
Ketua Umum Himbara Sunarso Bicara Kinerja Bank BUMN & Pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara), Sunarso membagi cerita terkait dengan realisasi penyaluran kredit dari dana penempatan dana pemerintah hingga perkiraan pertumbuhan kredit hingga akhir tahun ini.
![]() Direktur Utama BRI Sunarso |
Penyaluran kredit Himbara dari penempatan dana pemerintah sudah di atas Rp 49 triliun kalau menurut OJK sudah lebih dari 165% dari target. Saat ini di bulan Agustus sudah seperti apa realisasinya?
Pada tanggal 25 Juni yang lalu bank Himbara mendapatkan penempatan deposito dana pemerintah, totalnya Rp 30 triliun. Dan kemudian masing-masing, Mandiri dapat Rp 10 triliun, BRI dapat Rp 10 triliun, BNI dan BTN dapat Rp 5 triliun. Kami waktu itu berkomitmen pada pemerintah untuk me-leverage sampai tiga kali jadi 30 triliun itu kita salurkan jadi minimal 90 triliun dan jangka waktunya kita minta waktu selama tiga bulan.
Dan alhamdulillah penyerapannya cukup baik karena sampai saat ini mungkin totalnya sudah Rp 40 triliun lebih. Dan BRI sendiri yang menerima Rp 10 triliun kan harus menjadi Rp 30 triliun sampai September, sampai posisi 12 Agustus kemarin kami diberi sudah menyalurkan dalam bentuk kredit kepada UMKM nilainya Rp 32 triliun. Artinya sudah lebih dari 100% target yang harusnya dicapai September tapi di pertengahan Agustus sudah kami laksanakan.
Seperti apa kondisi ini memicu permintaan kredit saat pandemi? Apakah signifikannya sangat terasa?
Jadi begini ya, likuiditas memang penting tetapi tetapi likuiditas saja nggak cukup. Yang harus didorong adalah permintaan terhadap kredit itu sendiri. Yang bisa mendorong permintaan kredit itu apabila di masyarakat agar kemampuan ada kemampuan beli maka kemudian stimulus stimulus itu menurut saya harus dijalankan secara sinkron dan simple supaya bisa dieksekusi.
Contohnya bagaimana orang dikasih kredit kemudian disuruh apa usaha apa kalau usahanya itu tidak ada yang beli. Maka kemudian perlu dibarengi oleh stimulus stimulus yang lain. Misalnya contoh bahwa likuiditas itu sebenarnya di perbankan ya kalo dibilang bank butuh likuiditas iya, kebutuhannya semendesak apa, itu tergantung ada demand terhadap kredit nggak.
Kalau kemudian untuk menimbulkan demand terhadap kredit itu berarti harus ada daya beli dari masyarakat yang didorong dan berarti kalau begitu tidak hanya menargetkan likuiditas kepada bank tetapi mengalirkan likuiditas kepada masyarakat secara langsung itu juga penting. Jadi dua duanya.
Jadi kredit didorong dengan memberikan likuiditas tetapi masyarakat sendiri juga harus ditingkatkan daya belinya. Dengan cara apa ya kalau misalnya masyarakat masih bisa bekerja dari pekerjaannya dia dapat income. Tapi kalau masyarakat tidak bekerja atau mungkin memang income-nya menurun dan itu kemudian menurunkan daya beli maka seharusnya memang ada aliran likuiditas yang dalam bentuk berbagai stimulus itu yang bisa disalurkan kepada masyarakat.
Permasalahannya sekarang tidak mudah juga menyalurkan likuiditas langsung kepada masyarakat. Karena yang pertama syaratnya harus ada dananya, tanya dari mana ya pasti dari government budget.
Kemudian yang kedua data masyarakat yang akan menerima stimulus itu harus ada dulu dan benar. Dan kemudian setelah itu dibutuhkan sistem penyalurannya seperti apa. Dan yang terakhir komunikasinya oleh siapa kepada siapa. Empat hal yang dibutuhkan untuk mendorong penyaluran stimulus dalam rangka mengalirkan likuiditas kepada masyarakat untuk mendorong daya beli dan mendorong permintaan kredit.
Jadi yang pertama adalah duit ,yang kedua adalah data tentang masyarakat, ketiga adalah sistem penyaluran nya seperti apa supaya akuntabilitasnya jelas terus kemudian yang terakhir adalah yang menyalurkan itu mengkomunikasikannya seperti apa kepada masyarakat. Itulah sekarang yang siap untuk empat hal itu yang siap untuk hal empat hal itu ada banyak.
