Raja Properti RI: Tomy Winata Berkibar Gara-Gara Aguan
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika sebagian jenderal Angkatan Darat pusing dengan nasib Bank Propelat, maka di zaman Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Edi Sudradjat, Yayasan Kartika Eka Paksi membantunya. Bank itu lalu diambil-alih Angkatan Darat. Terlibat pula dalam pengambilalihan itu Guo Shuo Feng alias Tomy Winata (TW).
"Bank itu (Propelat) akhirnya dibeli dengan menggunakan uang TW dan mitranya, Edward dan kemudian Aguan," kata Atmadji Sumarkidjo dalam biografi Jenderal Tiopan Bernard Silalahi, TB Silalahi Bercerita Tentang Pengalamannya (2008:85). Bank Propelat lalu berubah nama menjadi Bank Artha Graha. TW tak pernah dapat proyek dari Angkatan Darat setelah bank itu dibeli.
Aguan yang dimaksud tentu saja Sugianto Kusuma, yang sudah lama jadi kawan TW. Baik TW dan AGuan adalah, keduanya sudah ibarat saudara sedarah dan belakangan sama-sama punya bisnis di bidang properti. Atmadji Sumarkidjo menyebut TW telah jadi annemer alias kontraktor sejak usia belasan tahun.
TW, menurut Sam Setyautama dalam Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia (2008: 152) kelahiran Pontianak 23 Juli 1958. Nama Winata, konon karena dia orang tua angkat di Sukabumi, lurah Desa Takokak yang bernama Bisri Artawinata. Sekolahnya pun hanya sampai SMP saja.
Sejak berusia 15 tahun sudah dipercaya Angkatan Darat membangun markas dan perumahan KOREM Singkawang, Kalimantan Barat. "Saat berumur 30 tahun ia sudah menjadi rekanan ABRI saat membangun sejumlah barak dan kantor KORAMIL dan KODAM," tulis Sam Setyautama
Selain di Kalimantan dia pernah dapat proyek di KODAM Cendrawasih Papua. Selain sebagai pemborong, TW juga menjadi pemasok barang kebutuhan pokok untuk ABRI di Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Bisnis perbankannya berkembang dan konstruksinya terus berjalan.
"Pada 1994 ia menjadi pembayar pajak terbesar nomor 14. Ia mendirikan Jakarta International Hotel and Development dan PT Bumi Artha Graha Prima di Sudirman Central Business dan District yang dikuasainya sejak 1992 dan saat itu bernilai kurang lebih Rp 8 triliun," tulis Sam Setyautama.
Kiprahnya di bidang properti pada tahun 2000-an terkait dengan Agung Sedayu Metro Development, Agung Sedayu Propertindo, Artayasa Grahatama, Garuda Mega Harapan, Jakarta Graha Sentosa, dan Citra laksana Graha Prima. Dalam bidang konstruksi terkait dengan Agung Sedayu Permai, Arthayasa Adiprim, dan Graha Mulya Nusa. Di antara bisnis-bisnis itu dia bersama Agung Sedayu Group milik Aguan.
Bisnis-bisnis TW berada di dalam bendera Artha Graha Group dan pernah ada 40 perusahaan di bawahnya. Selain konstruksi dan properti, TW terkait dengan bisnis telekomunikasi di Danatel Pratama, elektronik ada Artha Graha Wahana dan perikanan di Ting Sheen Bande Sejahtera. Dalam bidang perhotelan, TW adalah salah satu pemilik Hotel Borobudur Jakarta.
Kini TW jelas masih menjadi pengusaha yang diperhitungkan di Indonesia. Sebagai sosok konglomerat yang sangat disegani di Indonesia, TW disebut-sebut sebagian orang namanya sebagai salah satu dari Sembilan Naga yang sangat berpengaruh dalam perekonomian Indonesia.
(pmt/pmt)