
Menteri Erick Ungkap Kisah Sukses Restrukturisasi Garuda Cs

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan bagaimana upaya jatuh-bangunnya melakukan restrukturisasi BUMN.
Tak ada hasil yang mengkhianati usaha. Erick berhasil mempertahankan Garuda Indonesia dan juga membuat perusahaan BUMN mampu menyumbang dividen lebih dari Rp 37,9 triliun yang berasal dari klaster Perbankan, Telekomunikasi, Industri Mineral dan Batu bara, dan Logistik.
Bagaimana kisah detail Erick melakukan ini semua? Berikut hasil perbincangan antara CNBC Indonesia dengan Menteri BUMN Erick Thohir dalam Economic Update 2022.
Bagaimana Garuda Indonesia memperbaiki kinerja?
Kerja di BUMN itu hampir 70% adalah kerja perbaikan alias restrukturisasi dan hanya 30% konsolidasi, baru transformasi, dan terakhir inovasi. Namun cara melihatnya tidak seperti itu, kita coba lihat helicopter view, bukan karena ini korupsi lalu sekadar ditangkap.
Apalagi industri penerbangan sangat kompleks, ditambah lagi Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang luar biasa besar.
Ditambah lagi masalah Covid-19, lihat bagaimana industri, seperti Boeing dan AirBus juga melakukan shortage, jadi bukan hanya restrukturisasi keuangan tapi bisnis model. Nah, apa yang kita dorong ada step-step.
Nomor satu, kita perbaiki cost dulu, di mana ada korupsi, kemudian leasing pesawat terlalu mahal, sudah terbukti sebelum saya masuk sudah ada KPK. Tapi kan kenapa kita membawa kejaksaan, perbaikan itu bisnis proses, jangan sampai direksi baru dan kejadian ini terulang lagi pada 10 tahun ke depan.
Langkah selanjutnya apa setelah PKPU? Pemerintah hadir, kita tidak mungkin membiarkan industri ini monopolistik, atau oligopoli, harus ada keseimbangan, karena itu kita menerbangkan Pelita dan Garuda.
Ada segmentasinya, Garuda premium, Citilink itu low, kalau Pelita ada ekonomi premium, ini kita jaga. Lion Air melakukan hal yang sama silakan, market terbuka tapi ada payung hukum. Perbaikan ini membuat Garuda sudah profitable, kalau tidak salah sudah US$ 8 juta sampai Juni tahun ini.
Ini karena apa? Karena Covid sudah turun, kalau Covid nggak menurun, semua industri penerbangan kolaps, ini kita lakukan supaya Garuda sehat, maintenance juga anak usahanya, harus lebih efisien.
Adakah rencana membawa investor untuk Garuda?
Step berikutnya setelah pemerintah hadir, membuat cashflow positif, net income bagus, bisnis model bagus, baru kita undang investor. Tetapi bukan uang, tapi strategic investor, yang bisa membantu Garuda membuka rute baru keluar negeri.
Kita sepakat ini dilakukan bukan untuk gaya-gayaan, misalnya untuk haji dan umroh wajib, karena itu profitable. Tapi yang lain berpartner saja. Lalu yang size-nya sama, jangan cuma Boeing dan Airbus, industri penerbangan pesawatnya harus lebih sedikit, agar maintenance nggak banyak-banyak. Bisnis penerbangan tidak mudah.
Mungkin tahun ini pemerintah masuk dulu, pemerintah masuk, Garuda makin baik, modal tidak minus. Ojo kesusu kalau orang Jawa bilang, harus bertahap.
Rencana Rights Issue lima BUMN?
Aksi korporasi untuk menjaga permodalan, agar tidak dibilang ngutang melulu. Yang namanya aksi korporasi macam-macam, apakah menambah modal, apakah strategic partner.
Contohnya BTN, sekarang fokus di perumahan karena banyak anak muda belum punya rumah dan mahal, jangan yang kaya saja punya rumah. Harus ada solusi. Makanya ada rumah milenial, kerja sama KAI dan BTN, KPR milenial. Tanah dari KAI tidak usah beli di sebelah stasiun, di sebelahnya ada apartemen.
Ada yang subsidi dan tidak subsidi, yang tidak subsidi, WC-nya Toto, yang subsidi industrial look. Oleh karena itu, permodalan bagus dan industrinya juga bagus, bukan berada di sunset industri.
Begitu juga dengan Krakatau Steel, 15 juta baja impor, Pak Mendag menemukan baja impor sudah ditangkap, artinya apa? Baja impor ada yang resmi dan selundupan. Ini tidak bagus untuk industri kita, oleh karena itu butuh direstrukturisasi dan setelah 8 tahun sudah merugi akhirnya untung.
Selain itu, kerja sama dengan Posco bikin lempengan mobil, itu proyek Rp 50 T lebih. Modalnya 50:50, restrukturisasi butuh modal karena investasi baru, bukan sekadar bikin proyek yang tidak jelas dan mangkrak.
