
Pantes Investor Pindah ke Kripto, Cuan Lebih Gila dari Saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Ramainya investasi uang kripto diperkirakan tengah menggeser minat investor dari pasar saham. Apalagi para analis yang memprediksi harga 'mata uang' digital bitcoin dan kawan-kawannya mengalami bubble dan crash setelah harga uang kripto ini terus menunjukkan tren penguatan.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengungkapkan saat ini tengah terjadi peralihan dari pasar saham ke aset kripto, terutama pada investor milenial yang menyukai volatilitas dan keuntungan cepat.
Dari sisi transaksi instrumen kripto menurutnya saat ini tengah digandrungi karena volatilitasnya, dan dalam 5 tahun terakhir sudah naik sekitar 1.000%.
"Saham dan aset kripto di April saja [saham] sudah ketinggalan jauh. Di April aset kripto sudah naik sampai 200%, bahkan di 2020 naiknya 260% dan dalam 5 tahun terakahir tumbuh 200% per tahunnya. Kenaikan ini menjadi latar belakang atau daya tarik sehingga terjadi switching," kata Alfred dalam Investime CNBC Indonesia, Rabu (21/04/2021).
Sebagai informasi, data BEI mencatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan minus 1,28%, sebulan turun 1,84% dan sejak awal tahun naik hanya 0,53% hingga perdagangan sesi I, Jumat ini (23/4).
Bahkan dalam setahun terakhir IHSG yang menjadi acuan pasar saham RI hanya cuan 53% dan 5 tahun 34%.
Menurut Alfred, adanya volatilitas ini menurutnya menarik bagi mereka yang melakukan trading dan menjadi tempat yang bagus untuk 'bermain'.
Apalagi dia menilai investor baru lebih banyak yang menyukai dengan instrumen yang sifatnya cepat, dan menguntungkan.
Dengan adanya trading bisa menghasilkan keuntungan cepat berbeda dengan investasi, yang memiliki konsep durasi dan holding period yang panjang.
"Justru volatilitas jadi daya tarik, dan historisnya dengan tren kenaikan tinggi jadi daya tarik kuat apalagi buat investor pemula ini hal yang baru buat mereka," kata dia.
Meski tengah terjadi peralihan dari pasar saham ke kripto, hanya berlangsung sementara. Apalagi aset kripto tidak memiliki basis fundamental untuk mengambil keputusan tertentu, dan sangat tergantung pada supply dan demand.
"Tren aset kripto hanya karena keterbatasan suplai dam demand sehingga meningkat mempengaruhi harga, ke depan ada risiko besar yang dihadapi aset kripto. Kalau dulu aset kripto terbatas sekarang semakin banyak artinya bicara soal suplainya. Ini yang menjadi concern investro atau trader, kalau demand turun suplai naik ini akan terjadi penurunan harga," jelasnya.
Dia mengingatkan investor agar tetap berhati-hati pada aset kripto karena keuntungan yang bersifat sementara, dan tidak bisa mengandalkan kenaikan nilai secara historis.
"Apakah aset kripto bisa jadi instrumen investasi, tentu bisa karena dia bisa menyimpan nilai, tapi volatilitas yang bisa diperhatikan. Ini yang perlu hati-hati ini sangat temporary," katanya.
Pada 2014-2015 harga rata-rata bitcoin misalnya sekitar US$350 per koin atau Rp 5 juta (kurs Rp 14.500/US$). Saat ini bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 55.000 per koin atau hampir Rp 800 juta/koin. Sejak awal tahun Bitcoin telah memberikan return (imbal hasil) 90%, menurut Coindesk.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! Usai Rekor, Harga Bitcoin cs Ambruk, Ini Gara-garanya
