Situasi Chaos, Pangeran Thailand Kabur ke RI-Liburan di Dieng & Bali
Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi politik Thailand kerap kali tidak stabil. Sepanjang sejarahnya, negara ini telah mengalami belasan kali kudeta militer dan pemecatan perdana menteri di tengah masa jabatannya.
Di tengah dinamika tersebut, tercatat seorang pangeran Thailand (dulu Siam) pernah melarikan diri dan memilih liburan ke Indonesia. Sosok tersebut adalah Pangeran Paribatra Sukhumbandhu yang datang pada tahun 1930-an.
Kabur & Liburan ke Indonesia
Pangeran Paribatra Sukhumbandhu adalah putra Raja Chulalongkorn atau Rama V (1853-1910). Dalam Thailand: A Short History (2004), disebutkan bahwa dia pernah menjabat sebagai panglima angkatan laut, menteri dalam negeri, sekaligus penasihat utama Raja Prajadhipok (1925-1935).
Namun, nasibnya berubah drastis pada 24 Juni 1932. Saat itu, militer Thailand melancarkan kudeta terhadap Raja Prajadhipok. Paribatra ditangkap dan ditahan karena dianggap sebagai bagian dari lingkaran kekuasaan lama.
Beberapa waktu kemudian, dia dibebaskan secara bertahap. Pada momen inilah, dia terusir dari istana dan memilih melarikan diri ke Indonesia.
Menurut laporan surat kabar de Indische Courant (6 Agustus 1922), Paribatra tiba di Batavia (kini Jakarta) sebelum akhirnya menetap di kawasan Cipaganti, Bandung. Dia datang bersama istri, lima anak, dan beberapa pengikut setianya.
Selama tinggal di Indonesia, Paribatra tidak hanya berdiam diri di rumah. Dia kerap bepergian, menikmati waktu berlibur bersama keluarganya dengan berkeliling ke berbagai wilayah di Indonesia.
Setahun setelah menetap di Bandung, misalnya, dia melakukan perjalanan pertamanya ke arah Timur Jawa. Pada Mei 1933, diketahui dia bersama rombongan yang berjumlah 14 orang melakukan perjalanan ke Malang menggunakan mobil.
Surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad (29 Mei 1933) melaporkan bahwa dia mengunjungi kawasan wisata Tosari. Lalu keesokan harinya melanjutkan perjalanan ke Surabaya.
Di sana, sang pangeran dijadwalkan berkeliling kota sebelum berlibur lebih lama di Bali. Dia akan mengunjungi pantai yang tidak disebutkan secara spesifik.
"Setelah itu, rombongan Siam akan kembali ke Bandung pada 12 Juni dengan pesawat maskapai KLM," tulis Bataviaasch Nieuwsblad (29 Mei 1933).
Pada Januari 1934, Paribatra juga tercatat mengunjungi wilayah Sumatera. Harian Bredasche courant (10 Januari 1934) memberitakan, Paribatra pergi ke Sumatera dan tiba di Belawan menggunakan kapal laut.
Selama kunjungan tersebut, pemerintah kolonial melakukan berbagai pembenahan dan persiapan khusus untuk menyambutnya.
Dari pelabuhan Belawan, dia memulai perjalanan darat menuju Padang dan Bengkulu. Seluruh rute ditempuh menggunakan mobil hingga akhirnya tiba di Jakarta pada akhir Januari 1934.
Setelah lawatan ke Sumatera, anak ke-33 Raja Rama V itu kembali berkeliling ke wilayah Timur Jawa. Dalam kurun 1934-1937, dia diketahui mengunjungi Solo, Semarang, Magelang, dan Wonosobo
Kebanyakan lokasi yang dikunjungi merupakan kawasan wisata. Koran De Locomotief (5 Juni 1937) menyebut, Paribatra mengunjungi Candi Borobodur dan Dataran tinggi Dieng.
Selain berlibur, Paribatra juga menjalin hubungan dengan para penguasa loka. Di Solo, misalnya, dia mengunjungi Istana Mangkunegara dan bertemu para residen Belanda. Harian De locomotief (2 Juni 1937) mewartakan, selama di Istana Mangkunegara, sang pangeran dijamu dengan hidangan prasmanan khas Indonesia, termasuk nasi.
Dalam berbagai kunjungan itu, Paribatra selalu disambut dengan fasilitas dan perlakuan istimewa dari pejabat pemerintah kolonial. Sebab dia masih dipandang sebagai tokoh terhormat yang kedudukannya setara tamu negara dari luar negeri.
Kehidupan Paribatra Sukhumbandhu berakhir pada 18 Januari 1944. Dia wafat dalam usia 62 tahun dan dimakamkan di Bandung. Namun, pada tahun 1948, jenazahnya dipulangkan ke tanah kelahiran untuk dikremasi secara resmi di Istana Kerajaan, Bangkok.
(mfa/sef)