CNBC Insight

Berkat Anak Umur 15 Tahun Doyan Blusukan, Jepang "Bangkit dari Kubur"

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
02 August 2025 17:15
Shibuya Crossing, Asia, Japan, Shibuya Ward, Shinjuku Ward
Foto: Getty Images/CHUNYIP WONG

Jakarta, CNBC Indonesia  - Hari ini dunia melihat Jepang dengan gegap gempita. Negeri Sakura harum dikenal sebagai salah satu pemimpin dalam teknologi, inovasi, hingga gaya hidup yang memengaruhi banyak belahan dunia.

Namun, di balik kemajuan luar biasa itu, ada titik balik penting yang jarang dibicarakan. Kebangkitan Jepang dari 'kuburan' pada abad ke-19 ternyata dipimpin oleh sosok tak terduga, yakni seorang anak berusia 15 tahun.

Siapa dia?

Ratusan tahun sebelum wajah Jepang berubah menjadi seperti sekarang, negeri ini sangat tertutup dari dunia luar. Sejak 1633, Jepang menjalani kebijakan isolasi (sakoku) di bawah pemerintahan militer Kesyogunan Tokugawa (1603-1868).

Jepang tak ingin terpapar ajaran Kristen yang mulai masuk lewat ekspansi negara-negara Eropa seperti Spanyol dan Portugal.

Kebijakan sakoku melarang bangsa asing masuk ke Jepang dan melarang warga Jepang keluar dari negeri mereka. Seluruh interaksi internasional dibatasi hanya di satu titik, yakni Pulau Dejima di Nagasaki. Itu pun hanya dengan dua negara, yakni China dan Belanda.

Dalam buku The Making of Modern Japan (2000) diketahui, selama hampir dua abad kebijakan ini berlangsung, dunia luar justru mengalami perubahan besar-besaran. Beragam revolusi teknologi dan politik sukses memicu lompatan besar di dunia. Di sisi lain, Jepang nyaris tak bergerak dari abad ke-17.

Titik balik baru terjadi pada tahun 1853 ketika kapal Amerika Serikat (AS) mengunjungi Jepang dan memberikan efek kejut besar. Untuk pertama kalinya, Jepang melihat langsung betapa jauhnya kemajuan dunia luar.

Dari sinilah para elite Jepang mulai sadar. Jika negara mereka tak berubah, kehancuran tinggal menunggu waktu. Maka, terjadilah perubahan besar-besaran. Banyak orang berpikir perubahan dipimpin oleh tokoh senior.

Faktanya, kebangkitan Jepang dari 'kubur' terjadi berkat remaja berusia 15 tahun bernama Mitsuhito. Tahun 1867, di usia masih belia, dia menjadi Kaisar Jepang ke-122 dan resmi disebut Kaisar Meiji. Kelak, melalui momentum inilah dunia mengenal Restorasi Meiji atau transformasi besar-besaran ke arah modernisasi.

Mengutip buku Emperor of Japan: Meiji and His World (2002), perubahan besar ini tidak dilakukan oleh Kaisar Meiji seorang diri. Dia didukung oleh sejumlah bangsawan dan tokoh berpengaruh, yang seluruh keputusannya dijalankan atas restu sang kaisar.

Salah satu langkah awal yang ditempuh adalah mengirimkan anak-anak muda Jepang untuk belajar ke luar negeri, terutama ke negara-negara Barat seperti Inggris dan Amerika Serikat.

Tujuannya agar mereka kembali sebagai agen modernisasi dan membawa pulang ilmu pengetahuan serta wawasan baru yang dibutuhkan Jepang untuk mengejar ketertinggalannya.

Di sisi lain, Kaisar Meiji juga aktif membangun kedekatan dengan rakyat. Dia melakukan blusukan ke seluruh negeri secara intensif. Lewat blusukan, dia tahu realitas sosial dan bisa memperkuat loyalitas masyarakat terhadap kekaisaran.

Selain itu, demi mengejar ketertinggalan dari negara-negara Barat, Jepang mendatangkan lebih dari 3.000 tenaga ahli asing yang memiliki berbagai bidang keahlian. Mereka diminta untuk mengajarkan ilmu pengetahuan modern, bahasa asing, serta teknologi mutakhir kepada masyarakat Jepang.

Di sektor ekonomi, sistem perbankan modern dibentuk untuk mendukung perkembangan bisnis baru. Jepang mulai mengimpor bahan mentah dan mengolahnya menjadi produk jadi yang kemudian diekspor.

Transformasi inilah yang akhirnya menjadikan Jepang sebagai negara Asia pertama yang berhasil mengadopsi industrialisasi modern secara menyeluruh.

Setelah kematiannya pada 30 Juli 1912, masyarakat Jepang menganggap Kaisar Meiji, anak berusia 15 tahun, sebagai sosok penting pembawa perubahan Negeri Sakura. Dunia pun mengaguminya sebagai sosok pembawa perubahan. 


(mfa/mfa)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular