
Presiden RI Beli Sate 50 Tusuk, Makan Sambil Jongkok di Pinggir Got

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Indonesia ternyata pernah kedapatan menyantap makanan di pinggir jalan. Bahkan, sampai rela jongkok di samping got dan tempat sampah demi menyantap 50 tusuk sate seperti orang kebanyakan.
Peristiwa itu terjadi pada 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi. Saat itu, Soekarno menghadiri sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang berlangsung seharian penuh dan membahas banyak hal penting. Mulai dari pengangkatan presiden dan wakil presiden, konstitusi, hingga pembentukan pemerintahan. Hasilnya, Soekarno resmi menjadi Presiden RI, sementara Mohammad Hatta ditetapkan sebagai Wakil Presiden.
Selesai sidang, Soekarno pulang dengan kondisi lelah dan sangat lapar. Dalam perjalanan menuju rumahnya di Jl. Pegangsaan Timur, dia melihat pedagang sate. Perut yang keroncongan membuatnya tak tahan. Di situlah keluar perintah pertama seorang presiden Indonesia.
"Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama, 'Sate ayam lima puluh tusuk'," kenang Soekarno dalam autobiografinya Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1966).
Namun, sate itu tidak dibawa pulang. Soekarno memilih langsung makan di tempat seperti orang kebanyakan. Tanpa kursi, dia pun jongkok di samping tukang sate yang berjualan di dekat got dan tempat sampah. Dia tak merasa risih sedikit pun, justru menikmatinya dengan lahap. Bagi Soekarno, itulah bentuk perayaan sederhana atas amanah besar yang baru diterimanya.
"Itulah seluruh pesta perayaan terhadap kehormatan yang kuterima," ungkapnya.
Soekarno memang kerap menunjukkan sikap hidup sederhana, bahkan cenderung miskin. Salah satu kisah menarik terjadi saat dia sedang melakukan kunjungan ke luar negeri.
Ketika itu, seorang duta besar merasa kasihan melihat Soekarno hanya mengenakan piyama lusuh yang bahkan sudah robek. Sang duta besar pun membelikannya baju tidur baru. Soekarno hanya tersenyum sambil melontarkan candaan getir.
"Adakah Kepala Negara yang melarat seperti aku dan sering meminjam-minjam dari ajudannya?" kata Soekarno kepada Cindy Adams dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1964).
Dalam wawancara yang sama, Soekarno juga mengungkapkan bahwa kemiskinannya membuat rakyat sampai hampir menggalang dana patungan untuk memberinya sebuah rumah. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah olehnya. Soekarno beralasan tak ingin merepotkan rakyat yang sudah susah payah memperjuangkan kemerdekaan.
(mfa/wur) Next Article Jarang Diketahui! Soekarno Hampir Diangkat Jadi Nabi
