
Goks! World War III Mau Mulai, Harga Emas di Atas US$1.550/Oz

Semalam (3/1/20), data Refinitiv menunjukkan harga emas di pasar spot global ditutup melambung tinggi hingga di atas level psikologis US$ 1.550 per troy ounce (oz), tepatnya naik US$ 22,55/oz (1,47%) menjadi US 1.551,4/oz dari hari sebelumnya US$ 1.528,85/oz.
Penguatan harga itu turut membuat harga emas kembali ke level tertinggi sejak awal September 2019. Kenaikan harga emas kemarin juga menjadi kenaikan terbesar sejak 23 Agustus 2019.
Harga emas lain yang menjadi acuan yaitu harga kontrak (futures) emas di pasar New York Mercantile Exchange dan New York Commodities Exchange (Comex) pengiriman 26 Februari 2020 juga naik kencang semalam.
Kenaikan emas di pasar Comex mencapai US$ 24,3/oz (1,59%) menjadi US$ 1.552,4/oz dari US$ 1.528/oz hari sebelumnya.
Kenaikan harga emas tersebut dapat mencerminkan meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar keuangan dunia seiring dengan potensi memanasnya kawasan Timur Tengah. Cemasnya pasar juga disebabkan potensi tindakan balasan yang lebih sporadis dan tidak terstruktur dari Iran terhadap pasukan dan kepentingan AS dan sekutunya seperti Arab Saudi.
Belum lagi, hal itu dapat memancing negara-negara musuh politik AS untuk bersatu dan menyebabkan adanya kubu tandingan dalam bidang politik dan militer dari negara adikuasa tersebut.
Untuk berjaga-jaga dari serangan balasan Irak dan milisi-milisi yang didukung pemerintahan Hassan Rouhani, Pemimpin Agung Iran.
Untuk sepekan, harga emas spot sudah naik US$ 40,99/oz (2,71%) dari US$ 1.510,41/oz pada 27 Desember 2019, sedangkan harga futures emas Comex sudah naik US$ 33,3/oz (2,19%) pada periode yang sama.
Kenaikan harga emas global belum sempat memicu kenaikan harga emas di dalam negeri secara signifikan. Meskipun demikian, salah satu harga emas acuan domestik yaitu emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik sepekan ini karena turunnya nilai dolar setelah Hari Natal (26/12/19).
Emas Antam naik Rp 4.000/gram menjadi Rp 717.000/gram dari Rp 713.000/gram untuk ukuran 100 gram, yang sering digunakan sebagai acuan perdagangan.
Turunnya nilai dolar AS yang memengaruhi harga emas dunia adalah sentimen positif dari potensi damai dagang AS-China yang tanggal pelaksanaannya sudah ditetapkan pada 15 Januari. Semakin positif dunia, maka nilai tukar dolar AS akan turun.
Korelasi antara emas dan dolar disebabkan sifat emas yang sebagai komoditas yang dibanderol dalam mata uang Negeri Paman Sam. Jadi kalau dolar AS menguat, emas menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain sehingga permintaannya terbatas dan menekan harganya di pasar. Begitupun sebaliknya.
Dolar AS yang menguat dapat dilihat dari Dollar Index, atau biasa disebut DXY dan USDX. Indeks itu turun dari 56,3 pada 26 Desember menjadi 55,8 pada 2 Januari. Semalam, dolar AS mulai berbalik naik hingga 56, seiring dengan sentimen negatif pasar keuangan yang datang dari ketegangan AS-Iran.
Indeks dolar itu dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Harga Emas Anjlok, Stok Emas Antam Menipis