Mentan SYL Sikapi Pandemi: Kesiapan Pangan Kita Harus Dijaga
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 berdampak kepada semua sektor perekonomian. Tidak terkecuali sektor pertanian.
Kendati demikian, Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yakin ketahanan pangan dalam kondisi aman. Keyakinan Syahrul sudah menghitung penerapan PPKM Darurat yang belakangan diterapkan untuk menekan lonjakan kasus Covid-19.
Dalam CNBC Indonesia Economic Update pada, Kamis (15/7/2021), Syahrul membeberkan ketersediaan pangan selama pandemi Covid-19. Ia pun mengomentari rencana pengenaan PPN terhadap sejumlah bahan pangan hingga food estate.
Simak selengkapnya petikan wawancara Syahrul Yasin Limpo berikut.
Bagaimana dengan ketersediaan pangan, khususnya sembako selama pandemi, terutama saat ada PPKM Darurat?
Dari neraca ketahanan pangan khususnya pada 12 komoditas dasar pertanian yang terus kita perbaiki dan petakan secara maksimal, maka dari apa yang kami miliki neraca cukup baik dan terkendali. Bahkan sampai Desember pun kami yakin. Dengan perkiraan kita dan validasi, 12 komoditas terjamin dengan aman.
Ini dari data BPS, 12 komoditas dasar itu ada beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi, daging kerbau, ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, dan minyak goreng. Dari 12 komoditas ini, sampai saat ini bawang putih masih tersubstitusi impor, daging sapi juga, gula, dan kedelai.
Dari neraca kami sampai Agustus ini cukup terkendali dengan baik. Jadi oleh karena itu neraca tersusun dengan kementerian lain. Intinya dalam kondisi kendali cukup baik.
Bagaimana dengan stok beras nasional? Seperti apa produksinya sampai akhir 2021?
Sesuai kebijakan negara yang disampaikan presiden, untuk 273 juta orang itu kebutuhan pangan dasar pangan, terutama beras, harus tersedia dengan baik. Makanya dalam pemetaan kita, musim tanam 2 atau (MT2) 2020 akhir Desember, masih punya surplus 7,39 juta ton.
Dan musim tanam 1 (MT1) Desember-Juni 2021 ini, kita tanam di 5,79 juta hektare. Hasilnya adalah beras 17,59 juta ton, ditambah carry over tahun lalu 7 juta ton, maka kita memiliki beras kurang lebih sangat cukup. Sementara konsumsi kita mengatakan 14,67 juta ton, maka sekarang surplus cukup ada 8 juta ton hingga 10 juta ton sampai akhir juni ini.
Kemudian kita akan masuk pada musim tanam 2 Juli - Desember 2021, akan menghasilkan 14,25 juta ton. Sehingga kalau akhir Juli ini kita punya stok 10 juta, ditambah MT2 2021 14 juta ton, maka yang kita makan kurang lebih 15 juta ton, kita masih surplus 9,6 juta ton.
Validasi ini terus kita lakukan. Insya Allah cuaca dan musim yang ada baik seperti tahun lalu. Kami yakin konsumsi dasar yakni beras tersedia dengan aman.
Bagaimana dengan produksi produk sembako lainnya?
Kita punya lima cara bertindak.
Pertama, perluasan lahan atau peningkatan kapasitas produksi kita. Baik lahan eksisting maupun lahan tambahan bahkan ke uji coba lahan rawa. Kita juga ada perencanaan penambahan luas area dari 7,4 juta hektare itu berharap ada penambahan 250 ribu hektar. Ini jadi cadangan yang ada ini, termasuk sapi lokal, bawang putih, bawang merah, kedelai.
Kedua, pengembangan diversifikasi produk pangan lokal. Agar dikembangkan makanan lokal tidak hanya dengan beras. Ada ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, sorgum, talas. Pengembangan lahan pekarangan di rumah yang ada.
Ketiga, kita juga perkuat cadangan beras pemerintah baik di Bulog atau BUMN lainnya juga penguatan di tingkat provinsi dan kabupaten, termasuk kesiapan lumbung pangan berbasis masyarakat yang ada. Ini karena panen kita luar biasa, sehingga kita memiliki kelebihan stok pangan dari tahun sebelumnya.
Keempat, kita bangun smart farming, antara lain food estate, juga pendekatan lainnya. Ini upaya memodernisasi pertanian yang ada.
Kelima, kita perkuat ekspor kita. Ternyata ekspor kita 2020 ini luar biasa naik 15%. Itu artinya Rp 421 triliun. Ini belum pernah dicapai sebelumnya, di tahun 2020 kita capai. Data terakhir di kuartal I ini naik 39%. Makanya ruang ekspor kita dorong untuk bisa membuat ketahanan pangan kita untuk ruang perekonomian kita.
Bagaimana dengan wacana kenaikan PPN sembako? Apakah berdampak pada petani kita?
Kalau itu menjadi wacana saya kira dalam kondisi seperti apapun, orang bebas membuat wacana dan hitungan sendiri. Saya sebagai menteri teknis belum pernah diajak bicara mengenai kenaikan PPN itu.
Bapak presiden juga sudah pernah saya tanya itu. Dari mana itu? Tidak ada jawabnya. Makanya di saat kita sedang menghadapi tantangan dan kondisi yang tidak bisanya wacana ini sah-sah saja. Tapi pemerintah belum membicarakan itu.
Jadi menurut saya PPN itu tidak ada. Menurut saya seperti itu. Saya yakin presiden akan memberikan keberpihakan kepada petani. Tiap minggu dikontrol, karena masalah pertanian beliau concern sekali. Saya ingin yakinkan kita PPN itu tidak ada seperti itu.
Seperti apa perkembangan food estate? Apa kendalanya saat ini?
Kita harus bisa pahami bahwa penduduk Indonesia 270 juta orang dan berkembang. Lahan eksisting kita 7,4 juta hektare itu tergerus jika dilihat secara objektif, atau dialih fungsikan. Dengan kepentingan industri dan jalan. Jumlahnya besar satu tahun itu menunjukkan alih fungsi sampai 100 ribu hektare.
Makanya presiden minta jangan terpaku dengan lahan eksisting. Coba lakukan langkah ke depan mempersiapkan lahan eksisting baru yang di ekstensifikasi dari tempat lain. Peningkatan produktivitas dari lahan eksisting dan memanfaatkan lahan marginal yang tersedia di semua pulau. Lalu menggunakan lahan rawa yang ada.
Makanya ada di tiga tempat untuk uji coba nasional. Pertama di Kalimantan Tengah memanfaatkan lahan aluvial, lahan rawa yang bisa ditanami. Ini tidak mudah. Jangan lihat Kalimantan Tengah sama dengan di Jawa, Kalimantan, Sumatra. Ini lahan dengan karakteristik pH rendah, bau besi, warna kuning dan itu harus diintervensi riset pupuk dan lain-lain untuk bisa ditanami. Sekarang uji coba 30 ribu hektare menghasilkan sekarang.
Di atas 29 ribu hektare itu sukses. Tidak semua pastinya. Ada 300 hektare harus gunakan varietas lokal. Ini beda dengan penggunaan varietas hibrida yang punya produksi tinggi baik untuk tanaman padi dan jagung.
Kedua uji coba di atas gunung. Jadi kita coba di Humbang Hasundutan itu terdiri atas kentang, bawang merah, bawang putih. Uji coba kita sekarang ini membongkar lahan yang ada, yang semak belukar bukan hutan. Tidak boleh nebang pohon. Tapi lahan yang terbuka selama ini tidak digarap. Itu kita lakukan. Uji coba 1.000 hektare tahun ini menghasilkan 215 hektare. Hasilnya maksimal. Tahun ini akan masuk sampai 1.000 hektare.
Ketiga, kita punya pulau banya. Kita uji coba di Sumba Tengah, NTT, ini kabupaten yang termiskin di antara Jawa - Bali. Kalau kita lihat di NTT lahan yang biasa ditanam satu kali saja. Ternyata kami masuk 5.000 hektare dan hasilnya luar biasa.
Food estate itu adalah korporasi pertanian. Artinya lahan kecil disatukan, mulai dari budi daya, intervensi varietas, pupuk, atau cara budidaya pertanian korporasi, dan menggunakan riset teknologi. Dan ini bukan hanya satu komoditas.
Ujungnya harus ada penggilingan atau pemrosesan untuk masuk market place atau ekspor. Tidak seperti membalik tangan karena pertanian tergantung cuaca makanya adaptasi harus dilakukan.
Mudah-mudahan ini terus bisa harus maju terus dan mudah-mudahan ke depan bisa menjadi model agar pemerintah daerah bisa menduplikasi. Tidak semua dengan APBN, tapi juga Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Saya kira dengan model ini akan menjadi road map di setiap provinsi di seluruh Indonesia. Kita berharap banyak alih fungsi lahan itu kita bisa backup dari food estate ini.
Upaya Kementerian Pertanian supaya makin banyak petani milenial?
Kementan sudah membuat planning lima tahun ke depan petani milenial mencapai 2,5 juta orang. Tahun ini 1 juta orang dilatih. Kami punya digital agriculture world room menggunakan satelit. Mudah-mudahan hasilnya mereka bisa tertarik. Bertanam sekarang sudah menggunakan teknologi.
Oleh karena itu, menjadi petani itu pasti hebat. Petani muda pasti keren. Pikiran saya ini hanya perkataan simbolik bertani tidak harus berbecek-becek, kaki tidak harus terjebak lumpur dalam karena teknologi riset dan mekanisasi menjanjikan sekarang. Kedua sekarang disiapkan pemerintah modal dasar setelah pelatihan ini dapat memberikan daya tarik ke petani muda.
Besok kita memiliki anak muda bertalenta yang menjadi rujukan pertanian sebagai profesi. Ini harus diperkuat dari praktek dan hasil untuk kepentingan kita bersama.
Menurut Anda, apa yang harus dilakukan agar ekonomi Indonesia bisa tumbuh?
Indonesia negara keempat terbesar, matahari tidak pernah berhenti bersinar, air kita miliki, alam menjanjikan di Indonesia. Bertani bukan hanya untuk makan tapi juga lapangan kerja. Ini juga ekonomi dasar. Di era Covid-19 solusinya bukan hanya medical tapi food security. Kita semangat mempersiapkan itu. Para bupati dan gubernur kita harus bahu-membahu menyelesaikan masalah ini.
Kesiapan pangan kita harus dijaga. Cukup dan bisa mempersiapkan kondisi apapun tahun ini tahun depan. Kita berharap pertanian tidak hanya dengan cara kemarin artinya menggunakan teknologi saat ini.
(miq/miq)