
Gerak Harga Emas Pegadaian Hari Ini, Seperti Hilang Arah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas batangan yang dijual di Pegadaian pada Minggu (26/6/2022) seperti kehilangan arah, dengan pergerakan yang variatif antara harga logam mulia jenis biasa, batik, retro dan UBS (PT Untung Bersama Sejahtera).
Secara rata-rata, kenaikan harga semua jenis emas di gerai BUMN tersebut terhitung tipis yakni hanya 0,047%, di mana emas Antam jenis biasa terhitung menguat rata-rata sebesar 1,08%. Emas Antam merupakan emas terpopuler di kalangan masyarakat untuk produk reguler.
Kenaikan tertinggi emas yang dicetak PT Aneka Tambang Tbk tersebut dibukukan emas bersatuan blok besar (50 gram hingga 1 kilogram) yakni sebesar 1,45%. Sebaliknya, kenaikan tertipis dicetak emas satuan 3 gram (sebesar 1,4%).
Hanya saja, emas Antam biasa satuan 1 gram dipatok di harga Rp 1.005.000/gram, alias tak berubah dari posisi harga pada Sabtu. Pergerakan flat tersebut terjadi di semua emas jenis Antam retro dan UBS (baik satuan berapapun) tak mengalami perubahan harga.
Emas Antam retro adalah emas kemasan lama di mana keping emas dan sertifikatnya terpisah. Emas ini terakhir kali diproduksi pada tahun 2018. Emas retro juga menjadi jenis emas Antam yang paling fluktuatif harganya.
Sebaliknya, harga emas Antam Batik justru melemah rata-rata 0,89%. Satuan 1 gram flat dibanderol Rp 1.160.000 per batang sementara satuan 8 gram anjlok 2,66% ke Rp 8,77 juta. Emas Antam batik yang merupakan jenis emas Antam dengan harga termahal.
Reli yang terjadi secara rerata di harga emas anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini relatif sejalan dengan harga emas dunia yang naik 0,46% ke US$ 1.726,46/troy ons pada Jumat kemarin, dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya.
Melansir data Refinitiv, harga emas dunia di pasar spot tersebut naik cukup tajam yakni 1,15% sepanjang pekan ini meski masih terhitung drop 5,27% dalam sebulan dan ambles 4,16% dalam setahun.
Emas dinilai sebagai aset lindung inflasi sehingga dicari saat inflasi melonjak di negara maju. Namun, statusnya sebagai aset lindung teredam oleh kencangnya kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) dan negara Barat.
Kenaikan suku bunga akan membuat dolar AS sehingga emas makin mahal dan menjadi kurang menarik bagi investor non-AS.
Namun demikian, agresivitas bank sentral negara-negara dalam menaikkan suku bunga acuannya untuk memerangi inflasi memicu kenaikan imbal hasil dan kupon obligasi pemerintah. Pemilik modal pun memburu obligasi pemerintah negara maju yang seringkali disetarakan dengan safe haven (aset aman).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Akhir Pekan Berakhir, Harga Emas Antam Kompak 'Mager'