Di bank bank Himbara khususnya BRI yang menyiapkan empat hal itu duitnya duitnya minta kepada pemerintah kemudian datanya kami verifikasi, sistem penyaluran nya kita jaga dan karena memang sudah ada di sistem perbankan dan kemudian komunikasinya mesti kami turunkan people kami untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat penerima itu.
Di tengah konsumsi yang melemah di kwartal dua bagaimana bisa BUMN dalam hal ini bisa menyalurkan kredit untuk diserap? Nah permintaan kredit mungkin ada tetapi konsumsi masyarakat masih tetap tertekan, kondisi yang tidak singkron konsumsi masih melambat tetapi kredit masih bisa tumbuh bisa dielaborasi lebih jauh apa yang terjadi?
Jadikan sebenarnya krisis ini memang berbagai aspeknya, sektor juga tetapi sebenarnya kita masih punya peluang untuk tumbuh. Buktinya di tengah kondisi GDP growth negatif itu masih seperti sektor pertanian itu masih tumbuh tumbuh 2% positif. Jadi artinya memang mungkin misalnya untuk meningkatkan pangan itu masih bisa kita dorong. Dan kemudian kemudian PSBB dimana-mana kemudian pengganggu distribusi itu yang harus kita selesaikan juga gitu.
Jadi intinya sebenarnya menyediakan likuiditas saja kepada bank itu memang diperlukan tetapi akan apabila tidak tidak apa tidak di tidak dibarengi dengan apa namanya peningkatan loan demand, dan loan demand itu ada kaitannya sama permintaan di masyarakat. Permintaan masyarakat itu ada kaitannya dengan daya beli dan beli itu ada kaitannya dengan likuiditas.
Ulangi sekali lagi kemudian terus yang disalurkan lewat bank harus dibarengi lagi dengan stimulus dengan yang langsung ke masyarakat itu dengan berbagai bentuk subsidi. Bukan hanya investasi di bank tetapi ada government spending. Dana pemerintah di bank itu adalah investasi pemerintah karena bentuknya deposito.
Dengan ada BLT dan subsidi dari pemerintah itu sudah tepat?
Sudah tepat tetapi yang harus kita perbaiki adalah cepatnya itu sendiri. Tepat kan konsepnya tapi kemudian bagaimana itu hadir di waktu yang dibutuhkan apa nggak dan itu yang harus dipercepat.
Percepat itu seperti yang tadi saya katakan kita nggak ada kita nggak akan bisa menyalurkan berbagai stimulus itu secara cepat dan cepat kalo yang tadi tidak dipenuhi yang tadi duit kemudian data kemudian sistem penyaluran nya dan komunikasinya seperti apa.
Contoh ini kan nanti 17 Agustus akan dilaunching bantuan produktif usaha mikro (BPUM). Buka nanti penerima akan menerima bantuan Rp 2,4 juta bentuknya hibah. Tetapi kemudian targetnya 17 juta penerima bagaimana mencari 17 juta orang maka saja yang akan menerima itu yang akan jadi kebijakan teknis.
Misalnya di BRI minta diminta data kebetulan kalau di bank ada sistem maka kami langsung oh kalau begitu ini diarahkan kepada orang yang belum mendapat kredit. Kemudian kami dari data penabung kami punya produk namanya simpedes jadi data penabung simpedes ini kami short kemudian dapat yang saldonya di bawah Rp 2 juta.
Kemudian di bawah Rp 2 juta itu kami short lagi diantara mereka itu ada yang belum mendapat kredit, maka ketemulah yang saldonya di bawah Rp 2 juta dan belum mendapatkan kredit tanya ada 4,3 juta. 4,3 juta apakah ini langsung dikasih nggak diverifikasi lagi karena akuntabilitasnya harus dijaga.
Maka kami melakukan verifikasi sekarang. Meski program yang belum jalan kami melakukan verifikasi yang verified sudah udah 1,1 juta. Mungkin ini akan menjadi prioritas begitu dilaunching mereka akan menerima dana Rp 2,4 juta dari pemerintah.
Sekarang semudah itu nggak mengkredit ke rekening penerima saya kira tidak karena pasti nanti akan ditelusuri maka kemudian syaratnya, prinsipnya dan spiritnya apa ini. Spiritnya kan memberikan Rp 2,4 juta ini, kemudian supaya nanti tidak dipermasalahkan itu kok tidak usaha dikasih itu ternyata usahanya udah jalan kok dikasih.
Dari awal kita berinisiatif kemudian kita turunkan people, petugas-petugas BRI mantri-mantri BRI biar kita turunkan untuk memberitahu calon-calon penerima ini. Bapak ibu, bapak punya tabungan di BRI, saldonya kurang dari Rp 2 juta maka pemerintah akan memberikan bantuan untuk usaha jumlahnya Rp 2,4 juta, tapi sebelum ditarik bapak ibu harus tanda tangan. Bapak berjanji bawa duit Rp 2,4 juta ini benar benar digunakan untuk usaha, usaha apa saja pokoknya usaha supaya ekonomi berputar. Kalau setuju tanda tangan, uangnya dicairkan.
Prinsip-prinsip seperti ini yang harus dirancang bukan lempar-lempar apa namanya. Jadi harus dikomunikasikan dengan baik, komunikasi itu ada orangnya masanya kalimatnya bersama supaya pesan-pesannya sampai.
Rp 2,4 juta yang disalurkan 17 Agustus nanti itu bentuk hibah atau nanti akan dikreditkan juga?
Itu hibah. Karena hibah jadi bank hanya sebagai channeling saja, artinya tidak dibukukan di neracanya bank. Jadi bang hanya penyalur saja seperti basos dan lain-lain itu beda dengan Rp 30 triliun itu, kalo yang Rp 30 triliun tadi itu pemerintah investasi di deposito bank dan di bank dicatat sebagai liabilitas dan kemudian diblend dengan berbagai dana dari masyarakat dan dari PT, kemudian disalurkan dalam bentuk kredit karena masuk neraca bank cek di liabilitas maupun di asetnya. Maka maka kemudian tanggung jawab nya kepada pemerintah ya kita bertanggung jawab seperti kepada deposan sedangkan kalo yang Rp 2,4 juta itu benar-benar duitnya punya pemerintah dan hanya disalurkan saja jadi kredit dari rekening perintah ke rekening nasabah yang ada di BRI yang 1,1 juta itu dan kemudian mudah-mudahan pada juga bisa diverifikasi.
Bagaimana dengan resiko peningkatan NPL dengan percepatan apakah ini akan menjadi boomerang untuk Himbara sendiri?
Mungkin saya sampaikan bahwa sebenarnya sekarang ini perbankan perbankan secara keseluruhan itu saya menurut saya sudah sangat siap dan sigap menerapkan manajemen resiko yang prudent. Terbukti kalau krisis 97-98 nggak bisa bicaralah waktu itu CAR-nya sampai minus. Krisis 2008 CAR kita terbukti baik 16% perbankan kemudian di 2013 juga CAR-nya membaik di atas 16% bahkan.
Sekarang kalau saya cerita mengenai Himbara saja Himbara secara rata rata itu karnya 17,99% artinya itu jauh lebih cukup untuk mengcover pertumbuhan maupun mengcover resiko yang ada. Resikonya itu adalah resiko memburuknya kualitas Aktiva produktif.
BRI sekarang CAR kami itu 19,09% dan Himbara secara keseluruhan itu 17,99%. Itu artinya sekali lagi cukup untuk menopang pertumbuhan dan cukup untuk mengkover resiko.
Kita ngomongin NPL sekarang. NPL nya BRI sekarang dua, 2,85% sampai bulan Mei dan kemudian NPL Himbara secara keseluruhan itu 2,5%. Kalo krisis seberat ini kemudian bang masih bisa memanage NPL-nya di bawah 3% itu saya katakan bahwa itulah contoh penerapan manajemen risiko yang baik.
Karena krisis seberat ini dan kemudian yang paling kehantam adalah di UMKM kemudian kredit-kredit kita terutama di mikro dan UKM itu bisa kita kelola dengan baik dengan NPL di bawah 3% sekali lagi saya katakan itu adalah contoh penerapan risk management yang baik. Artinya tidak ada kekhawatiran yang berlebih untuk itu dan kemudian kesiapan, kesigapan kebijakan untuk merestrukturisasi merelaksasi kredit terutama di UMKM saya katakan kalau itu sudah cepat dan tepat. Dan kemudian bank juga meresponnya dengan baik.
Hanya saja memang tadi itu setelah kita restrukturisasi seperti apa? Saya ceritakan ini ada data bahwa ternyata gelombang restrukturisasi itu terutama UMKM itu mencapai puncaknya adalah di bulan April dan Mei dan kami dan kami punya resources 125 ribu karyawan banyak mayoritas diantaranya deal dengan pengusaha pengusaha UMKM di lapangan yang kami sebut dengan mantri-mantri, kami punya 40 ribuan mantri yang langsung tiap hari berhubungan dan berbisnis dengan UMKM.
Terus selama bulan April Mei memang difokuskan kepada restrukturisasi dan kemudian ternyata restrukturisasi itu di bulan Mei hampir bisa dibilang selesai untuk UMKM karena apa di bulan Juni permintaan untuk restrukturisasi itu sudah sangat melandai dan kemudian resources kami alokasikan untuk tumbuh dan kemudian kalau bulan Mei hampir dibilang di mikro itu tenaganya tersedot untuk melakukan restrukturisasi bukan untuk ekspansi.
Dimulai bulan Juni kami bisa share di sini bahwa bulan Juni itu kami bisa menyalurkan kredit mikro itu sebulan di bulan Juni itu Rp 17 triliun. Artinya permintaan sudah ada lagi terkait dengan dibukanya PS BB juga begitu juga orang boleh berinteraksi langsung lagi mungkin dengan disiplin protocol kesehatan yang sangat ketat tetapi tetap bekerja tapi dengan disiplin protocol kesehatan yang ketat maka kemudian kesempatan kembali lagi bekerja, patan kembali lagi beraktivitas ekonomi itu sudah mampu ditunjukkan oleh respon terhadap kredit mikro itu yang kami bisa lending dalam satu bulan sebanyak Rp 17 triliun untuk mikro saja.
Itu saya mau menebar nuansa spirit untuk tetap optimis bahwa restrukturisasi itu saya katakan sudah melandai dan sekarang sudah waktunya untuk ekspansi. Hanya saja akan lebih baik dan lebih cantik kalo bank ekspansi kredit kemudian masyarakat juga didorong daya belinya lagi-lagi tadi saya katakan melalui stimulus yang tidak masuk di neracanya bank.
Kalau krisis kan orang biasanya melakukan konsolidasi karena bank terlalu gemuk. BI, OJK, LPS uga berharap ada konsolidasi. DPK bank BUKU 1 kan anjlok, yang bagus di BUKU 3 dan BUKU 2. Ini menunjukkan bank-bank besar memiliki kelonggaran, bank kecil butuh bantuan. Himbara sebagai kapitalisasi pasar terbesar, kok lambat melakukan konsolidasi?
Ini menjawabnya nggak bisa straight to the point jadi harus mutar-mutar dulu. Jadi muter-muter dulu, saya akan lewat mungkin akan terkesan bahwa terjadi ketidakseimbangan dalam dalam penghimpunan dana masyarakat.
Dana masyarakat masih tumbuh year on year itu 8,9% dan itu artinya pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu sampai dengan bulan Mei itu tumbuh 6,3% tahun lalu ya dana masyarakat di yang dihimpun perbankan.
Hanya saja benar memang pertumbuhan dana bank buku 4 itu sekarang ini justru melonjak menjadi 11,3%. Tahun lalu itu industri 8,9%, bank buku empat sendiri 11,3% dan itu dana pihak ketiga bank buku 4 8,2%.
Kemudian bagaimana bank buku satu? Bannk buku 1 juga dari tahun lalu growth hanya saja tahun lalu negatif gross nya itu minus 3,4% terus kemudian tahun ini sampai Mei itu bang buku tiga itu dana masyarakatnya itu minus 2,4%. Maka kemudian itulah tadi yang disoroti bahwa berarti memang oh berarti memang yang makin menderita ini adalah bank-bank kecil, bank-bank bank-bank buku 1.
Terus kenapa ini kan waktu yang tepat untuk melakukan konsolidasi. Saya kira mungkin konsolidasi sebagian jalan sudah jalan di antara bank-bank buku empat pertama dan bank buku 1 terutama bang ban-bank buku 4 yang mengincar pengen punya digital banking atau punya digital attacker dan sejenisnya seperti itu.
Tapi kenapa kok bank Himbara tidak melakukan itu saat ini? Bank Himbara ini saat ini ditugasi untuk ini untuk itu jadi kemudian maka kemudian mana yang lebih dulu kan prioritisasinya, konsolidasi bank atau menyelamatkan UMKM? Maka saya memilih menyelamatkan UMKM terlebih dahulu, baru menyelamatkan bank. Terima kasih.
Prospek kredit perbankan 2020 seperti apa?
Jadi memang semula anual budget kita menargetkan bahwa tahun 2020 itu kita akan tumbuh double digit lah, 10%-12%. Itu kita susun tahun lalu ya RKAP itu dan kemudian begitu akhir Februari mulai ada gejala gejala kau fit terutama impaknya kita baru terasa di minggu ketiga Maret rencana yang awal sampai akhir Juni kita sudah selesai bukunya dan kemudian akan kita evaluasi dan sudah barang tentu kita memang harus melakukan revisi budget.
Revisi budgetnya adalah pertumbuhan kredit yang semula 10% sampai 12% BRI akan kami revisi menjadi 4% sampai 5% empat saja. Sampai Mei tadi saya katakan eh sampai Juni di mana ada bulan Mei yang kami itu fokus kepada restrukturisasi dia tumbuh itu sudah saja sekarang kami sampai Juni masih kredit kami itu masih bisa tumbuh 3,81%.
Sedangkan industri tumbuh 3,14% saya ulangi lagi industri sampai Mei tumbuh 3,14% sedangkan BRI tumbuh tumbuh 3,81% dan kami masih harus kerja keras di kwartal ketiga dan kwartal empat tahun ini tampak karna karena kami tetap menurunkan gak menurunkan kurang dari empat.
Insyaallah kalau misalnya loan demand didorong dengan berbagai stimulus tadi dan di stimulusnya makin Tersalurkan dengan lancar kemudian timbul permintaan di masyarakat maka target 4%-5% insyaAllah sampai akhir Desember bisa kita capai.
Merger perbankan syariah seperti apa?
Memang sekarang marketshare perbangkan syariah itu secara nasional baru 9,03% bahkan bukan hanya perbangkan tapi keuangan syariah 9,03% artinya masih sangat kecil karena sampai belum sampai double digit.
Kita punya spirit punya semangat untuk meningkatkan market share daripada industri keuangan syariah, sudah barang tentu.
Kemudian merger, terutama ini yang pemiliknya sama bank-bank barang Himbara pastilah dimaksudkan untuk supaya lebih efisien dalam artian yang pertama kenapa mungkin tidak perlu invest hal-hal yang sama disetiap bang padahal sebenarnya target marketnya, tujuan penggunaannya, produknya relatif sama. Maka itu bisa dilakukan efisiensi dari sisi investasi untuk infrastruktur dan lain-lain.
Kemudian yang berikutnya merger pasti akan memperbesar size dan kemudian size yang besar itu pasti akan memilih yang competitiveness yang lebih baik. Itu yang harus kita capai nanti supaya daya jangkauannya, layanannya dan lebih banyak terutama yang ingin bertransaksi dengan berbasis syariah.
Tetapi pasti ada hal-hal lain juga yang kita perhitungkan antara lain apa? Pasar itu baru bisa bekerja apabila di pasar itu ada pelaku-pelakunya jadi bukan satu pelaku tapi pelaku-pelakunya. Makah kalau bank-bank Syariah yang kecil-kecil di merger oke menjadi besar tetapi kemudian pelakunya ada nggak jadi nanti supaya pasar itu tetap bergerak.
Sehingga kalau ada bank Syariah yang lain besar mungkin yang lain juga perlu juga dicarikan pendamping ataupun Mitra ataupun pelaku pasar yang lain yang kira-KIRA size-nya juga besar sehingga pasarnya benar-benar berjalan bisa berjalan.
Terutama saya katakan itu di money market karena kan mani market nya Syariah nggak bisa telepon nerobos ke money market yang konvensional demikian juga yang konvensional nggak bisa nerobos ke syariah. Jadi kan money market kesesama syariah besar. Kalau syariahnya besar tapi satu trus mau main sama siapa? Itu yang harus dipikirkan menurut saya.
Merger menurut saya itu hal yang baik karne akan banyak mendoron efisiensi dan banyak memperluas jangkauan layanan. Tetapi perlu diingat karena itu masih ada di pasar, dan di pasar it bukan hanya pelaku tetapi pelaku-pelaku maka kalau ada satu bank besar maka harus ada yang lain juga kawannya itu untuk bermain di apsar yang seimbang.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]