
Sell in May hanya Mitos di Bursa Saham RI, Ini Faktanya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Di pasar saham Amerika Serikat (AS) terkenal ungkapan 'sell in May and go away' atau SMGA) yang diartikan sebagai kepercayaan bahwa kalender mempengaruhi harga saham.
SMGA ialah strategi investasi di mana tidak didasarkan pada analisis fundamental dan analisis teknikal yang berbasis pola harga saham di masa lalu, akan tetapi pada aspek musiman (seasonal strategy).
Pada prinsip yang sebagian diyakini pelaku pasar ini, ada anggapan periode awal November hingga akhir April adalah best period, sementara periode awal Mei hingga akhir Oktober adalah worst period.
Namun, ungkapan tersebut dianggap hanya sebagai mitos di pasar saham Indonesia.
Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, kondisi Indonesia dan AS sangat berbeda. Di Indonesia transaksi sepi lebih disebabkan karena bulan Ramadan yang kebetulan tahun ini jatuh pada April-Mei.
"Sell in may and go away ini lebih ke mitos. Memang bulan Ramadan secara historis sepi, ga tahu kenapa tapi itu kenyataannya. Ini membuat market kita relatif turun tapi nggak dalam. Setiap tahun terjadi dan berubah (bulannya) bulan puasa kita berubah," ujarnya dalam program InvesTime, Senin (4/5/2021).
Menurutnya, dibandingkan awal tahun terjadi kenaikan harga saham karena investor masih bergairah, di bulan Ramadan cenderung banyak yang malas untuk masuk investasi saham. Namun, ia menekankan ini bukan karena istilah sell in may and go Away.
Sebab, secara historis dalam 6 tahun ke belakang kenaikan dan penurunan saham di Indonesia itu secara persentase fifty-fifty. Artinya kenaikan dan penurunan harga saham di Indonesia tidak terlalu tinggi.
"Saat Ramadan dan puasa memang sepi. Makanya di Mei [harga saham] flat," jelasnya.
Apalagi saat ini ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir. Ini membuat banyak investor terutama asing wait and see untuk masuk ke pasar saham Indonesia.
Investor masih menunggu bagaimana angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I serta seberapa cepat penanganan pandemi covid-19. Sebab, setelah ada beberapa negara mengalami lonjakan kasus, ini dikhawatirkan terjadi ke Indonesia.
"Memang asing kalau masuk ke Indonesia masih tertahan, apalagi kasus India meningkat. Apakah ini akan terjadi ke Indonesia tapi semoga tidak. Ini dikhawatirkan investor. Apalagi nanti lebaran, meski ada larangan mudik tapi di mall sudah mulai ramai. Sesudah lebaran apakah kasus meningkat atau tidak, ini membuat banyak investor masih menunggu dan berhati-hati," jelasnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati Sobat Cuan, Ini Pemicu Naiknya Saham Bank 'Mini'