Di Youtube, Ada yang Kaya Berkat Game Lawas & Setengah Mabuk

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 June 2019 10:09
Di Youtube, Ada yang Kaya Berkat Game Lawas & Setengah Mabuk
Mario (REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaran foto hitam putih. Aku coba ingat lagi warna bajumu kala itu...

Lagu Monokrom yang dinyanyikan oleh Tulus tersebut adalah cara lama untuk mengenang masa lalu. Membolak-balik album foto, barang yang sekarang mungkin agak sulit ditemui karena koleksi foto sudah berbentuk digital dan dikoleksi di gawai (gadget).

Ya, melepas kangen pun sekarang bisa menggunakan sarana gawai. Bagi yang punya masa jaya pada dekade 1990-an, tentu akrab dengan akun media sosial seperti Generasi90an atau semacamnya. Akun-akun ini membangunkan memori masa kanak-kanak sampai cinta monyet bagi mereka yang sekarang sudah punya momongan.

Salah satu topik yang menjadi objek favorit (terutama bagi yang sekarang sudah menjadi bapak-bapak) adalah video game lawas alias retro gaming. Nintendo Entertainment System (NES), Super Nintendo, Sega Genesis/Megadrive, sampai Sony Playstation adalah topik bahasan melepas rindu yang kerap muncul di media sosial.

Media sosial memberi ruang bagi mereka yang rindu dengan video game jadul dan ingin berbagi dengan yang lain. Bermunculan lah para retro gamer aka pegiat media sosial seperti James Rolfe (Angry Video Game Nerd/AVGN), Norman Caruso (Gaming Historian), atau Pat Contri (Pat the NES Punk).

Selain menyalurkan hobi, mereka juga menjadikan media sosial sebagai lahan mencari naskah. Hasilnya cukup lukratif, karena mereka memiliki banyak pengikut (follower) dan apa yang mereka unggah pasti 'dimakan' oleh para pecinta retro gaming.


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rolfe yang dikenal sebagai The Nerd bahkan sudah mendirikan perusahaan sendiri bernama Cinemassacre Productions LLC. Saluran Cinemassacre di Youtube memiliki 3.016.092 pelanggan per 23 Juni.

Mengutip naibuzz.com, pemasukan Cinemassacre dari Youtube saja diperkirakan sekitar US$ 2.800 per hari atau sekira Rp 39.55 juta dengan kurs saat ini. Artinya dalam setahun Cinemassace mampu meraup sekitar US$ 1 juta (Rp 14,12 miliar). Bukan jumlah yang sedikit.

Sejatinya Rolfe adalah seorang pembuat dan penggila film, terutama yang bergenre horor. Sejak usia muda, Rolfe sudah membuat film sendiri dengan pelengkapan seadanya.

Namun satu video yang diunggahnya ke Youtube pada 2006 mengubah segalanya. Dengan gaya setengah mabuk (atau mabuk betulan, entah) Rolfe meracau dan mengeluh mengenai sebuah game di konsol NES yaitu Castlevania 2: Simon's Quest. Klip itu awalnya hanya bonus di DVD kompilasi film-film pendek yang dibuatnya, tetapi ternyata jauh lebih populer.

Menyadari banyak yang menyuka konten tersebut, Rolfe pun mulai rutin membuat ulasan game dari berbagai konsol. Ciri khasnya adalah memilih game yang dianggap jelek atau sulit dan me-review dengan gaya meledak-ledak. Kata umpatan yang berjibun mungkin membuat konten buatan Rolfe layak dikonsumsi oleh anak di bawah umur.

Awalnya Rolfe memakai nama panggung Angry Video Game Nerd. Namun karena alasan hak cipta dan game yang di-review tidak hanya terbatas di konsol Nintendo, Rolfe memilih nama AVGN.

Kini episode AVGN sudah berjumlah 169. Selain AVGN, CInemassacre juga berisi konten lain seperti James & Mike Mondays, Board James, sampai Monster Madness (review film horor baru setiap hari selama sebulan penuh pada Oktober).

Kemudian ada nama Norman Caruso si Gaming Historian. Per 23 Juni, saluran Youtube-nya memiliki 609.016 pelanggan.

Saluran Gaming Historian dimulai pada 2008, saat Caruso sedang menjadi mahasiswa sejarah di Elizabeth State University. Kesukaannya terhadap sejarah dan video game membuatnya menggabungkan dua tema tersebut. Voila, lahirlah Gaming Historian.

Saluran ini disambut positif sehingga Caruso berani berhenti sebagai pekerja kantoran pada 2015. Sejak saat itu, saluran Gaming Historian resmi menjadi mata pencarian utamanya, dibantu oleh Kristin sang istri.

Mengutip networthlist.org, nilai kekayaan Caruso mencapai US$ 1,6 juta (Rp 22,6 miliar). Cukup banyak, pantas saja dia berani meninggalkan pekerjaan dan fokus mengembangkan Gaming Historian.

Lalu ada nama Pat Contri, yang dikenal sebagai Pat the NES Punk. Salurannya di Youtube memiliki 239.598 pelanggan per 23 Juni.

Sama seperti AVGN, saluran Contri juga menawarkan review judul-judul game lawas. Namun dengan gaya yang lebih santun dari AVGN, meski tetap menghibur. Saluran Pat The NES Punk sudah berumur lebih dari satu dekade.

Mengutip wired.com, Contri bisa memperoleh pendapatan enam digit alias jutaan dolar AS setahun. Uang itu kebanyakan diperoleh dari monetisasi Youtube.

Contri memang seorang maniak soal retro gaming. Bayangkan, Contri memiliki seluruh game NES yang dirilis di Amerika Utara. Termasuk barang langka seperti Nintendo World Championship 1990, cartridge yang dibuat terbatas untuk keperluan kompetisi. Cartridge tersebut dan dua game langka lainnya disimpan di brankas bank.

Pada 2016, Contri menerbitkan buku Ultimate Nintendo: Guide to the NES Library 1985-1995 yang merupakah hasil jerih payah selama tiga tahun. Penjualan buku itu lumayan sukses, sampai masuk proses cetak kedua dengan total 10.000 kopi.

Berkat media sosial, Rolfe dan kolega berhasil memuaskan dahaga kerinduan para retro gamer berkat konten-konten mereka. Hasilnya sepadan, mereka menjadi orang-orang kaya baru.

Dulu mungkin orang tua para generasi 1990-an sering menghardik anaknya. "Main Nintendo terus, bagaimana bisa kaya!". Well, ternyata bisa kok...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular