
Saat Kpopers Disanjung Puji karena 'Ganggu' Kampanye Trump

Jakarta, CNBC Indonesia - Penggemar K-pop, termasuk pengguna aplikasi TikTok, melakukan pembelian tiket untuk kampanye pemilihan Presiden AS Donald Trump di Tulsa, Oklahoma. Tapi sayangnya, mereka tidak menghadiri acara tersebut.
Padahal, sebelum acara dilakukan akhir pekan lalu, ketua kampanye Trump men-tweet bahwa terdapat lebih dari satu juta tiket telah meminta. Sayangnya menurut pemadam kebakaran setempat, hanya 6.200 orang yang hadir.
Sebenarnya pihak Trump memang mempromosikan pendaftaran gratis secara daring melalui ponsel. Rencana itu pun meledak di aplikasi TikTok.
Postingan untuk memesan tiket secara massal telah beredar selama berhari-hari, untuk mengumpulkan ratusan ribu penonton di TikTok dan Twitter. Satu video juga mengajak penggemar K-Pop BTS yakni salah satu boyband paling populer di dunia, dengan lebih dari 21 juta pengikut di Twitter untuk berpartisipasi dalam plot tersebut.
Namun sayanya, gayung tak bersambut. "Oh tidak, saya mendaftar untuk rapat umum Trump, dan saya tidak bisa pergi," kata seorang wanita dengan nada sarkastik di video TikTok.
Alexandria Ocasio-Cortez, anggota kongres dari New York, pun memuji para penggemar tersebut. "Kamu baru saja diguncang oleh para remaja di TikTok. Sekutu KPop, kami melihat dan menghargai kontribusi Anda dalam perjuangan untuk keadilan juga," kata Cortez.
Meski begitu Brad Parscale, yang merupakan manajer kampanye Trump menyalahkan para pengunjuk rasa Black Lives Matter. Ia menyebut para pendemo yang saat itu berada di luar Bank of Oklahoma Center di Tulsa memblokade akses orang yang akan hadir serta mengganggu kampanye.
Tindakan para KPopers tersebut, menurut AFP, memperlihatkan tradisi K-pop sebagai fandom yang terlibat secara politis. Hanya dalam sebulan terakhir, penggemar genre pop yang dominan secara global mengkooptasi tagar #WhiteLivesMatter dan membanjirinya dengan citra terkait K-pop untuk menghilangkan tweet rasis.
"K-pop memiliki budaya bertanggung jawab. Penggemar K-pop pada umumnya adalah orang-orang yang berwawasan ke luar, sadar sosial dan K-pop di Amerika Serikat sangat didukung oleh orang-orang kulit berwarna," kata CedarBough Saeji, seorang pakar akademik dari genre yang berbasis di Indiana University.
Superstar K-pop, yang dikenal sebagai idola, diharapkan menjadi panutan. Saeji pun menilai mereka fandom yang bersemangat. Meskipun penggemar sering mengirim hadiah ke idola favorit mereka, namun tak sedikit juga mereka kompak menyumbang sejumlah dana ke badan amal.
Seperti penggemar BTS yang disebut ARMY menyumbang donasi $ 1 juta untuk gerakan Black Lives Matter. Para Army berhasil mengumpulkan uang tersebut dalam waktu 24 jam.
"Lagu-lagu BTS telah berperan dalam memotivasi kami untuk percaya diri dengan diri kami sendiri, untuk bersikap baik kepada orang lain, dan untuk berada di sana untuk satu sama lain," kata Dawnica Nadora, seorang sukarelawan berusia 27 tahun untuk amal AS.
Pada tahun 2018 boyband pembangkit tenaga listrik berbicara kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, mendesak kaum muda untuk terlibat dalam keyakinan mereka sendiri. Saeiji menunjuk ke "pesan positif" di balik aktivisme saat ini dari penggemar.
"K-pop menarik orang yang suka jenis musik ini tetapi juga yang ingin membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik," ujarnya.
Sikap sadar sosial itu ditambah dengan pengetahuan internet membuat fandom K-pop menjadi kekuatan besar.
"Penggemar online setiap saat ... Penyelenggara K-pop terutama di Twitter," kata Saeiji, yang mengatakan pemahaman penggemar tentang algoritma internet membuat mereka menjadi kelompok yang kuat dalam hal pengorganisasian online.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pelaku Industri Musik AS Berharap 'Demam Kpop' Segera Berlalu