CNBC Insight

Geger 7 Ton Emas RI Diselundupkan ke Makau, Ternyata Buat Ini

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Senin, 12/08/2024 12:10 WIB
Foto: Infografis/ Singapura Punya Cadangan Emas 240 Ton, Kok RI Cuma 78 ton?/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC IndonesiaEmas merupakan aset yang nilainya tetap terjaga setiap waktu. Tak heran, di tengah memburuknya situasi ekonomi dan politik, emas kerap kali menjadi andalan. 

Terkait ini, kilauan emas pernah mendorong terjadinya penyelundupan dari Indonesia ke Makau. Total, ada 7 ton emas yang diselundupkan ke sana. Namun, itu semua dilakukan secara sengaja dan demi kebaikan bersama.


Bagaimana Ceritanya?

Kisah penyelundupan emas skala besar terjadi pada 1945 saat Indonesia baru berdiri sebagai negara. Kala itu, proklamasi kemerdekaan tak dibarengi oleh kedaulatan dan kemandirian ekonomi.

Kas negara kosong. Roda ekonomi tak bergerak. 

Sedangkan, untuk membangun negara dibutuhkan uang yang tak sedikit. Pemerintah berusaha keras mencari dana, salah satunya mengandalkan simpanan emas di penambangan.

Indonesia memang sejak dahulu dikenal sebagai surga 'harta karun'. Ada banyak emas yang ditambang dari penjuru tanah air.

Salah satu tambang paling dekat dengan Jakarta berada di Cikotok, Banten. Penambangan ini sudah eksis sejak 1936.

Menurut kesaksian eks-Gubernur Bank Indonesia Oey Beng To dalam Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia 1945-1948 (1991), hasil tambang emas dimanfaatkan untuk mendongkrak kas negara. Caranya melalui transaksi penjualan.

Pemerintah bakal menjualnya ke luar negeri untuk ditukar uang. Namun, prosesnya tak mudah. 

Keberadaan militer Belanda di Jawa menyulitkan semuanya. Penjajah juga ingin memanfaatkan emas Indonesia untuk kepentingan perang.

Maka, terjadi aksi penyelundupan emas besar-besaran agar tidak ketahuan Belanda. Sejarawan Bambang Purwanto dalam Dunia Revolusi (2023) menyebut, penyelundupan jadi sesuatu yang wajar di masa kemerdekaan, mulai dari emas hingga narkoba.

Berhubung ibu kota negara pindah ke Yogyakarta, kiloan emas dari Cikotok dibawa menggunakan kereta api ke sana. Semua dilakukan secara senyap dan "kucing-kucingan" dengan Belanda.

Namun, situasi berubah saat Belanda berhasil menduduki ibu kota Yogyakarta pada 1948. Kala itu, situasi sangat mencekam. Soekarno sudah ditangkap Belanda.

Proses pemerintahan pun sudah dijalankan secara darurat di Sumatera Barat. Salah satu yang tersisa di Yogyakarta adalah kiloan batang emas. Total, ada 7 ton emas yang tersisa. 

Tak ingin seluruh emas itu diambil alih Belanda, para pejuang Indonesia melakukan penyelundupan emas secara dramatis. Diplomat Indonesia Aboe Bakar Lubis dalam Kilas Balik Revolusi (1992:248) menceritakan, penyelundupan emas dilakukan menggunakan truk dan gerobak sapi yang ditutupi dedaunan.

Ini dilakukan supaya pengangkutan emas tak ketahuan tentara Belanda dan mata-mata. Seluruh emas dibawa dari kantor pusat Bank Nasional Indonesia di Yogyakarta ke bandara Maguwo. Jaraknya sekitar 10 Km. 

Emas itu bakal diangkut pesawat tempur untuk dijual ke kasino di Makau. Kala itu, Makau sudah dikenal sebagai pusat judi dunia yang sudah memiliki perputaran uang tak sedikit. Penerbangan pun dilakukan bertahap, dari Yogyakarta ke Filipina dan berhenti di Makau.

Aboe Bakar Lubis ingat seluruh 7 ton emas milik Indonesia laku seharga Rp140 juta. Nominal segitu sudah sangat besar pada masanya. Jika dikonversikan dengan harga sekarang, 7 ton emas nilainya mencapai triliunan rupiah. 

Keuntungan penjualan emas lantas digunakan untuk perjuangan mempertahankan eksistensi Indonesia di luar negeri. Uang digunakan para diplomat dan kantor perwakilan Indonesia di banyak negara guna memperjuangkan kemerdekaan. 

Sejarah kemudian mencatat peran diplomat Indonesia bagi kemerdekaan terbukti sangat penting. Berkat kepiawaian diplomasi mereka, keberadaan Indonesia mendapat perhatian dan dukungan dari negara-negara lain. 


(mfa/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global