
Internasional
Olimpiade 2020 Dapat Lumpuhkan Sistem Kereta Api Tokyo
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 May 2018 16:01

Tokyo, CNBC Indonesia - Sistem kereta bawah tanah Tokyo terkenal karena kebersihan dan efisiensinya, dan juga karena keramaian penumpang di gerbong keretanya. Namun, sebuah studi baru memperingatkan lonjakan pengunjung selama Olimpiade 2020 diperkirakan dapat melumpuhkannya.
Profesor Azuma Taguchi dari Universitas Chuo di Tokyo menggunakan model matematika untuk memprediksi aliran penumpang pada hari H selama Olimpiade Musim Panas berlangsung, ketika sekitar 1,3 juta pendatang kemungkinan akan menyatu dengan delapan juta penumpang reguler di daerah Tokyo dan sekitarnya.
"Kemacetan fatal" bisa terjadi di stasiun terdekat tempat Olimpiade, sementara stasiun transfer utama dan jalur utama bisa lumpuh karena padatnya penumpang.
"Kami akan memperoleh peningkatan 10%-20% jumlah penumpang di stasiun-stasiun transfer utama ketika para penonton bergabung dengan komuter," katanya kepada AFP.
"Setelah kemacetan lalu lintas terjadi, hal itu akan menciptakan antrean panjang yang kemudian akan menghentikan seluruh jaringan," ia memperingatkan.
Taguchi menambahkan solusi yang paling efektif adalah para komuter tetap tinggal di rumah selama jam-jam perjalanan puncak Olimpiade, juga para pekerja mengambil cuti dan bekerja dari jarak jauh atau pulang-pergi pada jam yang berbeda.
Skema serupa juga diterapkan di London selama Olimpiade 2012, ketika banyak warga London memutuskan untuk tinggal di rumah atau mengubah jadwal perjalanan mereka untuk menghindari orang banyak.
Jam-jam sibuk di Tokyo sudah terkenal karena kereta penuh penumpang, dengan staf kereta bawah tanah ditugaskan di sepanjang platform untuk mencegah kecelakaan dan mencegah pintu-pintu perhentian dari pemblokiran oleh komuter yang putus asa.
Taguchi ingin stasiun dekat tempat Olimpiade ditutup selama acara berlangsung sehingga penonton akan berjalan dari stasiun terdekat, atau sampai ke acara lebih awal.
"Kami membutuhkan mentalitas ini, yang menjadikan menunggu dan berjalan sebagai bagian dari sukacita menyaksikan Olimpiade," katanya.
Dia mencontohkan kejuaraan tenis Wimbledon di London, di mana antrean panjang tapi teratur telah menjadi bagian dari pengalaman, tetapi ia juga mengakui bahwa kondisi di Tokyo mungkin tidak kondusif untuk digunakan berjalan dan menunggu sangat lama.
Membuat pengunjung mau "berjalan selama 20 menit selama musim panas dan lembab di Tokyo akan membutuhkan beberapa ide kreatif," katanya.
Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah mempelajari beberapa langkah untuk memastikan transportasi berjalan dengan lancar selama Olimpiade berlangsung, tetapi belum menentukan keputusan akhir.
Mereka berkoordinasi dengan pemerintah kota Tokyo dan pejabat pemerintah Jepang "untuk melakukan manajemen permintaan transportasi (transport demand management/ TDM) skala besar pertama di Jepang," kata juru bicara Kana Enomoto.
"Rencananya perlu kerja sama dari perusahaan, tetapi itu akan memengaruhi kegiatan bisnis dan penjualan mereka, yang berarti itu tidak akan menjadi tugas yang sederhana," katanya.
Uji coba yang melibatkan komuter bepergian untuk bekerja di lain waktu atau tidak sama sekali bisa terjadi secepatnya di tahun ini, karena negara ini bersiap untuk menampung masuknya sejumlah besar pengunjung pada 2019 untuk Piala Dunia rugby.
(prm) Next Article Intip Kemeriahan Upacara Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020
Profesor Azuma Taguchi dari Universitas Chuo di Tokyo menggunakan model matematika untuk memprediksi aliran penumpang pada hari H selama Olimpiade Musim Panas berlangsung, ketika sekitar 1,3 juta pendatang kemungkinan akan menyatu dengan delapan juta penumpang reguler di daerah Tokyo dan sekitarnya.
"Kemacetan fatal" bisa terjadi di stasiun terdekat tempat Olimpiade, sementara stasiun transfer utama dan jalur utama bisa lumpuh karena padatnya penumpang.
"Setelah kemacetan lalu lintas terjadi, hal itu akan menciptakan antrean panjang yang kemudian akan menghentikan seluruh jaringan," ia memperingatkan.
Taguchi menambahkan solusi yang paling efektif adalah para komuter tetap tinggal di rumah selama jam-jam perjalanan puncak Olimpiade, juga para pekerja mengambil cuti dan bekerja dari jarak jauh atau pulang-pergi pada jam yang berbeda.
Skema serupa juga diterapkan di London selama Olimpiade 2012, ketika banyak warga London memutuskan untuk tinggal di rumah atau mengubah jadwal perjalanan mereka untuk menghindari orang banyak.
Jam-jam sibuk di Tokyo sudah terkenal karena kereta penuh penumpang, dengan staf kereta bawah tanah ditugaskan di sepanjang platform untuk mencegah kecelakaan dan mencegah pintu-pintu perhentian dari pemblokiran oleh komuter yang putus asa.
Taguchi ingin stasiun dekat tempat Olimpiade ditutup selama acara berlangsung sehingga penonton akan berjalan dari stasiun terdekat, atau sampai ke acara lebih awal.
"Kami membutuhkan mentalitas ini, yang menjadikan menunggu dan berjalan sebagai bagian dari sukacita menyaksikan Olimpiade," katanya.
Dia mencontohkan kejuaraan tenis Wimbledon di London, di mana antrean panjang tapi teratur telah menjadi bagian dari pengalaman, tetapi ia juga mengakui bahwa kondisi di Tokyo mungkin tidak kondusif untuk digunakan berjalan dan menunggu sangat lama.
Membuat pengunjung mau "berjalan selama 20 menit selama musim panas dan lembab di Tokyo akan membutuhkan beberapa ide kreatif," katanya.
Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah mempelajari beberapa langkah untuk memastikan transportasi berjalan dengan lancar selama Olimpiade berlangsung, tetapi belum menentukan keputusan akhir.
Mereka berkoordinasi dengan pemerintah kota Tokyo dan pejabat pemerintah Jepang "untuk melakukan manajemen permintaan transportasi (transport demand management/ TDM) skala besar pertama di Jepang," kata juru bicara Kana Enomoto.
"Rencananya perlu kerja sama dari perusahaan, tetapi itu akan memengaruhi kegiatan bisnis dan penjualan mereka, yang berarti itu tidak akan menjadi tugas yang sederhana," katanya.
Uji coba yang melibatkan komuter bepergian untuk bekerja di lain waktu atau tidak sama sekali bisa terjadi secepatnya di tahun ini, karena negara ini bersiap untuk menampung masuknya sejumlah besar pengunjung pada 2019 untuk Piala Dunia rugby.
(prm) Next Article Intip Kemeriahan Upacara Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular