CNBC Indonesia Economic Update

Menlu Retno Buka-bukaan Soal Diplomasi Vaksin di Era Pandemi

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
15 July 2021 15:20
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. saat Konfrensi Pers Kedatangan Vaksin Covid-19 Tahap 2, Bandara Soekarno Hatta, 31 Desember 2020.  (Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr)
Foto: Retno Marsudi (BPMI Sekretariat Presiden/Muchlis Jr)

Berbicara mengenai Vaksin Merah Putih, bila hasilnya sesuai yang diharapkan, kira-kira bagaimana langkah Indonesia ke depan? Apa juga akan ikut mendistribusikan vaksin?
Saya kira iya kalau kita memiliki vaksin dan bisa produksi jumlah besar kalau kita lihat sejarah diplomasi luar negeri Indonesia saya kira kita termasuk negara yang bertanggung jawab tidak hanya untuk sendiri tapi untuk dunia. Dalam konteks itulah pengembangan vaksin sendiri itu ditujukan selain untuk sendiri itu juga untuk membantu dunia.

Pandangan negara maju dan pemain industri global melihat potensi Indonesia menjadi produsen vaksin terbesar di Asia?
Misalnya dengan CEPI. Itu setelah proses due diligence mereka akhirnya memasukan Bio Farma sebagai partner kerja sama. Tentunya mereka melihat ada kapasitas dari Indonesia. Contohnya vaksin polio di mana Bio Farma sudah menyuplai ke ratusan negara termasuk untuk negara-negara OKI itu vaksin banyak yang disuplai Indonesia.

Maka itu kalau yang ditanya pandangan negara-negara lain, kapasitas kita ada, namun sebagai negara besar seperti ini kapasitas itu masih bisa dikembangkan plus mengenai bahan baku. Karena kalau kapasitas ada, bahan bakunya tergantung dari luar, maka kalau ada gangguan supply chain maka produksi akan terganggu. Termasuk dari hulu ke hilir.

Bicara Asia Tenggara, peran Indonesia dalam mendorong pemulihan ekonomi dan kesehatan di Asia Tenggara?
Dalam konteks Asia Tenggara tentunya kita harus bicara ASEAN di mana dalam beberapa pertemuan kita telah membahas hal ini dengan antara lain pooling dana sebagai bantuan untuk mendukung negara-negara lain dalam pemenuhan ketahanan kesehatan nasionalnya itu kita sudah memiliki dengan cara realokasi plus dukungan dari negara mitrawicara.

Saat ini saya ingin menyampaikan tren seminggu ke belakang kasus dunia untuk menggambarkan negara-negara dunia. Kalau kita lihat tren penambahan kasus negara-negara dunia itu naik 12%, ASEAN kenaikannya 37,4%. Jadi cukup banyak kenaikan kasus tetapi regardless kita menghadapi masalah kita nggak lupa kerja sama kawasan karena ini tidak akan tercipta tanpa ketahanan nasional.

Bisa diceritakan kerja sama COVAX dengan Indonesia?
Intinya adalah kesetaraan akses vaksin bagi semua negara, termasuk negara berkembang dan berpenghasilan rendah. Kalau dilhat dari dana, maka kita melihat dukungan negara donor sudah mencukupi, yang jadi tantangan adalah pengadaan vaksinnya.

Tentunya GAVI sudah melakukan kontrak dengan banyak produsen tetapi dinamika banyak terjadi sehingga banyak keterlambatan distribusi ke negara-negara dunia. Kalau negara kaya apalagi punya industri vaksin di dalam negeri seperti AS, atau Eropa, itu dia perusahaannya produksi, negara beli, beres. Tapi sebagian besar negara tidak punya keberuntungan itu, apalagi negara-negara berpenghasilan rendah yang mereka betul-betul mengandalkan persediaan vaksin COVAX ini.

Oleh karena itu, ketika ditanya seberapa penting COVAX facility, saya menganggap bahwa COVAX adalah pilar utama dalam rangka menjalankan kesetaraan akses vaksin. Karena kita tahu karena kalau tidak semuanya selesai maka pandemi belum selesai. No one is safe until everyone is.

Setelah pandemi Covid-19 selesai, apa COVAX akan beralih fungsi?
Tentunya COVAX adalah platform multilateral dan akan di-adjust sesuai situasi dan saya kira pengalaman kita ini memberikan pelajaran berharga mengenai pentingnya solidaritas, kerja sama, dan kolaborasi multilateral.

Bagaimana dengan pemenuhan oksigen dari berbagai negara?
Untuk oksigen kita mengambil dua cara. Pertama, pengadaan. Kita memesan beberapa oksigen baik silinder maupun konsentrator tetapi kita juga menerima tawaran-tawaran dari negara sahabat misal dari Singapura sudah mulai tiba ventilator dan oksigen pertama datang melalui udara dan yang kedua mulai jalan melalui laut dan tiba 14 Juli yang intinya bantuannya oksigen related supply.

Kedua saya juga sudah dihubungi beberapa negara. Oh saya lupa Australia sudah kirim 1.000 ventilator dan sudah membahas akan terus mendukung suplai oksigen. Kemudian India juga, menlunya sudah kontak karena saat Indonesia perlu, kita juga sudah kirim oksigen dan tabungnya ke sana sehingga mereka juga menanyakan apakah dapat menawarkan yang diperlukan. Semua upaya kita lakukan karena kesehatan rakyat nomor 1 dan kita bekerja sama untuk itu.

Langkah Kemlu ke depan?
Kita jangka panjang adalah untuk membangun ketahanan kesehatan global dan saat ini sedang dibahas sebuah treaty untuk prepareness pandemic masa depan. Dan Presiden RI termasuk satu di antara pemimpin dunia yang mendorong kemungkinan dunia punya perjanjian dalam menghadapi pandemi masa depan.

Ini masih awal tapi Indonesia terus bekerja selain untuk kepentingan nasional dan mendukung terciptanya ketahanan kesehatan global dan ini kita lakukan melalui banyak sekali channel baik dari segi non setting mulai dari WHO, PBB, dan juga practical cooperation seperti investasi dan bahan baku dengan luar negeri.

(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular