
Saat Sri Mulyani Kagumi Sajak Maestro Sapardi Djoko Damono

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ternyata menyukai dunia sastra khususnya sajak dan puisi dari almarhum maesto sastra Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Hal itu terungkap dalam unggahan terbarunya di akun resmi Instagramnya, @smindrawati.
"Tribute to Sapardi Djoko Damono. Yang fana adalah waktu. Itu lah salah satu karya Bapak Sapardi Djoko Damono, seorang pujangga penyair terkenal dan baru saja berpulang pada 19 Juli 2020," kata Sri Mulyani.
Almarhum Bapak Sapardi bukan pujangga biasa. Beliau mampu melahirkan kata-kata dari rasa, kata-kata dari mata, kata-kata dari telinga, kata-kata dari suasana, kata-kata dari kala dan waktu yang tiada teraba. Setiap karyanya memiliki arti yang berbeda bagi setiap insan, ungkapan rasa, pikiran, serta gejolak yang ada di dalam setiap jiwa," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Sri Mulyani mengatakan, meski almarhum Sapardi telah pergi, sajak dan puisinya yang indah dan abadi akan selalu bersama dikenang.
"Poetry Reading Civitas Akademika UI pun memberikan tribute dan mengenang karya Almarhum sore tadi, Sabtu (25/7)," kata Sri Mulyani.
"Saya memilih salah satu karyanya "Terbangnya Burung" (1994) untuk Saya bacakan. Bagi Saya, puisi ini memiliki makna yang dalam mengenai pengabdian keikhlasan dan ketulusan, suatu hal yang hanya bisa tercapai apabila manusia telah selesai dengan dirinya sendiri.
Bunyi puisi itu demikian:
terbangnya burung
hanya bisa dijelaskan
dengan bahasa batu
bahkan cericitnya
yang rajin memanggil fajar
yang suka menyapa hujan
yang melukis sayap kupu-kupu
yang menaruh embun di daun
yang menggoda kelopak bunga
yang paham gelagat cuaca
hanya bisa disadur
ke dalam bahasa batu
yang tak berkosa kata
dan tak bernahu
lebis luas dari fajar
lebih dalam dari langit
lebih pasti dari makna
sudah usai sebelum dimulai
dan sepenuhnya abadi
Sri Mulyani, mengatakan, di dalam posisi dan peran apapun, apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, keikhlasan pengabdian dan ketulusan terasa begitu utama dan penting.
"Yang fana adalah waktu.. apa maknanya bagimu?"
Almarhum Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu 19 Juli 2020 dalam usia 80 tahun. Menurut informasi, Sapardi meninggal di EKA Hospital BSD, Tangerang Selatan. Sapardi, sejak 1974, mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, dan sempat ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999 setelah sebelumnya diangkat sebagai guru besar.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 6.000 Peserta Siap Ikuti BNI-UI Half Marathon 2020