Adapun dalam bekerja, harus kerja fokus, tidak hari ini meeting selesai, harus dicek dan kerja pakai hati, bukan pencitraan, bukan waktunya.
Bank-bank mengubah bisnis model dan semua ke arah digitalisasi, ada apa?
Digitalisasi ini tidak bisa terhindarkan, dulu kita bicara membangun jalan tol, dan sekarang Telkom mulai fokus pembangunan digitalisasi infrastruktur, seperti Cloud dan Data Center.
Potensi ekonomi digital kita Rp 4.500 triliun di 2030, terbesar di ASEAN dengan kue 40%. Apakah kita mau jadi penonton lagi?
Oleh karena itu dari Rp 4.500 triliun itu di break down, mana yang fintech, healthtech, content, payment, suka tidak suka bank mengarah ke sana. Tetapi tidak mungkin metamorfosis, yang ini ke sana, itulah kenapa bank-bank memulai digital, agar bisa mendorong transisi lebih cepat dan melepas tenaga kerja.
Di bank-bank di daerah ada kantornya tiga jadi dua, dan yang sisanya akan membantu edukasi, jadi ekosistem bersama, efisiensi turun ke bawah.
UMKM ini wajib didampingi, saya juga turun ke pasar mengajar orang-orang bayar secara digital. Ini akhirnya semua digitalisasi, dan UMKM juga sudah mulai melek digital karena penghasilannya sama dan mendorong ekosistem nasional.
Bagaimana dengan klaster perbankan lainnya? Yang dilihat nasabah berkelanjutan, UMKM ini masa depan dan harus ditumbuhkan 50% dalam pembiayaan perbankan ke depan. Peta yang luar biasa, sekarang didukung ke desa-desa, saat ini, tidak usah diajari BRI soal UMKM di desa.
Mandiri itu di korporasi, tapi kan tetap bisa membangun UMKM perkotaan, contoh warung-warung, di warung itu yang makan pekerja informan. Kalau mereka sakit perut anak mereka tidak bisa makan.
Oleh karena itu kita dukung warung sehingga jadi kompetitif, Mandiri juga kita dorong di UMKM perkotaan, agar pengusaha warung juga bisa kompetitif dengan didampingi.
BNI punya cabang di mana dengan pekerja migran 9 juta. Kita lihat Bank Filipina mendapat pekerjaan di luar negeri dan membuka lapangan kerja, BNI harus siasati bersaing dengan lintah darat, bagaimana bisa bersaing.
Saya mendorong kantor-kantor di luar negeri punya akses pendanaan lebih murah. Banyak di luar negeri sudah 0 Growth. Misal Jepang, simpan uang tidak ada bunga. Kita masih ada bunga. Melayani rakyat mayoritas.
Lalu bagaimana proyeksi bagi Talenta Digital BUMN ke depan?
Ini kalau saya jawab lengkap akan lebih kompleks, karena disrupsi banyak pekerjaan yang hilang. Oleh karena itu, BUMN membangun ekosistem tidak sendiri-sendiri, bukan hanya infrastrukturnya, tapi juga pendampingan.
Sekarang sudah B2B, data center dan lain-lain, Telkomsel B2C. Agar pemain digital ini hadir jadi entrepreneur baru, makanya ada Merah Putih Fund, pendanaan bagi startup. Ada 170 startup yang bisa bertumbuh jadi ekonomi baru.
Lalu bagaimana dengan digital talentnya? Ya siapkan juga makanya saya dan Pak Nadiem sudah bicara dan mendorong berapa belas ribu, untuk digital talent jadi keberlanjutan setiap tahun.
Saya juga memastikan kalau 10% di BUMN harus milenial, karena mereka yang ngerti. Ini kita dorong, misalnya Soleh Ayubi (Ketua BUMN Muda Indonesia) dan Fajrin (Ketua Forum Digital Indonesia) ini luar biasa.
Bukan hanya itu, kami merekrut 2.700 talent digital untuk bisa masuk ke dunia di masing-masing BUMN, selanjutnya training berkelanjutan untuk bisa merealisasikan infrastruktur yang sudah ada, karena kelak ada digitalnya mereka ini ya pakai. Kalau nggak dipakai untuk apa kita rekrut?
Perbankan dan industri syariah tengah tumbuh subur di Indonesia, bagaimana BUMN menangkap hal ini?
Kenapa perlu BSI, karena kita negara muslim yang besar, tidak bisa melupakan umat dan juga muslimpreneur, termasuk ekosistem pesantren, agar tidak terjadi kesenjangan dan jadi isu politik.
Alhamdulillah BSI sekarang total aset Rp 270 triliun nomor 12 di dunia, di Indonesia top 10. Lima tahun ke depan diharapkan jadi Top 5 dunia. Namun harapannya masih sama bisa juga memperkuat UMKM, ekonomi umat juga, kita dorong sama-sama membangun ekonomi keumatan.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]