Ini 5 Rekomendasi Investasi dari Investor Institusi Global

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 June 2018 09:41
Dimana 60% peserta pertemuan percaya era bullish akan berakhir dalam 2-3 tahun ke depan, atau pada 2021.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia -  Pada UBS CIO Global Forum di New York yang berlangsung, Kamis (14/6), lima investor institusi besar yang biasa bertransaksi di Wall Street diminta untuk memberikan rekomendasi investasi untuk 6 hingga 12 bulan ke depan. Dimana 60% peserta pertemuan percaya era bullish akan berakhir dalam 2-3 tahun ke depan, atau pada 2021.

Dalam pertemuan tersebut investor instritusi bersar yang hadir termasuk di dalamnya BlackRock, DWS, dan Deutsche Bank. Seperti apa rekomendasi mereka, mari simak pernyataan mereka seperti yang dilansir dari Bussines Insider.
 

1. Michael Fredericks, Kepala Investasi Obligasi BlackRock
 
Fredericks menggambarkan dirinya sebagai "orang yang senang dengan obligasi" karena dia satu-satunya dari lima panelis untuk membuat rekomendasi di pasar obligasi. Dia setuju bahwa membeli obligasi pemerintah jangka panjang mungkin bukan ide terbaik saat ini, karena inflasi yang mengurangi keuntungan investasi.
 
Untuk itu, dia menyarankan untuk membeli obligasi yang akan jatuh tempo dalam jangk pendek seperti collateralized-loan obligations (CLO). Jenis aset ini sempat tidak dilirik karena reputasi yang bursa pada saat 2008.
 
Selain itu, dia juga merekomendasikan jenis aset hipotek non-lembaga, pinjaman bank suku bunga mengambang, dan saham sebagi investasi pilihan karena lebih memberikan keuntungan lebih besar, seiring dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed.
 
"Kami lebih memilih obligasi yang jatuh tempo 2,5 tahun hingga 3 tahun, dengan hasil lebih dari 5%. Lalu 20% berupa saham yang volatile, saya pikir itu tampak sangat menarik sekarang untuk investor yang lebih konservatif," ujarnya seperti dikutip dari Business Insider.

 
2. Jeremy Zirin, Kepala Strategi Investasi UBS Wealth Management America
Selain obligasi jangka pendek, kenaikan suku bunga juga akan menguntungkan bagi perusahaan keuangan AS. "Saya pikir di (saham) sektor keuangan, Anda memiliki penilaian yang wajar," kata Zirin.
 
Dia membandingkan dengan saham dari sektor teknologi, menurutnya sudah diperdagangkan 15% premium di indesk S&P 500. "Sektor teknologi telah mengungguli segalanya dan teknologi memiliki fundamental yang cukup baik," katanya. "Masalahnya adalah harga yang Anda bayar untuk itu."
 
Dia melihat teknologi sebagai sektor yang berkinerja buruk dan kurang mendapat pengarahan. "'Drumbeat tetap' dari deregulasi juga harus meningkatkan sektor ini," kata Zirin.
 

3. David Bianco, Kepala Strategi Investasi DWS
Lebih memilih saham bank-bank besar AS dan saham-saham di pasar negara berkembang yang bertumbuh.  Bianco mempersempit rekomendasinya di keuangan ke bank-bank besar, yang katanya memegang "nilai terbaik di dunia."
 
"Kami berpikir kurva [yield] terus bergerak flat seiring kenaikan (suku bunga acuan) The Fed, Bank-bank besar, bukan bank-bank regional kecil. Saya pikir kita semua akan terkejut dengan betapa rendahnya yield (obligasi) jangka panjang." kata Bianco. Dia menambahkan, ""
 

4. Joseph Harvey, Presiden dan Chief Investment Officer Cohen & Steers
Lebih memilih untuk berinvestasi pada aset real, seperti real estat, infrastruktur, sumber daya alam, dan komoditas.
 
Maka, tidak mengherankan bahwa rekomendasi Harvey adalah dalam komoditas dan infrastruktur. Di luar rencana administrasi Trump untuk meningkatkan belanja infrastruktur, Harvey memperkirakan, investasi di seluruh dunia akan tumbuh juga.
 
"Saya pikir alternatifnya adalah berhenti berpikir tentang dunia melintasi garis geografis dan mulai berpikir di seluruh dunia," kata Harvey.
 
Dia mencatat, portofolio investor utama seperti dana abadi biasanya memiliki sebagian besar alokasi mereka dalam pendapatan tetap dan ekuitas, dengan 20% -30% dalam aset nyata. Itu karena mereka bertujuan untuk mendapatkan pengembalian saham, namun memberikan diversifikasi dan perlindungan inflasi.
 
"Ketika kami melihat investor di luar yang sophisticated seperti wakaf, alokasi ke aset riil umumnya sangat rendah," katanya.
 

5. Colin Moore, Chief Investment Officer Columbia Threadneedle
Lebih memilih berinvestasi pada infrastruktur menarik setelah terjadi siklus kejatuhan harga minyak pada 2015-2016.
 
"Bayangkan potensi pengembalian jangka menengah sekitar 6%-7% dalam bentuk dividen yield, pertumbuhan 4%, dan ekspansi ganda karena perusahaan-perusahaan ini terus untuk membiayai revolusi serpih dan kemerdekaan energi untuk Amerika Serikat," kata Moore.
(hps) Next Article 2021 Tahun Bullish, Ini Dia Instrumen Investasi Pilihan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular