CNBC Insight

Ribuan Warga AS Sambut Presiden RI, Kibarkan Bendera Merah Putih

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
22 September 2025 12:50
Kolase bendera Indonesia dan Amerika Serikat (AS). (AP Photo)
Foto: Kolase bendera Indonesia dan Amerika Serikat (AS). (AP Photo)
Naskah ini bagian dari CNBC Insight, menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto tiba di New York, Amerika Serikat pada Sabtu (20/9) waktu setempat. Kedatangan Prabowo dalam rangka menghadiri Sidang ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kunjungan kepala negara RI ke Paman Sam selalu menyimpan kisah menarik. Salah satunya terjadi pada era Presiden ke-1 RI, Soekarno, yang disambut puluhan ribu warga AS dengan kibaran bendera Merah Putih dan menjadi pencapaian yang sulit dicapai pemimpin negara lain di dunia.

Warga AS Turun ke Jalan

Peristiwa itu berlangsung pada 17 Mei 1956 ketika Soekarno melakukan kunjungan kenegaraan perdananya ke Amerika Serikat untuk mempererat hubungan bilateral. Dalam agendanya, dia dijadwalkan mengunjungi Gedung Putih, berpidato di hadapan Senat, serta bertemu dengan para pengusaha.

Kunjungan selama 14 hari tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi Bung Karno. Dalam autobiografinya Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1965), dia menegaskan betapa hangat sambutan yang diterimanya.

"Di tahun 1956, ketika aku pertama kali ke AS, setiap orang menyukaiku," ungkap Soekarno.

Kehangatan itu pertama kali ditunjukkan langsung oleh pejabat tinggi negara. Setibanya di Bandara Washington, Soekarno disambut Presiden Dwight D. Eisenhower (1953-1961) dan sejumlah pejabat tinggi lainnya.

Menurut catatan Merdeka (18 Mei 1956), kedatangan Soekarno ditandai dengan 21 kali tembakan meriam dan lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Riuh warga bahkan berteriak "merdeka!" di hadapan sang proklamator.

Dari bandara, Bung Karno menuju mobil kenegaraan yang kemudian melintas di jalanan Washington DC. Di sinilah sambutan luar biasa dari masyarakat terlihat jelas. Tak kurang dari 25 ribu warga AS berjejer di sepanjang jalan.

Tiang-tiang lampu pun dihiasi bendera Merah Putih, sementara warga mengibarkan bendera kecil Indonesia di tangannya. Sorak sorai dan tepuk tangan mengiringi iring-iringan. Bahkan, foto Soekarno terbentang besar di langit-langit kota. 

"Di tengah jalan terbentang gambar dari bendera Indonesia dan Amerika berukuran 80 kaki dengan di tengah-tengah gambar presiden Soekarno," tulis Merdeka (18 Mei 1956).

Di tengah perjalanan, Soekarno turun dari mobil untuk menghampiri kerumunan warga dan berjabat tangan dengan beberapa orang. Pada momen itu, dia menerima kunci emas dari wakil wali kota Distrik Columbia sebagai tanda ucapan selamat datang.

Kepada Koran Warta Berita (18 Mei 1956) salah satu wartawan yang ikut dalam rombongan bercerita, sambutan kepada Soekarno disebut-sebut melebihi jamuan seremonial yang pernah diterima kepala negara lain di AS.

Rasa Kagum yang Besar

Menurut The New York Times (17 Mei 1956), alasan sambutan meriah terjadi karena popularitas Soekarno di mata publik AS sudah lebih dulu terbentuk. Namanya melambung sebagai tokoh besar Indonesia sekaligus simbol anti-kolonialisme. Terlebih, setahun sebelumnya, dia sukses menggelar Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung yang menentang neokolonialisme Barat, termasuk AS.

Namun, sambutan meriah itu tidak membuat pria kelahiran 1901 itu lupa pada tujuan politiknya. Dia memanfaatkan momentum untuk memperkuat posisi Indonesia sekaligus mengkritik AS. Dalam pidatonya di Senat AS, dia menyerukan agar AS membantu bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang masih dijajah. Secara khusus, dia menuntut dukungan AS bagi Indonesia dalam memperjuangkan Irian Barat.

"(Kasus Irian Barat) merupakan kanker kolonial di dalam tubuh tanah air kami," tulis Merdeka (19 Mei 1956)

Meski demikian, kemeriahan serupa tak terulang pada kunjungan kedua Soekarno pada 1960. Saat itu, hubungan RI-AS mulai meregang seiring politik Bung Karno yang condong ke blok Timur. Kali ini, dia bahkan tidak lagi disambut langsung oleh Presiden Eisenhower, baik di bandara maupun di Gedung Putih. Hal ini kemudian membuat Soekarno marah kepada AS.


(mfa/luc) Next Article Tangan Kanan Presiden AS Marah dan Kesal Dikerjain Presiden RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular