Resesi Sungguh Nyata, Sudah Siap Borong Emas Saat Ini?

Haryanto, CNBC Indonesia
15 July 2020 12:05
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga logam mulia emas terus menunjukkan kinerja terbaiknya sepanjang tahun 2020 ini bahkan yang terbaik sejak kurun waktu 9 tahun silam di tengah resesi akibat lonjakan kasus pandemi virus corona (Covid-19) yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, China hingga menjalar ke seluruh penjuru dunia.

Pandemi Covid-19 ini telah memicu pembatasan wilayah atau lockdown di seluruh negara guna memitigasi penyebaran, sehingga berdampak pada terhentinya roda perekonomian global.

Ketika aktivitas ekonomi terganggu maka berujung pada jurang resesi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi dalam kurun dua kuartal berturut.

Hal ini sudah terlihat seperti Singapura yang resmi resesi mengacu pengumuman dari Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura, pada hari Selasa (14/7/2020) kemarin.

Secara kuartalan, ekonomi Singapura di kuartal II 2020 berkontraksi atau minus 41,2%. Sementara secara tahunan, PDB anjlok 12,6%. Ini melebihi survei sejumlah lembaga dan ekonom. Corona memukul keras ekonomi Singapura yang terfokus pada perdagangan.

MTI pun memperkirakan ekonomi negeri itu dalam setahun bisa berkontraksi di rentan. 7-4%. Ini menjadi resesi terburuk bagi negeri kota itu sejak 1965.

Kendati demikian, selain Singapura, sebenarnya ada sejumlah negara lainnya yang juga sudah masuk resesi, di antaranya Jepang yang juga terjun ke dalam resesi pertama sejak 2015 pada pengumuman resmi Mei lalu.

Secara kuartalan ekonomi Jepang kuartal I 2020 berkontraksi atau minus 0,9%. Penurunan PDB di kuartal ini mengikuti kontraksi 1,9% di kuartal-IV tahun 2019 lalu. Tahun lalu ekonomi Jepang terhantam kenaikan pajak dan bencana topan.

Dengan data ini Jepang memenuhi definisi resesi teknis. Meski resesi sebenarnya biasanya lebih mengarah pada pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun.

Lalu ada Jerman, yang mengumumkan masuk jurang resesi sejak April 2020. Ekonomi Jerman menyusut 2,2% di kuatal I 2020 secara kuartalan, sebagaimana data dikeluarkan Kantor Statistik Federal. Padahal di kuartal IV 2019, ekonomi kontraksi 0,1%.

Ini berarti pertumbuhan PDB Jerman negatif dua kuartal berturut-turut. Ini menunjukkan definisi teknis resesi.

Sementara Prancis dan Italia, juga lebih dulu mempublikasikan resesi. Di bulan Maret lalu corona memukul keras ekonomi kedua negara hingga menyebabkan kontraksi dua kuartal berturut-turut.

PDB Prancis, turun 5,8% di kuartal I 2020 menurut data badan statistik negara itu INSEE. Ini menjadi penurunan terbesar sejak 1949. Sebelumnya, di kuartal akhir 2019, PDB Prancis telah merosot -0,1%. Ekonomi melemah karena lockdown yang diberlakukan untuk menahan penyebaran Covid-19.

Italia juga memasuki resesi di kuartal I 2020 kemarin. Saat, PDB dilaporkan turun 4,7% dibandingkan kuartal sebelumnya, sebagaimana dilaporkan lembaga statistik setempat ISTAT. Ini merupakan data terburuk sejak 1995. Sebelumnya di kuartal akhir 2019, ekonomi Italia 0,3%.

Investasi emas yang dianggap sebagai lindung nilai (hedging) di saat ketidapastian ekonomi akibat pandemi virus corona, menunjukkan bahwa instrumen yang satu ini merupakan aset safe haven yang paling dicari ketika situasi ekonomi berada di jurang resesi.

Hal ini terlihat dari lonjakan harga emas baik global maupun emas Antam, secara tahun berjalan (year to date/YTD) harga emas dunia di pasar spot melesat sebesar US$ 279 atau 18,25% ke level US$ 1.808/troy ons hingga hari Rabu ini (15/7/2020) dari US$ 1.529/troy ons pada akhir Desember 2019.

Selain itu, harga emas dunia juga membukukan rekor baru sejak 9 tahun silam untuk harga penutupannya yang berada di US$ 1.810/troy ons pada 8 Juli 2020 kemarin. Sedangkan harga penutupan tertinggi sepanjang masa masih berada di level US$ 1.920 pada September 2011.

Beralih ke harga emas Antam untuk ukuran 100 gram yang lumrah dijadikan acuan juga meroket hingga 24% atau sebesar Rp 171.120/gram menjadi Rp 884.120/gram dari posisi harga akhir Desember 2019 di Rp 713.000/gram.

Bahkan harga emas Antam tersebut sempat mencapai rekor di Rp 914.000/gram pada 7 April 2020 lalu.

Sementara itu, harga emas dunia di pasar spot pada penutupan perdagangan hari Selasa (14/7/2020) atau Rabu pagi waktu Indonesia mengalami penguatan yang sebesar US$ 4,82 atau 0,27% ke level US$ 1.807,63/troy ons dari harga sebelumnya pada US$ 1.802,71/troy ons, melansir dari Refinitiv.

Emas mengalami kenaikan karena para pelaku pasar terus menimbang dampak dari lonjakan kasus virus corona dan meningkatnya ketegangan AS-China pada ekonomi global. Di mana kasus virus corona terus meningkat di Amerika Serikat, dengan lebih dari 3,3 juta kasus.

Banyak negara bagian Amerika Serikat (AS) untuk sementara menghentikan pembukaan kembali ekonomi mereka untuk mengurangi wabah, yang telah menginfeksi lebih dari 13 juta orang di seluruh dunia sejauh ini.

Pejabat Federal Reserve pada hari Selasa memperingatkan bahwa ekonomi AS menghadapi pemulihan yang lebih lama dari pandemi, dan keterpurukan ekonomi masih dapat memburuk ketika kasus meningkat.

Sementara Presiden A. Donald Trump menandatangani undang-undang dan perintah eksekutif untuk meminta Tiongkok "bertanggung jawab" atas undang-undang keamanan nasional yang diberlakukannya terhadap Hong Kong.

Trump juga menutup pintu pada negosiasi perdagangan "Fase 2" dengan China, dengan mengatakan ia tidak ingin berbicara dengan Beijing tentang perdagangan karena pandemi virus corona.

Harga emas dunia di pasar spot telah berhasil menembus level psikologisnya di US$ 1.800/oz di tengah kekhawatiran bahwa jumlah kasus virus corona baru yang terus meningkat di seluruh dunia.

Hal tersebut dapat memicu tindakan pembatasan aktivitas kembali (lockdown) dan sekali lagi menghentikan kegiatan ekonomi. Pada gilirannya, mengurangi prospek untuk pemulihan ekonomi berbentuk V dan berdampak pada sentimen risiko global.

Di sisi lain stimulus jumbo yang diberikan bank sentral maupun pemerintahan secara global juga turut menjadi pendukung harga emas untuk menguat lantaran adanya ancaman inflasi yang nyata ke depannya. Emas sebagai aset lindung nilai (hedge) jadi kebanjiran permintaan ketika ada ancaman inflasi yang tinggi dan penurunan nilai tukar.

"Orang menggunakan emas sebagai aset safe-haven dan juga banyak yang percaya bahwa inflasi akan naik di kuartal mendatang," kata Phil Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, melansir Reuters.

Sentimen-sentimen di atas tersebutlah yang membuat prospek investasi emas semakin digemari, sehingga seiring meningkatnya permintaan maka, harga emas akan terus melambung dan bahkan mencatatkan rekor baru di tahun 2020 ini.

Banyak analis yang memprediksi harga emas akan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Ada yang memprediksi emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons.

Sementara itu Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi pada tahun depan, dan jangka panjang emas akan mencapai US$ 4.000/troy ons. Ramalan paling ekstrim datang dari Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capita, yang memprediksi emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons.

Mengacu aturan di pasar,satu troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 4.000/troy ons yang diproyeksikan Ole Hansen dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 128,62 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.500/US$, maka prediksi harga emas Antam berada di Rp 1.864.990/gram.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular