Terungkap, Ini Alasan di Balik Jatuhnya Bisnis Kue-kue Artis!

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 September 2019 11:56
Kue Artis Jadi Sekadar Bisnis 'Latah'
Foto: Infografis/ kue Artis, Dulu Viral Kini menghilang/Aristya Rahadian Krisabella
Kue-kue kekinian milik artis ini juga menjadi salah satu korban bisnis latah di Indonesia. Sebelumnya ada Es Kepal Milo yang cepat menyebar dan cepat gulung tikar juga. Kini Indonesia punya bisnis latah es kopi yang menjamur dimana-mana, namun belum bisa dipastikan kapan akan mengikuti jejak para pendahulunya.

Menurut Charlotte, banyak sekali orang Indonesia yang takut ketinggalan kekinian atau bisa disebut FOMO (Fear Of Missing Out). "Jadi mereka langsung lompat ke ranah yang mereka pikir sudah diedukasikan. Mereka ikut momentum yang sudah dibantu karena viral," ujarnya.

Jika membangun usaha dari awal, dibutuhkan waktu yang cukup panjang dan harus menembus sasaran pasar produknya. Namun sekarang, banyak orang yang sudah 'diedukasi' dengan produk-produk kekinian dari perusahaan lain.

"Jadi yang harus dilihat oleh calon pengusaha itu sebenarnya, mereka harus melihat situasi, apakah produk itu memang sedang hype atau tidak, yang memang sesuatu yang bisa diedukasikan, juga secara rasa dan produk yang sama," lanjutnya.

Selanjutnya, walaupun mengikuti bisnis latah karena adanya peluang, tidak serta-merta harus langsung diikuti seutuhnya. Perlu juga dilihat dari hype sisi secara produk, apakah produk tersebut hanya bisa dikonsumsi 1 kali seminggu atau setiap hari. Selain itu dengan adanya aplikasi seperti dompet digital seperti OVO, GoPay, Dana dan lainnya akan sangat membantu pembelian produk.

"Tapi dilihat juga, ini konsumen membeli karena memang senang dengan produknya atau hanya karena iming-iming cashback. Pada saat promosi selesai, secara pemilik toko akan baru tahu siapa konsumen sejati dan apakah produknya diterima dengan baik. Karena sekarang brand loyalty ini belum ada di Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, Charlotte melihat memang ada banyak pebisnis yang ingin cepat mendapat keuntungan tanpa kehilangan momentum, jadi asal masuk pasar yang sudah ada tanpa riset yang mendalam. Padahal kini banyak konsumen yang menginginkan sebuah produk yang dapat memberikan value kepada konsumen.

"Contohnya di luar negeri kebanyakan masyarakatnya sudah paham soal makanan yang akan mereka konsumsi. Misalnya menu ikan, ikannya berasal dari mana, cara masaknya gimana. Bernutrisi tidak. Mereka cenderung lebih perduli dengan apa yang mereka makan. Saya berharap di Indonesia juga bisa seperti ini, tidak asal untung," tukasnya.

[Gambas:Video CNBC]

(gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular