pasti kebal corona atau kekebalan itu pasti bertahan lama.


Ini ditambah pula dengan sebuah studi baru-baru ini yang menunjukkan bahwa antibodi virus corona dapat menurun hanya dalam dua bulan setelah infeksi. Ilmuan top AS Anthony Faucy juga sempat meragukan vaksin akan memiliki waktu lama menahan Covid-19.

Sementara Direktur Stanford Health Communication Initiative, Seema Yasmin memberikan peringatan. Ia justru melihat, rasa aman palsu karena penelitian ini.

"Kita berada di masa awal penyakit dan penelitian tentang antibodi dalam ASI, sehingga saya khawatir tentang siapa pun yang mengembangkan serangkaian rasa "aman palsu" tentang menyusui anak mereka," katanya kepada Business Insider.

"(Tentunya( dengan asumsi bahwa anak itu memiliki tingkat perlindungan yang lebih tinggi terhadap Covid-19."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Riset Ini Temukan Satu Kunci Agar Anak Pintar & Sukses

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular