Buwas Bicara Ancaman Krisis Pangan Hingga Perilaku Para Mafia

Savira Wardoyo, CNBC Indonesia
18 June 2020 11:33
Dirut Bulog Budi Waseso melakukan kegiatan operasi pasar khusus gula di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (15/5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Direktur Utama Bulog Budi Waseso (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran mengenai ketahanan pangan. Tidak terkecuali di Indonesia. Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengakui hal itu. Menurut dia, semua tak lepas dari pengaruh cuaca, yaitu kemarau panjang. Belum lagi perubahan iklim yang cenderung ekstrem.

"Memang di beberapa negara sudah warning untuk mengantisipasi itu. Sehingga ada beberapa negara yang mereka mengutamakan untuk dalam negerinya, untuk masalah pangan. Sehingga mereka tidak akan menjual keluar," ujar Buwas, sapaan akrabnya, dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia yang ditayangkan pada Rabu (17/6/2020).

"Nah ini tentunya juga menjadi antisipasi kita, tapi kan harusnya Indonesia walaupun sudah warning masalah itu juga kita justru, kita harus bergiat untuk bagaimana kita tetap memproduksi itu. Karena negara kita kan negara agraris, lahan pertanian luas dan produksi pangan kita banyak, besar, dan tidak hanya satu jenis ya, banyak. Sekarang yang penting adalah bagaimana kita menyiapkan itu. Karena bagaimanapun kita masih ada lahan-lahan yang produktif, baik itu yang ada irigasinya maupun yang tadah hujan, yang lainnya itu masih bisa kita produksi," lanjutnya.

Eksklusif kepada CNBC Indonesia, Buwas juga bercerita sejumlah hal, termasuk soal mafia pangan hingga kepemimpinannya di Bulog. Berikut adalah petikan wawancaranya:



Pandemi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran mengenai ketahanan pangan, bagaimana kesiapan Indonesia?
Kekhawatiran beberapa negara soal pangan ya, itu kan memang adanya warning. Artinya dengan prediksi masalah cuaca ya, kemarau panjang. Terus adanya perubahan-perubahan iklim yang cenderung ekstrem ini akan mempengaruhi produksi pangan ya, karena menyangkut tanaman.

Memang di beberapa negara sudah warning untuk mengantisipasi itu. Sehingga ada beberapa negara yang mereka mengutamakan untuk dalam negerinya, untuk masalah pangan.

Sehingga mereka tidak akan menjual keluar. Nah ini tentunya juga menjadi antisipasi kita, tapi kan harusnya Indonesia walaupun sudah warning masalah itu juga kita justru, kita harus bergiat untuk bagaimana kita tetap memproduksi itu. Karena negara kita kan negara agraris, lahan pertanian luas dan produksi pangan kita banyak, besar, dan tidak hanya satu jenis ya, banyak.

Sekarang yang penting adalah bagaimana kita menyiapkan itu. Karena bagaimanapun kita masih ada lahan-lahan yang produktif, baik itu yang ada irigasinya maupun yang tadah hujan, yang lainnya itu masih bisa kita produksi

Apakah kita perlu ikut khawatir?
Saya kira kalau khawatir tidak ya, tapi mengantisipasi perlu. Karena kita jangan juga terlena begitu sudah ada warning ya tentang itu dan bisa saja terjadi di Indonesia karena itu secara internasional seluruh dunia.

Tapi kan kita harus menyiapkan itu jauh hari. Artinya dengan demikian kita harus mengantisipasi bagaimana cadangan pangan kita bisa mencukupi. Dan kita sebenarnya cukup kalau kita bicara pangan itu secara menyeluruh ya.

Karena pangan itu bukan hanya beras , ada jagung, kentang, ubi, sagu dan lain-lainnya. Maka kalau kita bicara itu sebenarnya kita tidak usah khawatir kekurangan pangan, ya lancar.

Sampai hari ini juga kita menyerap dari petani. Kita juga tetap berpedoman pada aturan negara. Pembelian kita kan kita batasi HPP-nya berapa itu yang kita pedomani.

Di kala di atas HPP itu memang Bulog tidak bisa beli, tapi kan bukan berarti masalah, karena ada yang membeli lebih mahal. Kalau lebih mahal berarti itu lebih menguntungkan petani. Tapi kita kalau harganya masih normal kan kita serap sebanyak mungkin. ada beberapa daerah yang kita serap dengan jumlah yang banyak.

Pak Buwas sering berbicara mengenai mafia pangan, bagaimana perkembangannya saat ini?
Sudah saya serahkan kepada yang punya kewenangannya. Dan fakta kok. Sekarang mau kita bicara pemalsuan berasnya ya kan. Terus pemungutan daripada uang. Di lapangan bagaimana kan sudah jelas itu bukan hal yang fiktif. Tapi di sini bukan Bulog yang nanganin untuk masalah hukumnya.

Kita sudah serahkan semua bukti-bukti otentik sudah. Tapi kalau itu toh tidak berjalan kan bukan harus Bulog yang disalahkan. Nah ini yang saya bilang sekarang kan tergantung niat kita maunya kita kayak apa. Apa kita berpihak kepada kejahatan, atau kartel-kartel itu, atau tidak berpihak kepada masyarakat, atau rakyat, atau negara ini.



Pak Buwas kerap tampil dengan pembawaan tegas, emang galak ya?
Tergantung, kalau untuk kebaikan saya enggak pernah galak tapi kalau untuk masalah kejahatan, penyimpangan, saya galak. Karena saya selalu berpikir untuk kebaikan, nah kita harus bicara kebaikan. Saya selalu mendorong bagaimana kebaikan itu selalu terwujud, orang harus selalu berpikir positif jangan negatif.

Apalagi kalau sudah dijadikan aparatur negara itu hanya bunyinya pengabdian. Kalau pengabdian itu pikirannya bersih, baik, baik, baik, untuk kepentingan negara bangsa. Itu saja cara berpikirnya.

Ya makanya itu kan kalau dilihat saya itu keras ya, terus saya selalu vokal bukan kepentingan saya pribadi, tidak. Makanya kalau saya menilai orang orang punya jabatan tinggi tapi moralnya jelek itu kan saya juga sedih gitu ya. Orang kayak gini moralnya kok bisa jadi pejabat. Hanya berpikir tentang uang, berpikir kepentingan dia pribadi atau kelompok. Padahal dia tuh mengorbankan masyarakat dan negara ini.

Saya ini anak pejuang sehingga saya tahu perjuangan itu gak mudah. Kalau yang penjahat ini saya yakin bukan keluarga pejuang, karena dia tidak pernah berjuang untuk negara bangsanya.

Presiden Jokowi menyebut ada defisit pangan di beberapa provinsi, apa di Indonesia rawan?
Kan tidak seluruh wilayah Indonesia ini memproduksi padi. Yang dimaksud tadi pak presiden itu wilayah-wilayah yang tidak memproduksi padi ya Ya seperti di antaranya adalah kepulauan Riau dia kan emang kurang ya kan. Nah terus NTT dan Maluku itu kan tidak memproduksi.

Oleh sebab itu kan memang itu ada defisit pangan, tapi di sisi lain ada wilayah-wilayah yang memproduksi, bahkan surplus. Ini kan sekarang tinggal sistem bagaimana yang surplus yang seperti ini mengisi yang defisit.

Peran Bulog seperti itu tapi kan itu kan secara umum ya. Sebenarnya Bulog sudah tersedia karena bulog itu mengikuti perkembangan perkembangan ketersediaan pangan di wilayah karena kita ada di seluruh Indonesia.

Jadi begitu ada defisit kita langsung supply. Cadangan kita itu sudah cukup untuk kebutuhan masyarakat di sana, hanya kita tidak bisa keluarkan kalau tidak ada perintah dari negara karena yang kita pakai adalah beras cadangan pemerintah, yang kita simpan ini beras negara jadi penggunaannya harus atas perintah negara. itu persoalannya.

Karena kita terus ikuti, karena Bulog kan tidak bebas. Bulog itu begitu ada izinnya baru dia kerjakan karena nanti akan diaudit oleh BPK. Kalau sudah diaudit itu udah disalurkan semuanya baru diganti oleh negara melalui proses panjang.

Rules seorang Buwas dalam memimpin Bulog seperti apa?
Ya kalau saya sih amanah. Saya kan sebenarnya sudah pensiun dari abdi negara dan kepolisian. Saya sebenarnya sudah menganggap paripurna lah, pengabdian saya selesai.

Tapi ternyata pak presiden, dan Tuhan memberikan amanah kembali kepada saya di Bulog. Ini yang terakhir kan saya sebagai kepala BNN. Itu juga saya mengurusi masalah negara, artinya generasi bangsa di negara ini bila gagal kena narkotika maka negara hancur, habis, kehidupan juga.

Di sini mutlak kehidupan, kalau ngurusi pangan nggak bisa selesai maka menyangkut negara ke depan. Sekarang kan satu negara dan pandangan saya satu negara kuat itu kan dari manusianya, penduduknya.

Penduduknya bukan jumlahnya saja, kualitas. Penduduk yang sehat, pandai dan cerdas. Untuk mencapai kesehatan dari mana dari mana, pangan. Orang pintar kalau nggak sehat dari mana. Mau cerdas kalau nggak sehat dari mana. Maka betul presiden bilang generasi harus yang sehat, itu harus dari makanan yang berkualitas.


(Muhammad Choirul Anwar/miq)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular