Demen Bikin Jantungan, Ini Alasan Kenapa Bitcoin cs Volatil!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
20 May 2021 14:30
FILE PHOTO: Bitcoin (virtual currency) coins placed on Dollar banknotes, next to computer keyboard, are seen in this illustration picture, November 6, 2017.  REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto, termasuk Bitcoin saat ini sedang dilanda nasib yang tak baik, di mana hampir seluruh mata uang kripto pada hari ini berjatuhan, bahkan lebih parah dari perdagangan beberapa hari lalu.

Di kala pasar kripto sedang turun tajam, investor beranggapan bahwa saat inilah waktu yang tepat untuk masuk ke Bitcoin. Namun hal ini perlu diwaspadai oleh investor, mengingat volatilitas Bitcoin masih cukup tinggi dan belum ada katalis positif yang dapat mengangkat kembali harga Bitcoin ke level di atas US$ 40.000 hingga US$ 50.000.

Sebelumnya pada awal tahun hingga April, Bitcoin sempat melesat tinggi, namun kini seperti sedang 'dibanting', yakni drop hingga puluhan persen dan saat ini, sentimen negatif masih mendominasi pasar kripto.

Sentimen negatif tersebut yakni kabar dari China yang menindak lebih tegas kepada lembaga keuangan menggunakan aset kripto untuk keperluan transaksi, seperti transaksi kliring pinjaman, dan penukaran kripto ke mata uang fiat.

Sebelum kabar dari China tersebut, sentimen negatif yang telah hadir lebih awal adalah keputusan CEO Tesla, Elon Musk yang tidak lagi menerima bitcoin sebagai alat pembayaran untuk membeli mobil Tesla.

Selain dari dua sentimen negatif tersebut, volatilitas Bitcoin juga disebabkan oleh tidak sebandingnya antara pasokan yang terbatas dengan permintaan yang terus meningkat, apalagi kripto sendiri tidak diawasi atau dikontrol oleh sang regulator dalam hal ini bank sentral di masing-masing negara.

Saat ini, ada sekitar 18,7 juta koin Bitcoin yang beredar dan sedikit lagi sudah mencapai maksimalnya. Dalam artian, Bitcoin tergolong aset investasi yang langka.

Bitcoin awalnya diperoleh dengan cara menambang, yakni dengan memecahkan suatu algoritma matematika yang tak semua orang bisa melakukannya.

Tak hanya sulitnya memecahkan algoritma, fasilitas pendukung seperti komponen komputer yang memerlukan spec tinggi dan permasalahan koneksi atau sinyal juga menjadi penyebab sulitnya untuk menambang Bitcoin baru.

"Melonjaknya permintaan Bitcoin tidak selalu membuat pasokan Bitcoin berlimpah atau proses penerbitan Bitcoin menjadi lebih cepat dari biasanya," tulis Ria Bhutoria, mantan direktur penelitian untuk Fidelity Digital Assets, dikutip dari CNBC International.

Nilai Bitcoin juga berasal dari jaringannya yang terdesentralisasi. Tidak ada otoritas pusat ataupun pemerintahan yang dapat mengintervensi pergerakan harganya selain dari jumlah demand dan pasokan.

"Tidak ada bank sentral atau pemerintah yang dapat turun tangan untuk mengintervensi pasar dan secara artifisial menaklukkan volatilitas, jadi dapat dikatakan bahwa pergerakan Bitcoin pure karena adanya permintaan dan penawaran." tambah Bhutoria.

Anda Harus Mulai Terbiasa Dengan Volatilitas Bitcoin

Sementara itu menurut Mike Bucella, partner di Blocktower Capital mengatakan bahwa naik-turunnya Bitcoin tak hanya sekali-dua kali, tetapi akan terus berulang layaknya instrumen investasi lainnya.

"Akan ada banyak periode seperti yang kita lihat saat ini, di mana katalis negatif telah merubah grafik teknikalnya dan itu semua semakin diperburuk ketika pelaku pasar mulai mengambil untung," lanjut Bucella.

Pada akhirnya prinsip investasi high risk-high return juga berlaku di pasar kripto, termasuk Bitcoin.

"Semua investasi membawa risiko dan seperti halnya saham, kripto juga seperti itu," kata Noah Perlman, chief operating officer di Gemini, sebagaimana yang diwartakan dari CNBC International.

Jadi apa pun toleransi risiko yang Anda kelola, para ahli mengatakan volatilitas tidak selalu seburuk seperti saat ini. Bitcoin tidak lagi didominasi oleh investor ritel. Manajer investasi dan perusahaan keuangan di Amerika Serikat (AS) telah ikut membanjiri pasar kripto pada tahun lalu.

Karena semakin banyak investor institusional yang mulai merambah ke Bitcoin, beberapa perusahaan memberikan legitimasi yang baru ditemukan di cryptocurrency dan membantu mereka untuk menghapus risiko reputasinya.

"Secara historikal, dengan adopsi Bitcoin yang lebih besar dan pengembangan produk turunannya, volatilitas bitcoin dapat terus menurun," kata Bhutoria.

Investor kawakan kripto, Bill Miller pun ikut berkomentar dalam wawancara CNBC awal tahun ini.

"Salah satu hal yang menarik di Bitcoin adalah semakin menarik nilainya, maka risikonya juga akan semakin tinggi." Kata Miller, dilansir dari CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Strategi Ini Bisa Bantu Mencairkan Musim Dingin Kripto

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular