CNBC Insight

Presiden RI Gelar Olimpiade Tandingan Usai Disanksi IOC Gegara Israel

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
24 October 2025 11:05
Pesta olahraga negara-negara berkembang GANEFO pada 10-22 November 1963 di Jakarta.
Foto: GetArchive
Naskah ini bagian dari CNBC Insight, menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.

Jakarta, CNBC Indonesia - Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee, IOC) menjatuhkan sanksi kepada Indonesia dengan meminta seluruh federasi olahraga internasional agar tidak menggelar acara olahraga apa pun di Indonesia. Keputusan ini diumumkan pada Rabu (22/10/2025), menyusul penolakan visa terhadap pesenam Israel yang seharusnya berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik di Jakarta bulan ini.

Ini bukan kali pertama Indonesia mendapat sanksi dari IOC. Pada tahun 1963, Indonesia juga pernah dikenai hukuman dari IOC karena alasan yang sama, yakni menolak kehadiran atlet Israel. Bahkan, akibat sanksi tersebut Presiden ke-1 RI, Soekarno, sampai membuat Olimpiade tandingan menyaingi Olimpiade bentukan IOC sebagai bentuk melawan Barat. 

Perkara Tolak Israel

Sanksi IOC terhadap Indonesia bermula dari Asian Games ke-4 di Jakarta pada 1962. Saat menjadi tuan rumah, Indonesia menolak memberikan visa kepada atlet Israel dan Taiwan karena alasan politik.

Bagi Indonesia, mengundang Israel sama saja mengakui penjajah Palestina. Sementara Taiwan tak diakui sebagai negara karena dianggap bagian dari Republik Rakyat China (RRC). Keputusan itu berbuntut panjang. Pada Februari 1963, IOC menilai Indonesia mencampuradukkan politik dengan olahraga dan memutuskan mencabut keanggotaan sekaligus menunda partisipasi Indonesia di ajang Olimpiade. IOC lalu menyatakan akan mencabut penangguhan tersebut jika Indonesia berjanji untuk tidak mengulanginya.

Alih-alih tunduk, keputusan IOC ramai-ramai ditentang para pejabat terkait. Menurut harian Merdeka (11 Februari 1963), Menteri Olahraga Maladi mengecam langkah IOC dengan keras dan menyebut organisasi tersebut sombong dan sewenang-wenang.

"Tindakan yang dikendalikan oleh nafsu kesombongan dan haus kewenangan. Keputusan itu 100% dipengaruhi oleh oknum-oknum IOC yang menjadi kaki-tangan Taiwan dan Israel," ungkap Maladi.

Maladi juga menilai keputusan IOC jauh dari semangat Olimpiade yang sebenarnya. Dia menuding lembaga tersebut menerapkan standar ganda. Indonesia mencontohkan Olimpiade 1948 di Inggris ketika Jepang dan Jerman tidak diundang karena dendam Perang Dunia II. Amerika Serikat pun pernah menolak atlet Jerman Timur bertanding di negaranya.

Namun, dalam dua kasus itu, IOC tidak memberikan sanksi apa pun, berbeda dengan perlakuan terhadap Indonesia.

"Komposisi IOC jelas menunjukkan kepincangan di mana wakil-wakil negara imperialis bercokol kuat di dalamnya," ungkapnya dikutip dari Merdeka (16 Februari 1963).

Buat Olimpiade Tandingan

Kabar pencabutan keanggotaan itu membuat Presiden Soekarno mengeluarkan perintah, yakni memerintahkan Indonesia keluar dari IOC dan mendirikan Olimpiade tandingan. 

"Saudara-saudaraku, selain perintah untuk keluar dari IOC, saya juga perintahkan: Persiapkan GANEFO secepat-cepatnya, Games of The New Emerging Forces, untuk Asia, Afrika, Amerika Latin, dan negara-negara sosialis lainnya," ujar Soekarno.

GANEFO merupakan ajang olahraga bagi negara-negara Nefo. Sejak 1961, Soekarno membagi dunia menjadi dua kelompok, yakni Oldefo dan Nefo. Oldefo adalah The Old Established Forces yang berisi negara-negara imperialis, terutama dari Barat. Sementara Nefo adalah New Emerging Forces yang terdiri dari negara-negara baru merdeka yang melawan imperialisme. Oleh sebab itu, GANEFO hanya diikuti oleh negara-negara Nefo di kawasan Asia-Afrika.

Dalam surat pengunduran diri dari IOC, pemerintah menilai badan olimpiade tersebut telah melanggar Olympic Charter dan hukuman terhadap Indonesia tidak sah secara hukum. Pemerintah juga menuding IOC telah mengorbankan kepentingan besar demi manuver politik segelintir pihak.

"IOC telah mengorbankan kepentingan kurang lebih 2.000 juta rakyat Asia hanya untuk dapat meladeni manuver politik Israel dan Taiwan. Karenanya Indonesia merasa tidak ada gunanya menjadi anggota IOC dan memutuskan keluar dari IOC," tulis pemerintah Indonesia, dikutip dari koran Bintang Timur (15 Februari 1963).

Soekarno kemudian menepati janjinya. Pada 10-22 November 1963, Indonesia resmi menggelar Olimpiade tandingan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) di Jakarta. Sebanyak 10 negara dari Asia, Afrika, hingga Eropa berpartisipasi dalam ajang tersebut.

Keberhasilan GANEFO membuat perhatian dunia tertuju pada Indonesia. Bagi Soekarno, ajang ini bukan hanya kompetisi olahraga, melainkan pernyataan sikap politik bangsa-bangsa tertindas terhadap imperialisme internasional.

Setelah GANEFO I di Jakarta, GANEFO II digelar di Kamboja tiga tahun kemudian. Awalnya, GANEFO direncanakan menjadi ajang rutin, tetapi rencana tersebut tidak pernah terealisasi. Meski begitu, GANEFO tetap dikenang sebagai simbol perlawanan Indonesia terhadap dominasi Barat dalam dunia olahraga dan politik global.


(mfa/wur) Next Article Berkat Belajar di RI, Sosok Ini Sukses Jadi PSK Terkaya di Eropa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular