
Boncos! Kemarin Naik, Emas Antam Hari Ini Jeblok 1% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang menegaskan tidak akan merubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat membuat harga emas dunia melesat pada perdagangan Rabu, dan berdampak pada kenaikan harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. Kamis kemarin.
Tetapi, euforia tersebut hanya berlangsung sesaat emas batangan atau yang lebih dikenal dengan emas Antam ini kembali turun pada perdagangan Jumat (19/3/2021). Sebabnya, harga emas dunia yang berbalik melemah.
Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, emas satuan 1 gram dibanderol Rp 925.000/batang merosot 1,07%, setelah menguat 0,86% kemarin.
Sementara satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan jeblok 1,14% ke Rp 86.712.000/batang atau Rp 867.120/gram.
Emas Batangan | Harga per Batang | Harga per Gram |
0,5 Gram | Rp 512.500 | Rp 1.025.000 |
1 Gram | Rp 925.000 | Rp 925.000 |
2 Gram | Rp 1.790.000 | Rp 895.000 |
3 Gram | Rp 2.660.000 | Rp 886.667 |
5 Gram | Rp 4.400.000 | Rp 880.000 |
10 Gram | Rp 8.745.000 | Rp 874.500 |
25 Gram | Rp 21.737.000 | Rp 869.480 |
50 Gram | Rp 43.395.000 | Rp 867.900 |
100 Gram | Rp 86.712.000 | Rp 867.120 |
250 Gram | Rp 216.515.000 | Rp 866.060 |
500 Gram | Rp 432.820.000 | Rp 865.640 |
1000 Gram | Rp 865.600.000 | Rp 865.600 |
Harga emas dunia pada perdagangan Kamis berbalik melemah 0,46% ke US$ 1.736,43/troy ons, setelah sebelumnya sempat naik ke level US$ 1.755/troy ons.
Penurunan harga emas dunia tersebut terjadi akibat kenaikan yield obligasi (Treasury) AS.
Kenaikan tajam yield Treasury sejak awal Februari memang menjadi isu utama, tidak hanya bagi emas tetapi bagi pasar finansial global. Kenaikan tersebut membuat aset-aset berisiko rontok, sayang emas yang merupakan aset aman juga ikut merosot.
Sebabnya, Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil.
Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.
The Fed sebelumnya diperkirkaan akan menjalankan Operation Twist guna meredam kenaikan yield tersebut.
Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.
Mark Cabana, ahli strategi suku bunga di Bank of America Global Research, mengatakan Operation Twist merupakan kebijakan yang sempurna untuk meredam gejolak di pasar obligasi.
"Operation Twist, dengan menjual obligasi tenor rendah dan membeli tenor panjang secara simultan adalah kebijakan yang sempurna menurut pandangan kami," kata Cabana, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (1/3/2021).
Nyatanya, dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed malah tidak mempermasalahkan kenaikan yield Treasury tersebut.
The Fed masih cukup nyaman dengan kenaikan yield Treasury, selama itu merupakan respon dari membaiknya perekonomian.
Alhasil, yield Treasury tenor 10 tahun yang menjadi acuan melesat melesat 8,8 basis poin ke 1,729% memberikan tekanan bagi pasar saham. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25% dan program quantitative easing (QE) belum dijalankan.
Jika kenaikan tersebut terus berlanjut, maka harga emas dunia berisiko tertekan lebih dalam, dan akan menyeret harga emas Antam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ibu-ibu, Harga Emas Antam Sudah Drop 13% Lho, Beli?