InvesTime

Mending Beli Saham Seceng, atau Borong Saham Big Cap?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
15 March 2021 15:42
IHSG (Rengga Sencaya, Detikcom)
Foto: IHSG (Rengga Sencaya, Detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi di pasar modal terutama saham menjadi salah satu pilihan bagi bagi pelaku pasar, baik memilih saham-saham berkapitalisasi pasar besar di atas Rp 100 triliun alias big cap atau memilih saham-saham dengan harga 'murah' atau di bawah Rp 1.000/saham alias seceng.

Dengan demikian, sebetulnya tidak ada patokan bagi investor untuk melakukan pembelian saham pada kriteria tertentu mau big cap atau saham berharga rendah.

Menurut Head of Online PT Ciptadana Sekuritas, Zabrina Raissa, kriteria pembelian itu semua tergantung dari profil risiko tiap investor yang mau berinvestasi.

"Kalau saya lihat ini kembali ke profil risiko investor masing masing. Memang kalau di lihat big caps harganya premium, tapi premium ini memang punya kualitas yang baik," jelasnya dalam program Investime, Jumat (12/3/2021).

"Untuk saham big caps merefleksikan kondisi keuangan, manajemen baik, secara [analisis] teknikal bagus. Tapi kalau untuk saham di bawah Rp 1.000 kenaikannya itu bisa cukup signifikan mungkin saja kita bisa lihat saham yang baru IPO [baru tercatat di bursa] Lalu. Februari kemarin IHSG reli, naik 6,5% dibanding Januari yang turun 2%. Nah itu dikontribusikan oleh saham yang baru IPO yang belum di-cover para analis," katanya.

Saham-saham IPO ialah emiten yang baru mencatatkan saham perdana (initial public offering) di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Zabrina mengatakan saham yang harganya 'murah' bukan berarti tidak memiliki fundamental yang baik.

Maka itu yang perlu dicermati investor adalah kenali emiten yang mau dikoleksi dengan memahami laporan keuangan dan melihat rasio harga saham dengan labanya atau price earning ratio (PER) juga rasio harga terhadap nilai buku atau price to book value (PBV).

Dengan begitu akan tersaring emiten mana yang lebih layak dikoleksi oleh investor.

Tapi Zabrina tidak menampik banyak saham dengan harga di bawah Rp 1.000 yang digoreng atau dipermainkan oleh bandar. Makanya sangat penting untuk mengetahui fundamental emiten yang mau dikoleksi.

Selain itu dia menegaskan saham murah saat ini banyak yang sudah naik signifikan hingga menembus auto reject atas (ARA) beberapa kali. Tidak menutup kemungkinan kenaikan itu cenderung terlalu tinggi sehingga ada penurunan harga saham dalam beberapa waktu nanti.

"Tapi high risk, high return. Perlu dilihat saham yang berkali-kali masuk Auto RejectAtas (ARA) memungkinkan suatu hari malah masuk Auto Reject Bawah (ARB) berkali-kali. sebisa mungkin meminimalkan risiko," lanjutnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati Sobat Cuan, Ini Pemicu Naiknya Saham Bank 'Mini'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular