InvesTime

Saham Batu Bara 'Ngamuk', Analis: Cicil Jual Dulu Bro-Sis...

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 October 2021 14:52
Aktifitas pekerja saat bongkar muat Batubara yang datang dari Batam di Pelabuhan KCN Cilincing,  Jakarta Utara, Kamis (12/4). Keputusan Menteri ESDM Nomor 1359K/30/MEM/2018 soal harga jual batubara untuk penyediaan tenaga listrik buat kepentingan umum, pemerintah menetapkan harga jual untuk PLTU US$70 per ton.  pemerintah juga menetapkan volume maksimal pembelian batubara untuk pembangkit listrik 100 juta ton per tahun atau sesuai kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik.Jonan menegaskan, penetapan harga jual batubara untuk PLTU agar tarif tenaga listrik tetap terjaga demi melindungi daya beli masyarakat dan industri yang kompetitif. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis listrik melanda negara-negara di dunia, mulai dari Eropa hingga China dan India. Ini terjadi akibat naiknya harga pasokan batu bara saat pasokannya menipis.

Di tengah sentimen krisis energi ini, apakah saat ini waktu yang tepat bagi investor di pasar modal Indonesia melirik saham-saham emiten energi?

Dimas W Pratama, analis PT NH Korindo Sekuritas, mengatakan bahwa memang terjadi kenaikan harga batu bara yang mulai merangkak naik sejak Maret sampai April dan berlanjut hingga bulan ini di tengah krisis energi dunia. 

Selain itu harga batu bara juga masih akan menunggu data ekspansi manufaktur.

"Kalau dilihat data dari China dan Amerika Serikat menunjukkan positif, artinya terjadi peningkatan manufacturing dan produksi. Ini pasti membutuhkan energi. Kalau di Eropa, demand bertambah karena mereka kekurangan pasokan gas, sehingga membuat pemerintah kembali beralih menggunakan batu bara. Ini yang meningkatkan saham-saham batu bara," katanya, dalam program InvesTime CNBC Indonesia, Selasa malam (5/10/2021).

"Pergerakannya baru terjadi signifikan pada akhir September kemarin. Kalau dilihat dari harga komoditas sekarang sudah berada di sekitar US$ 280 per ton, ini sebenarnya sudah cukup tinggi," katanya.

"Jadi bagi investor yang sudah punya saham-saham energi dari akhir September kemarin itu sebaiknya sudah mulai cicil jual untuk mengamankan profit yang sudah diperoleh," katanya.

Telat Masuk

Di sisi lain, Dimas mengatakan investor perlu mengamati perkembangan sektor-sektor lain yakni migas yang memiliki potensi penguatan harga ke depannya.

"Untuk saat ini rotasi saham-saham komoditas sampai akhir tahun mungkin akan sedikit bergeser dari batu bara mungkin akan bergeser ke migas, CPO dan metal, serta gas," katanya.

"Teman-teman perhatikan untuk switching ke saham-saham komoditas lain selain batu bara yang bergerak di IHSG sampai akhir tahun," lanjutnya.

Menurut Dimas, saham-saham dari komoditas batu bara saat ini memang sedang naik, tetapi investor tidak disarankan untuk memasukinya karena sudah telat ketika harga saham batu bara naik.

"Jadi teman-teman yang belum punya sebaiknya tidak perlu masuk ke saham-saham batu bara, tapi bisa switching ke saham-saham sektor energi lain," tukasnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Masih On Fire, Awas Tahun Depan Bisa Drop!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular