
Kecintaan Kepada Dunia Aquascape yang Berawal dari Coba-coba
Fikri Muhammad, CNBC Indonesia
24 February 2019 18:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Aldino Rafiq, seorang aquascaper dari Happy Fish Indonesia, menceritakan awal mula kecintaanya pada dunia aquascape. Ia mengaku sudah suka ikan sejak duduk di bangku taman kanak-kanak. Sampai pada tingkat SMA pada tahun 2008 Aldino kemudian mulai coba-coba membuat aquascape. Walaupun saat itu sempat tertipu oleh penjual di Pasar Ikan Hias Jakarta Timur.
"Gua dulu bisa beli ikan dengan harga 15 ribu padahal harganya hanya 5 ribu untuk jenis Ikan Rasbora Hengeli. Terus gua beli pasir malang seharga Rp 10 ribu - Rp 15 ribu perkilo. Gak tahunya harga satu karung cuma 25 ribu. Ya namanya hobi, awalnya kita masih suka kena sama pedagang," kata Aldino pada CNBC Indonesia di BGM PETSHOP, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Selasa (19/2/2019).
Kecintaan terhadap aquascape pun dibawa Aldino sampai tingkat universitas. Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, dia melatih pemahaman aquascape. Bermodal akuarium berlapis kaca mika dan lampu UV berwarna ungu yang dia bawa dari Jakarta.
Aldino bergabung dengan Komunitas Mahasiswa Aquascape dan Ikan Hias (MAQUA). Saat itu, Aldino rela hidup merana karena uang saku bulanan hampir ludes cuma untuk belanja aquascape.
"Harga tanaman aquascape dulu jauh lebih mahal. Sekalinya beli tanaman bisa sampai 1 juta rupiah. Waktu itu saya rela hanya makan dengan nasi setengah porsi plus telur. Saat itu harganya masih 3 ribu rupiah. Pagi, siang, dan malam hanya makan itu saja," ungkap Aldino sambil tertawa kecil.
Praktik trial and eror adalah metode belajar yang dilakoninya. Melalui forum bernama Indoaquascape ia menemukan kesalahan-kesalahan teknis dan mencoba memperbaikinya.
Buatnya tidak cukup bila hanya belajar pada komunitas kampus saja. Indoaquascape memberikanya kenalan baru yang lebih luas karena jangkauan pergaulanya berskala nasional. Dengan banyaknya para penghobi aquascape yang sudah sepuh di forum tersebut, Aldino selalu meminta pendapat dan masukan atas tiap hasil aquascape yang dia buat. Supaya dirinya bisa terus berkembang.
Akhirnya perjuangan pun terlihat sisi terang. Saat dia dan teman-teman dari komunitas MAQUA mengikuti kontes aquascape bernama Raiser Ikan Hias Cibinong. Mereka mampu menyabet peringkat pertama.
Hal inilah yang membuatnya dirinya terus bersemangat menggeluti aquascape. Bahkan jumlah akuariumnya makin bertambah. Terdapat 6 akuarium yang tertata 3 susun rak di kamar kosnya.
Kemudian setelah lulus kuliah pada tahun 2014, Aldino dan dua temanya berniat untuk mengikuti kontes berskala nasional yang hampir dihadiri seluruh provinsi di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, mereka berburu batu lava di Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat hanya untuk kontes tersebut.
"Gua hunting batu lava pagi-pagi ke Gunung Guntur sama dua teman pakai mobil. Nah, apes, ban mobil pecah di jalan yang hancur. Akhirnya tetep dibawa paksa dan coba didongkrak pakai batu. Setelah itu, izin sama bapak yang jaga pos buat minta batu lava untuk akuarium dan diperbolehkan. Kami minta sampai dua karung saat itu padahal hanya untuk akuarium berukuran 60 centimeter," kata Aldino.
"Saat sampai di kosan, kami melihat-lihat ini batu atau tanah kering? Di lem kok gampang hancur. Ternyata mungkin Lavanya belum mateng banget. Namun setelah itu, kita dekorasi untuk kontes. Nah ternyata karena ada batu itu kami kaget juga karena jadi juara satu se-nasional," ujarnya.
Wendy Kurniawan juga ikut bernostalgia soal awal mula perkenalan dirinya pada aquascape. Saat ditemui CNBC Indonesia di Wisma Mulia, pekan lalu, ia bercerita bahwa dirinya mengenal aquascape saat duduk di bangku kuliah di Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
"Balik ke sekitar 10-12 tahun lalu waktu jaman kuliah di ITB. Di Ciwalk, Bandung dulu tuh ada toko akuarium namanya Gampang Ingat. Toko itu menampilkan display di depanya, aquascape berukuran 3 meter pakai ikan namanya neon cardinal," kata Wendy Kurniawan (34), salah satu pemilik Aquajaya kepada CNBC Indonesia.
"Nah terus saya tertarik kan. Saya coba pelihara itu di akuarium kok warnanya jelek. Akhirnya googling-googling ternyata butuh tanaman. Terus saya coba masukin tanaman. Gaktaunya saya jatuh cintanya sama tanaman," lanjutnya.
Pun Wendy juga sempat mengalami trial and eror. Pelan-pelan ia menikmati proses dan mencermati bahwa menciptakan suasana alam Amazon dan keberlangsungan hidup ikan yang baik di aquascape perlu memerhatikan pH air. Namun hal itu juga tidak mudah seperti yang dia bayangkan. Tetapi dari proses itu munculah kecintaan kepada dunia aquascape.
Simak video terkait Aquascape di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Aquascape, Seni di Akuarium yang Bisa Terjual Miliaran Rupiah
"Gua dulu bisa beli ikan dengan harga 15 ribu padahal harganya hanya 5 ribu untuk jenis Ikan Rasbora Hengeli. Terus gua beli pasir malang seharga Rp 10 ribu - Rp 15 ribu perkilo. Gak tahunya harga satu karung cuma 25 ribu. Ya namanya hobi, awalnya kita masih suka kena sama pedagang," kata Aldino pada CNBC Indonesia di BGM PETSHOP, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Selasa (19/2/2019).
Aldino bergabung dengan Komunitas Mahasiswa Aquascape dan Ikan Hias (MAQUA). Saat itu, Aldino rela hidup merana karena uang saku bulanan hampir ludes cuma untuk belanja aquascape.
"Harga tanaman aquascape dulu jauh lebih mahal. Sekalinya beli tanaman bisa sampai 1 juta rupiah. Waktu itu saya rela hanya makan dengan nasi setengah porsi plus telur. Saat itu harganya masih 3 ribu rupiah. Pagi, siang, dan malam hanya makan itu saja," ungkap Aldino sambil tertawa kecil.
![]() |
Praktik trial and eror adalah metode belajar yang dilakoninya. Melalui forum bernama Indoaquascape ia menemukan kesalahan-kesalahan teknis dan mencoba memperbaikinya.
Buatnya tidak cukup bila hanya belajar pada komunitas kampus saja. Indoaquascape memberikanya kenalan baru yang lebih luas karena jangkauan pergaulanya berskala nasional. Dengan banyaknya para penghobi aquascape yang sudah sepuh di forum tersebut, Aldino selalu meminta pendapat dan masukan atas tiap hasil aquascape yang dia buat. Supaya dirinya bisa terus berkembang.
Akhirnya perjuangan pun terlihat sisi terang. Saat dia dan teman-teman dari komunitas MAQUA mengikuti kontes aquascape bernama Raiser Ikan Hias Cibinong. Mereka mampu menyabet peringkat pertama.
Hal inilah yang membuatnya dirinya terus bersemangat menggeluti aquascape. Bahkan jumlah akuariumnya makin bertambah. Terdapat 6 akuarium yang tertata 3 susun rak di kamar kosnya.
Kemudian setelah lulus kuliah pada tahun 2014, Aldino dan dua temanya berniat untuk mengikuti kontes berskala nasional yang hampir dihadiri seluruh provinsi di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, mereka berburu batu lava di Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat hanya untuk kontes tersebut.
"Gua hunting batu lava pagi-pagi ke Gunung Guntur sama dua teman pakai mobil. Nah, apes, ban mobil pecah di jalan yang hancur. Akhirnya tetep dibawa paksa dan coba didongkrak pakai batu. Setelah itu, izin sama bapak yang jaga pos buat minta batu lava untuk akuarium dan diperbolehkan. Kami minta sampai dua karung saat itu padahal hanya untuk akuarium berukuran 60 centimeter," kata Aldino.
"Saat sampai di kosan, kami melihat-lihat ini batu atau tanah kering? Di lem kok gampang hancur. Ternyata mungkin Lavanya belum mateng banget. Namun setelah itu, kita dekorasi untuk kontes. Nah ternyata karena ada batu itu kami kaget juga karena jadi juara satu se-nasional," ujarnya.
![]() |
Wendy Kurniawan juga ikut bernostalgia soal awal mula perkenalan dirinya pada aquascape. Saat ditemui CNBC Indonesia di Wisma Mulia, pekan lalu, ia bercerita bahwa dirinya mengenal aquascape saat duduk di bangku kuliah di Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
"Balik ke sekitar 10-12 tahun lalu waktu jaman kuliah di ITB. Di Ciwalk, Bandung dulu tuh ada toko akuarium namanya Gampang Ingat. Toko itu menampilkan display di depanya, aquascape berukuran 3 meter pakai ikan namanya neon cardinal," kata Wendy Kurniawan (34), salah satu pemilik Aquajaya kepada CNBC Indonesia.
"Nah terus saya tertarik kan. Saya coba pelihara itu di akuarium kok warnanya jelek. Akhirnya googling-googling ternyata butuh tanaman. Terus saya coba masukin tanaman. Gaktaunya saya jatuh cintanya sama tanaman," lanjutnya.
Pun Wendy juga sempat mengalami trial and eror. Pelan-pelan ia menikmati proses dan mencermati bahwa menciptakan suasana alam Amazon dan keberlangsungan hidup ikan yang baik di aquascape perlu memerhatikan pH air. Namun hal itu juga tidak mudah seperti yang dia bayangkan. Tetapi dari proses itu munculah kecintaan kepada dunia aquascape.
Simak video terkait Aquascape di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Aquascape, Seni di Akuarium yang Bisa Terjual Miliaran Rupiah
Most Popular