Miliarder Pertama Dunia Kirim Uang Bantu RI Basmi Cacingan-Bangun WC
Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga kini Forbes mencatat ada 3.028 miliarder di seluruh dunia. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah seiring dinamika ekonomi global dan perbaikan iklim usaha.
Namun, di balik deretan nama miliarder modern seperti Elon Musk atau Jeff Bezos, tak banyak orang tahu siapa sosok miliarder pertama dalam sejarah dunia.
Sosok itu adalah John Davison Rockefeller, pengusaha asal Amerika Serikat yang membangun kekayaannya lewat monopoli minyak pada abad ke-19. Menariknya, sebagian dari hartanya sempat mengalir ke Indonesia untuk membantu masyarakat lepas dari penderitaan.
Kaya Raya dari Monopoli Minyak
Pada 29 September 1916, tepat hari ini 109 tahun lalu, John D. Rockefeller dinobatkan sebagai miliarder pertama dunia. Kekayaannya diperkirakan mencapai US$ 1,4 miliar atau sekitar 1,5% dari PDB Amerika Serikat kala itu. Menurut Britannica, jika disesuaikan dengan nilai sekarang, jumlah itu setara dengan US$ 29,7 miliar atau sekitar Rp500-an triliun dengan kurs hari ini Rp16.675/US$ per 11.30 WIB (Senin, 29/9/2025 menurut Refinitiv pukul 11.30 WIB).
Perjalanan Rockefeller menuju puncak kesuksesan bermula pada tahun 1859. Menurut buku John D. Rockefeller: Golden Rules of Life and Success (2019), saat itu, dia hanyalah pedagang biasa dengan penghasilan pas-pasan. Hidupnya berubah setelah menyaksikan Edwin Drake, penemu minyak pertama di AS, sukses besar usai mengebor sumur minyak di Titusville, Pennsylvania.
Rockefeller akhirnya ikut terjun ke bisnis minyak. Pada 1863, dia mendirikan perusahaan di Cleveland, Ohio, bersama kakaknya. Bisnis itu berkembang pesat hingga pada 10 Januari 1870 resmi mendirikan Standard Oil.
Standard Oil menjadi gebrakan besar di Amerika Serikat karena tidak hanya fokus pada pengeboran minyak, tetapi juga menguasai seluruh rantai bisnis. Mulai dari pengeboran, penyulingan, transportasi, hingga distribusi. Tujuannya menciptakan efisiensi dan menekan biaya agar harga jual produk bisa lebih murah.
Maka, untuk mewujudkan itu, Rockefeller membeli kilang minyak, menguasai jalur distribusi, bahkan membangun rel kereta api sendiri demi memperlancar pengiriman. Dari jutaan barel minyak mentah, dia berhasil menghasilkan berbagai produk turunan seperti minyak tanah, bensin, lilin, hingga pelumas industri. Seluruh produk tersebut dijual dengan harga terjangkau, sehingga bisa dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat.
Namun, pemerintah AS menutup Standard Oil pada 1911 karena dianggap terlalu memonopoli perdagangan minyak di dalam negeri. Rockefeller yang sudah terlanjur kaya tidak tinggal diam. Dari keuntungan bisnis minyak, dia lain membangun bisnis-bisnis lain yang bisa menambah harta kekayaannya, seperti properti, perbankan, dan tambang.
Mengalir ke Indonesia
Seperti banyak konglomerat dunia, Rockefeller juga aktif berderma. Bermodalkan dana sekitar US$700 juta, dia mendirikan Rockefeller Foundation pada 14 Mei 1913 dengan misi memajukan kesejahteraan umat manusia di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Pada 1920-an, yayasan ini mulai menyalurkan banyak dana bantuan ke Hindia Belanda. Fokus utamanya adalah kesehatan masyarakat. Dalam Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia (1978), disebutkan Rockefeller Foundation mengutus Dr. J.L. Hydrick untuk memimpin program pemberantasan penyakit cacingan pada 1924-1939. Kala itu, cacingan menjadi masalah serius warga RI akibat sanitasi yang buruk dan banyak merenggut nyawa.
Rockefeller Foundation kemudian aktif melakukan penyuluhan kesehatan serta perbaikan lingkungan. Di Purwokerto, misalnya, yayasan ini merenovasi kampung-kampung kumuh dengan membangun sanitasi, jamban alias WC, serta memberikan edukasi soal kebersihan.
Hasilnya terlihat nyata angka penderita cacingan turun drastis, sementara kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sanitasi meningkat. Upaya ini melahirkan generasi yang lebih sehat dan teredukasi, sehingga memberi dampak jangka panjang bagi masyarakat Indonesia.
Hidup John D. Rockefeller sendiri berakhir pada 23 Mei 1937 karena sakit. Gurita bisnisnya dilanjutkan oleh generasi di bawahnya yang masih bertahan hingga hari ini dan dinobatkan sebagai salah satu keluarga terkaya di dunia.
(mfa/mfa)