Kisah Presiden RI Ngamuk ke Presiden AS Usai Kena 'Prank'

M. Fakhriansyah & Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Sabtu, 02/08/2025 07:40 WIB
Foto: Kolase bendera Indonesia dan Amerika Serikat (AS). (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah peristiwa historis mencatat bahwa seorang Presiden Indonesia pernah merasa kesal terhadap Presiden Amerika Serikat (AS). Awalnya, kunjungan tersebut dimaksudkan untuk mempererat silaturahmi dan kerjasama, namun justru berakhir dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Kejadian ini melibatkan Presiden Soekarno dan Presiden AS ke-34, Dwight D. Eisenhower, sekitar 65 tahun yang lalu.

Pada awal tahun 1960, Soekarno menerima undangan dari Eisenhower untuk mengunjungi Gedung Putih. Soekarno menyambut baik undangan tersebut, mengingat pentingnya menjalin hubungan dengan AS, yang dianggap telah memberikan banyak kontribusi bagi kemerdekaan Indonesia.



Oleh karena itu, pada Juni 1960, Soekarno beserta rombongannya berangkat ke AS. Namun, setibanya di bandara, Soekarno tidak disambut oleh Eisenhower, yang merupakan hal tidak lazim bagi kunjungan setingkat kepala negara.


Soekarno tetap bersikap positif, mengira sambutan resmi akan dilakukan di Gedung Putih. Sesampainya di sana, Eisenhower juga tidak terlihat. Soekarno hanya disambut oleh staf protokoler dan diarahkan ke ruang tunggu.


Setelah beberapa jam menunggu dan Eisenhower tak kunjung datang, kesabaran Soekarno pun habis. Ia memanggil kepala protokoler dan menyampaikan ultimatum bahwa ia akan segera pergi jika harus menunggu lebih lama lagi. Kepala protokoler yang panik segera melapor, dan tak lama kemudian, Eisenhower muncul.


Ternyata, keterlambatan itu disengaja. Pertemuan yang berlangsung kemudian terasa dingin. Eisenhower hanya menyalami Soekarno tanpa mengucapkan kata maaf. Suasana pun menjadi canggung, dan Soekarno yang kesal ingin segera mengakhiri kunjungan tersebut tanpa mencapai kesepakatan apa pun.


Penyebab perlakuan dingin ini terungkap kemudian. Masalahnya terletak pada kehadiran Dipa Nusantara Aidit, Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI), dalam rombongan Soekarno. Howard Palfrey Jones, seorang diplomat AS, dalam memoarnya menulis bahwa Eisenhower sangat tidak senang dengan kehadiran Aidit.


Bagi Eisenhower, kehadiran Aidit dianggap sebagai sebuah penghinaan, karena ini adalah kali pertama seorang pemimpin komunis secara resmi menginjakkan kaki di Gedung Putih. Itulah alasan mengapa ia 'mengerjai' Soekarno sebagai balasannya.


Setahun setelah peristiwa itu, Eisenhower lengser dan digantikan oleh John F. Kennedy. Kennedy memiliki pandangan yang berbeda terhadap Soekarno; ia tidak menganggap Soekarno sebagai musuh, melainkan sebagai pemimpin berpengaruh yang harus dirangkul.


Di bawah kepemimpinan Kennedy, hubungan AS dan Indonesia kembali membaik. Soekarno juga menyambut baik perubahan ini, bahkan hubungan pribadi keduanya terjalin akrab.


Sebagai penghormatan, Soekarno membangun Wisma Indonesia di Istana Negara pada tahun 1963, yang dipersiapkan untuk tempat tinggal Kennedy saat berkunjung ke Indonesia pada tahun 1964.


Sayangnya, rencana itu tidak pernah terwujud. Pada 22 November 1963, Kennedy tewas ditembak di Dallas, Texas. Soekarno mengenang sahabat politiknya itu dengan penyesalan, "Aku sangat menyesal bahwa ia tidak pernah bisa datang."


(tps/luc)