InvesTime

Saham Batu Bara On Fire, Masuk Sekarang atau Nanti?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
13 October 2021 10:23
A loader is seen amid coal piles at a port in Lianyungang, Jiangsu province, China January 25, 2018. REUTERS/Stringer
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dalam beberapa waktu terakhir terus menanjak. Bahkan harganya sudah menyentuh angka US$ 200/ton lebih dan sempat rekor US$ 280/ton, tertinggi sejak 2008.

Kenaikan harga batu bara ini membuat saham emiten baru bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan penguatan signifikan dalam setidaknya sebulan terakhir.

Namun menurut Analis DBS Group, William Simadiputra, mengakumulasi saham emiten batu bara di level saat ini yang tinggi sangat berisiko.

"Kalau untuk saham batu bara bilang akumulate di level sekarang lebih risky. Secara year to date saham batu bara sudah positif out perform. Sesuatu yang jadi upside surprises earning di Q3 dan Q4 dan dividen [sentimennya adalah laporan keuangan emiten di Q3 dan pembagian dividen laba]," jelasnya dalam Investime CNBC Indonesia, Rabu (13/10/2021).

Dia mengatakan investor sebaiknya tidak membeli seluruh saham batu bara, tetapi lebih selektif memilih saham mana yang akan dibeli.

Sementara itu bagi investor yang sudah memiliki saham batu bara, menurutnya keputusan untuk menahan alias hold adalah cukup tepat. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat sentimen penggerak harga batu bara ke depan, apakah ada berita negatif terkait perkembangan negara importir batu bara seperti China, India dan Uni Eropa.

"Sudah punya sahamnya tidak masalah untuk di-hold sampai melihat apakah ada berita negatif yang kebijakan impor China, ada pelemahan permintaan yang harga tinggi di India atau EU," jelasnya.

Negara-negara importir ini harus jadi perhatian dalam aktivitas saat ini. "Apakah negara China masih akan bergantung pada batu bara impor atau meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan energi domestik," ungkap William.

Salah satu yang mungkin jadi risiko harganya untuk pulih adalah China yang berhasil menaikkan produksi batu bara hingga akhir tahun ini.

"Sebagai importir terbesar China masih bergantung batu bara impor. Kami perkirakan musim dingin bukan waktu yang tepat untuk kenaikan produksi," jelasnya.

"China berhasil menaikkan produksi sampai akhir tahun, akselerasi impor tidak sebesar yang diperkirakan. Itu mungkin merupakan risiko harga batu bara sampai akhir tahun ini".

William mengatakan dengan harga tinggi saat ini tidak menghambat pembelian batu bara. Harga tinggi bahkan dia prediksi akan bertahan hingga akhir tahun.

"Jadi bisa dibilang dengan situasi supply yang cukup short, sedangkan demand sedang mengalami seasonally tinggi bisa dibilang harga batu bara yang tinggi bukan merupakan faktor yang akan menghambat pembelian atau eksport Indonesia ke negara tujuan. Harga tinggi bertahan bisa dibilang hingga akhir tahun," kata William.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngebet Borong Saham BUMI-ADRO cs? Waspada 3 Sentimen Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular