Saat Sri Mulyani Kagumi Sajak Maestro Sapardi Djoko Damono

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
26 July 2020 08:29
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Peluncuran Penjaminan Kredit Modal Kerja UMKM Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (Tangkapan Layar Youtue Kemenkeu)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Peluncuran Penjaminan Kredit Modal Kerja UMKM Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (Tangkapan Layar Youtue Kemenkeu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ternyata menyukai dunia sastra khususnya sajak dan puisi dari almarhum maesto sastra Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Hal itu terungkap dalam unggahan terbarunya di akun resmi Instagramnya, @smindrawati.

[Gambas:Instagram]


"Tribute to
Sapardi Djoko Damono. Yang fana adalah waktu. Itu lah salah satu karya Bapak Sapardi Djoko Damono, seorang pujangga penyair terkenal dan baru saja berpulang pada 19 Juli 2020," kata Sri Mulyani.

Almarhum Bapak Sapardi bukan pujangga biasa. Beliau mampu melahirkan kata-kata dari rasa, kata-kata dari mata, kata-kata dari telinga, kata-kata dari suasana, kata-kata dari kala dan waktu yang tiada teraba. Setiap karyanya memiliki arti yang berbeda bagi setiap insan, ungkapan rasa, pikiran, serta gejolak yang ada di dalam setiap jiwa," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Sri Mulyani mengatakan, meski almarhum Sapardi telah pergi, sajak dan puisinya yang indah dan abadi akan selalu bersama dikenang.

"Poetry Reading Civitas Akademika UI pun memberikan tribute dan mengenang karya Almarhum sore tadi, Sabtu (25/7)," kata Sri Mulyani.

"Saya memilih salah satu karyanya "Terbangnya Burung" (1994) untuk Saya bacakan. Bagi Saya, puisi ini memiliki makna yang dalam mengenai pengabdian keikhlasan dan ketulusan, suatu hal yang hanya bisa tercapai apabila manusia telah selesai dengan dirinya sendiri.

Bunyi puisi itu demikian:

terbangnya burung

hanya bisa dijelaskan

dengan bahasa batu

bahkan cericitnya

yang rajin memanggil fajar

yang suka menyapa hujan

yang melukis sayap kupu-kupu

yang menaruh embun di daun

yang menggoda kelopak bunga

yang paham gelagat cuaca

hanya bisa disadur

ke dalam bahasa batu

yang tak berkosa kata

dan tak bernahu

lebis luas dari fajar

lebih dalam dari langit

lebih pasti dari makna

sudah usai sebelum dimulai

dan sepenuhnya abadi

Sri Mulyani, mengatakan, di dalam posisi dan peran apapun, apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, keikhlasan pengabdian dan ketulusan terasa begitu utama dan penting.

"Yang fana adalah waktu.. apa maknanya bagimu?"

Almarhum Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu 19 Juli 2020 dalam usia 80 tahun. Menurut informasi, Sapardi meninggal di EKA Hospital BSD, Tangerang Selatan. Sapardi, sejak 1974, mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, dan sempat ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999 setelah sebelumnya diangkat sebagai guru besar.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 6.000 Peserta Siap Ikuti BNI-UI Half Marathon 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular