
BRIN Bicara Riset Antariksa Hingga Minat Investasi Elon Musk

SDM merupakan inti dari organisasi. Bagaimana rencana ke depan terkait optimalisasi SDM di ORPA?
Organisasi penelitian memang kuncinya adalah SDM. Dengan program-program capacity building yang ada di BRIN, SDM periset ORPA akan ditingkatkan pendidikan formalnya, yang S1 menjadi S2, S2 menjadi S3, dan S3 menjadi profesor. Karena academic credential periset umumnya berbanding lurus dengan kualitas solusi yang bisa di berikan pada masalah-masalah nasional.
Karena beban kerja administrasi sudah diambil oleh BRIN, ORPA bisa fokus mengurus riset. Untuk bidang penerbangan dan anatriksa, tidak hanya mengurus riset untuk perisetnya yang ada di ORPA, tetapi untuk periset yang ada di seluruh Indonesia yang berminat di topik-topik tersebut. Skema BRIN tersebut namanya Rumah Program, yang untuk penerbangan dan antariksa reviewer-nya ada di tempat kami. Misalnya rekan-rekan dari universitas mempunyai ide mau mengembangkan aplikasi drone untuk smart farming, memonitor pencemaran daerah aliran sungai atau lainnya, bisa masuk ke Rumah Program Penerbangan dan Antariksa, yang dibuka setiap tahun.
Apa langkah ORPA untuk menumbuhkan minat generasi masa kini untuk menjadi peneliti di bidang penerbangan dan antariksa?
Salah satu skema di BRIN ada yang namanya manajemen talenta. Dengan manajemen talenta ini kita mencari kader-kader dari universitas entah mereka fresh graduate atau pascasarjana untuk magang di organisasi riset, salah satunya di tempat kami. Di laboratorium-laboratorium tersebut nanti akan ada opening untuk magang menjadi asisten riset.
Denagn manajemen talenta tersebut diharapkan talenta-talenta untuk penerbangan dan antariksa semakin banyak. Kalau kita lihat di luar negeri itu begitu banyak anak-anak muda yang, begitu ada teknologi baru langsung mereka menciptakan sesuatu yang baru seperti mereka bahkan sudah memikirkan drone untuk mengantar pizza, data satelit penginderaan jauh untuk asuransi pertanian, dan lain-lain. Yang menciptakan itu sudah milenial ke bawah, mereka yang hidup di dunia digital yang sekarang. Sentuhan seperti itu yang harus diperbanyak.
Apa kabar rencana pembangunan Bandara Antariksa di Biak?
Keuntungan di Indonesia karena kita negara tropis kepulauan itu kalau mau meluncurkan satelit akan bisa lebih murah, terutama kalau orbitnya mandekati equator. Ini yang kita tawarkan kepada investor dan penyedia teknologi peluncuran satelit internasional. Kita siapkan lahan, produk hukum, dan SDM pendukung. Saat ini yang berminat ada, tetapi mereka baru sebatas masih lihat-lihat, belum actually come here and invest their money. Karena memang ini memang teknologi khusus dan memerlukan izin dari pemerintah karena menyangkut keamanan negara. Kita berharap bisa segera terwujud.
Bagaimana dengan minat pendiri Tesla Inc. Elon Musk?
Perusahaannya Elon itu dia tidak bermaksud meluncurkan satelit dari sini. Dia itu mikirnya mau bawa penumpang, misalnya New York ke Jakarta, pakai roket. Kita juga welcome kalau memang mereka berminat untuk melakukan investasi tersebut di Indonesia.
Perihal rencana untuk menerbangkan astronaut yang masih dibahas Kemenko Polhukam, Kementerian Pertahanan, dan BRIN, seperti apa perkembangannya?
Kalau update-nya saya belum tahu. Karena memang ketika itu program tersebut terkait dengan imbal dagang proses pembelian alutsista dari Rusia. Ini adalah tipe program yang bisa jadi public campaign atau ranahnya rekan-rekan ilmu komunikasi. Kalau yang kami pahami dari program yang ada dari Kementerian PPN/Bappenas, yang diinginkan adalah yang memberi direct benefit seperti penginderaan jauh untuk mitigasi kebakaran hutan, mitigasi banjir dan longsor, dan lain-lain.
Terkait dengan Ibu Kota Nusantara, seperti apa keterlibatan teman-teman di ORPA?
Untuk IKN kami dilibatkan untuk menyediakan citra satelit untuk memetakan lokasi IKN bersama dengan BIG. Kami juga dapat sediakan peta tutupan lahan dan peta tematik lainnya. Apabila nanti ada proses pembangunan, akan terjadi perubahan tutupan lahan, nanti kita akan pantau lagi dengan citra satelit. Kami bisa pantau berapa banyak jalan dan infrastruktur yang sudah terbangun, dan lain-lain.
Tapi memang daerahnya IKN ini sangat challenging karena sepanjang tahun berawan. Jadi untuk foto dengan kamera optik dari satelit itu sering kali terhalangi awan. Strategi lain mungkin kami akan menggunakan teknologi yang lebih maju untuk mapping di sana dengan satelit radar. Satelit radar ini bisa menembus awan, karena muatannya mirip radar yang ada di bandara untuk deteksi pesawat terbang, tapi ditaruh di satelit dan diarahkan ke bumi. Jadi yang dideteksi itu adalah rupa bumi.
[Gambas:Video CNBC]
