Raja Mal di RI: Berawal dari 'Tangan Dingin' Mochtar Riady

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak mal-mal 'bertumbangan' alias sepi di sekitar Jakarta akibat dampak pandemi. Salah satunya milik kelompok bisnis Lippo, suatu kelompok bisnis yang didirikan oleh pengusaha Mochtar Riady. Melalui bendara Lippo Malls, Lippo memiliki sedikitnya 50 mal di seluruh Indonesia.
Dalam sejarah bisnisnya Mochtar tidak memulai dari mal, dia memulainya dari sebuah toko di Jawa Timur. Punya toko bukan impian masa kecil Lie Moe Tie alias Mochtar Riady.
Tiap pergi ke sekolah dulu, Mochtar terpesona dengan gedung bank bergaya Eropa, yang di era 1930-an sudah tergolong megah. Dia ingin suatu hari berpenampilan parlente dan bekerja di dalam gedung megah itu.
Mimpi tak seperti kenyataan yang dialami Mochtar. Ketika usianya 20-an tahun, Mochtar masih mengelola toko mertuanya di Jember. Mochtar lalu memutuskan pergi dari mertuanya dan hijrah ke Jakarta demi mimpinya bekerja di bank.
Sampai Jakarta, Mochtar tak langsung bekerja di bank. Mochtar pernah berbisnis sepeda dahulu sebelum akhirnya bertemu pemilik Bank Kemakmuran, Andi Gappa, kakak dari Panglima ABRI Jenderal M Jusuf. Andi Gappa mengajak Mochtar untuk bergabung di bank itu dan Mochtar dengan senang hati.
"Ketika itu, aset bank tersebut sekitar US$ 3 juta dan modal kerja sekitar US$100 ribu. Syarat menjadi mitra baru harus menyuntik modal segar US$ 200 ribu untuk mengusai 66 persen saham," kata Mochtar dalam Manusia Ide (2016:39).
Mochtar lalu menghubungi kolega-kolega Tionghoanya untuk mengembangkan bank itu. Mochtar didaput sebagai presiden direktur Bank Kemakmuran tersebut.
Mulanya Mochtar sulit memahami laporan keuangan. Selama setahun pertama, diam-diam belajar bagaimana membaca laporan keuangan dari beberapa ahli keuangan.
"Di Bank Kemakmuran, saya banyak mendapat pelajaran dan pengalaman sehingga bisa mengenal sifat manusia yang umumnya serakah dan egoistik," aku Mochtar (2016:41-43). Mochtar hanya sebentar di bank itu setelah melihat tabiat buruk sebagian koleganya.
Mochtar lalu mengelola Bank Buana. Mulanya bank itu milik kawannya Ma Zhong itu merugi. Bank itu lalu diakuisisi Mochtar dan mitranya. Bank itu beroperasi pada 1963 dan pembenahan dilakukannya.
Bank Buana memoles desain buku giro dan formulir dan tak lupa melakukan promosi bank itu. Bank itu berani menawarkan bunga deposito lebih tinggi dan bunga kredit lebih rendah. Bank Buana juga bekerja sama dengan Bank Dagang Negara.
Mochtar dan jajarannya akhirnya sukses menyehatkan Bank Buana. "Dalam kurun waktu 1962-1965, Bank Buana telah berada di peringkat enam besar di antara bank-bank di Indonesia. Ketika krisis perbankan antara 1965-1966, Bank Buana termasuk bank yang selamat," aku Mochtar (2016:46)
Bank Buana punya beberapa kantor di luar Jakarta, seperti di Manado, Medan, Jambi, Pekanbaru, Lampung, Makassar, Malang, Surabaya, Semarang, dan Bandung.
Mochtar kemudian tak hanya mengurus Bank Buana, tapi juga Bank Industri dan Dagang Indonesia (BIDI) dan Bank Industri Jaya Indonesia. Dua bank ini, pada 1971, bersama Bank Kemakmuran lalu bersatu dalam Pan Indonesia Bank.
Pan Indonesia Bank lalu dikenal sebagai Panin Bank. Joe Studwell dalam Asian Godfather: Menguak Takbir Perselingkuhan Pengusaha dan Penguasa (2017:315) menyebut saham Panin Bank dikuasai keluarga istri Mochtar Riady.
Bank Buana yang pernah dipimpin Mochtar juga hendak dimasukkan ke dalam bank tersebut, namun pemegang saham menolak. Setelah 1998, Bank Buana dibeli United Overseas Bank International dari Singapura dan menjadi UOB Indonesia.
Pada 1970-an, Mochtar didekati Liem Sioe Liong, yang saat itu bank Windu Kencana dan Bank Central Asia (BCA). Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016:215) mencatat Liem memberi tawaran kepada Mochtar.
"Anda mau membesarkan bank saya?" tanya Liem. Mochtar yang berminat pun memilih Bank Central Asia untuk digarapnya. Pada 1975 BCA punya aset US$1 juta dengan 27 karyawan.
BCA kemudian membesar dan menjadi salah satu bank swasta yang cukup penting di Indonesia. BCA lalu melampaui Panin Bank. Setelah BCA besar, pada 1991, Mochtar cabut baik-baik dari BCA.
Mochtar lalu membangun Lippo Bank. Bank itu berdiri pada 1989 sebagai gabungan dari Bank Perniagaan Indonesia (BPI) yang dibeli Mochtar Riady pada 1981, dan Bank Umum Asia.
Lippo membesar di bawah Mochtar. Sitaan Lippo Bank kemudian menjadi berkah bagi bisnis Mochtar, yakni sebuah lahan di Karawaci Tangerang. Setelah bank sukses, Mochtar terjun ke dunia properti lewat PT Tunggal Reksakencana-menjadi cikal-bakal Lippo Karawaci.
Lippo Karawaci cukup kesohor. Lippo kemudian banyak membuat mal. Mochtar juga kemudian terlibat dalam proyek Meikarta. Di dunia pendidikan Lippo mendirikan sekolah dan universitas Pelita Harapan di Tangerang, sekolah Dian Harapan dan Univeristas M Chung di Malang. Di bidang kesehatan, Lippo mengembangkan rumah sakit Siloam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt) Next Article Pernikahan Anak Konglomerat: Tahir Dapat Anak Mochtar Riady