
Bos Mandiri Buka-bukaan Soal Likuiditas dan Akuisisi Bank
Roy Franedya, CNBC Indonesia
17 January 2019 10:42

Terkait rencana Bank Mandiri untuk akuisisi bank ritel. Siapa kah bank tersebut?
jadi capital kita itu, CAR-nya di 21% dan kita melihat dengan pertumbuhan saat ini low double digit, 12-13% memang penumpukan modal kita itu terus meningkat sehingga kita melihat leverage kita ini harus diisi dengan anorganik growth kalau hanya organik growth memang akan punya ekses capital yang tidak akan bisa kita capitalize.
Jadi ekses capital kita itu kisarannya 2-4%, itu kalau kita konversi sekitar Rp 35 triliun. Kebetulan dari sisi regulator memang inginkan jumlah bank ini cepat menurun. Cuma memang isunya pricing lah ya.
Di Indonesia, dalam transaksi dalam beberapa tahun terakhir kalau foreign yang beli itu pricingnya bisa tinggi 2,5-3 kali. Jadi kita melihat bila nanti lakukan transaksi nantinya memberikan value addition ROI buat kita, value kita meningkat dan juga yang paling penting kita melihat bisnis yang saling melengkapi.
Kita selama tiga tahun terakhir memang bisnis kita di consumer karena dulu lebih fokus di korporasi dan kredit UKM menengah dan sekarang agak ganti strategi.
Kenapa ganti strategi?
Jadi kalau kita lihat periode 2013-2019 memang kredit menengah ini waktu terjadi commodity bust, memang rentan kenaikan NPL jadi kita memang menjaga segmen menengah dan UKM kita yang produktif di kisaran 25-30%. Kita isi 30% dari consumer dan 40% dari korporasi. Jadi komposisi kredit kita seperti itu.
Konsumen di konsumer itu beragam kan ada KPR, kepemilikan kendaraan, credit card dan kredit multiguna, ini engine ini Bank Mandiri memang belum lama punyanya karena kita memang tidak terlalu lama fokus di consumer credit, baru sekitar 3 tahun ini.
Nah, kita mencoba mencari platform untuk bisa scale up lebih besar lagi di consumer dan memang kita lihat di nasabah lebih kenal bank-bank lain di consumer yang menjadi top of mind mereka, tapi saya raya 3 tahun ini brand kita cukup maju di consumer.
Tapi memang kita mencoba mencari segmen yang berbeda. Kita memang kuat di segmen BUMN, pemerintah tetapi segmen-segmen segemtertentu seperti di trading segmen atau disegmen pengusaha muda, itu belum strong.
Ini yang kita lihat produk consumer dan distribusi ini yang coba kita cari di market ada gak bank yang bisa adding value to our frenchise.
Banknya siapa dan kapan itu bisa direalisasikan?
Belum ada. Kalau kita size-nya harus sizeable. Kalau terlalu kecil tidak add value to our frenchise , harus punya distribusi yang cukup baik dan costumer based yang berbeda dengan kita dan harapannya memang bisa menjadi platform kita untuk bisa growth consumer finance.
Di market ada beberapa yang cukup menarik tetapi tergantung apakah ada proses atau tidak. Karena saya dengar, kadang-kadang pemain ini di-over kemudian tidak jadi. kita lihat dan kita open.
Soal pesatnya perkembangan teknologi yang agresifnya fintech. Apa yang akan dilakukan Bank Mandiri ke depan?
Kita lihat payment ada beberapa aspek. Pertama evolusi payment melalui smartphone. Kita memiliki Mandiri Online ini mungkin untuk generasi baby boomers dan Gen X, itu lebih cocok. Jadi waktu itu kita launching ternyata Mandiri Online ini masih mendapatkan tempat yang luar biasa. Kita launching sekitar tahun lalu kini user-nya sudah hampir 2,9 juta, transaksi finansialnya tinggi sekali.
Yang menarik waktu kita adding fitur top up e-money penerimaan masyarakat cukup baik karena bisa top up dengan menggunakan android NFC. Itu banyak yang apply download Mandiri Online. Jadi saya rasa ini ada kemajuan.
Tapi memang untuk masuk ke milenial it's a difference game. Milenial ingin memang ingin menggunakan e-wallet karena mereka ingin simpel payment yang online klik. E-wallet ini juga memang ada dua. Offline sama online.
Kalau offline menggunakan prapaid card itu kita leading sekarang. Market sharenya 80% karena e-toll karena used utama kita dari sana. Jadi sekarang kita expans menggunakan channel-channel baru.
Nah, yang smartphone murni yang menggunakan QR-Code, ada yang untuk segmen milenial. Kita memang sudah lauching e-Cash beberapa tahun lalu tetapi memang to early tapi belum sesuai expentation.
Nah, kebetulan kita sedang merancang Bank-Bank BUMN bersama dengan BUMN lain seperti Telkom dan Pertamina untuk bagun sebuah platform QR Code bersama. Karena kalau kita belajar kemarin, used cased-nya harus banyak. Kalau used casednya untuk satu dan dua hal, katakanlah untuk bayar cicilan dan listrik atau beli minimal, itu orang tidak pakai untuk daily basis.
Jadi kita bersama BUMN ini sedang menggagas common QR Code platform dengan used cased beragam sehingga menjadi alat pembayaran yang jaman sekarang. Ini yang kita harapkan akan diluncurkan dalam satu hingga dua bulan ke depan dalam platform LINK.
(roy/roy)
jadi capital kita itu, CAR-nya di 21% dan kita melihat dengan pertumbuhan saat ini low double digit, 12-13% memang penumpukan modal kita itu terus meningkat sehingga kita melihat leverage kita ini harus diisi dengan anorganik growth kalau hanya organik growth memang akan punya ekses capital yang tidak akan bisa kita capitalize.
Jadi ekses capital kita itu kisarannya 2-4%, itu kalau kita konversi sekitar Rp 35 triliun. Kebetulan dari sisi regulator memang inginkan jumlah bank ini cepat menurun. Cuma memang isunya pricing lah ya.
Kita selama tiga tahun terakhir memang bisnis kita di consumer karena dulu lebih fokus di korporasi dan kredit UKM menengah dan sekarang agak ganti strategi.
Kenapa ganti strategi?
Jadi kalau kita lihat periode 2013-2019 memang kredit menengah ini waktu terjadi commodity bust, memang rentan kenaikan NPL jadi kita memang menjaga segmen menengah dan UKM kita yang produktif di kisaran 25-30%. Kita isi 30% dari consumer dan 40% dari korporasi. Jadi komposisi kredit kita seperti itu.
Konsumen di konsumer itu beragam kan ada KPR, kepemilikan kendaraan, credit card dan kredit multiguna, ini engine ini Bank Mandiri memang belum lama punyanya karena kita memang tidak terlalu lama fokus di consumer credit, baru sekitar 3 tahun ini.
Nah, kita mencoba mencari platform untuk bisa scale up lebih besar lagi di consumer dan memang kita lihat di nasabah lebih kenal bank-bank lain di consumer yang menjadi top of mind mereka, tapi saya raya 3 tahun ini brand kita cukup maju di consumer.
Tapi memang kita mencoba mencari segmen yang berbeda. Kita memang kuat di segmen BUMN, pemerintah tetapi segmen-segmen segemtertentu seperti di trading segmen atau disegmen pengusaha muda, itu belum strong.
Ini yang kita lihat produk consumer dan distribusi ini yang coba kita cari di market ada gak bank yang bisa adding value to our frenchise.
Banknya siapa dan kapan itu bisa direalisasikan?
Belum ada. Kalau kita size-nya harus sizeable. Kalau terlalu kecil tidak add value to our frenchise , harus punya distribusi yang cukup baik dan costumer based yang berbeda dengan kita dan harapannya memang bisa menjadi platform kita untuk bisa growth consumer finance.
Di market ada beberapa yang cukup menarik tetapi tergantung apakah ada proses atau tidak. Karena saya dengar, kadang-kadang pemain ini di-over kemudian tidak jadi. kita lihat dan kita open.
Soal pesatnya perkembangan teknologi yang agresifnya fintech. Apa yang akan dilakukan Bank Mandiri ke depan?
Kita lihat payment ada beberapa aspek. Pertama evolusi payment melalui smartphone. Kita memiliki Mandiri Online ini mungkin untuk generasi baby boomers dan Gen X, itu lebih cocok. Jadi waktu itu kita launching ternyata Mandiri Online ini masih mendapatkan tempat yang luar biasa. Kita launching sekitar tahun lalu kini user-nya sudah hampir 2,9 juta, transaksi finansialnya tinggi sekali.
Yang menarik waktu kita adding fitur top up e-money penerimaan masyarakat cukup baik karena bisa top up dengan menggunakan android NFC. Itu banyak yang apply download Mandiri Online. Jadi saya rasa ini ada kemajuan.
Tapi memang untuk masuk ke milenial it's a difference game. Milenial ingin memang ingin menggunakan e-wallet karena mereka ingin simpel payment yang online klik. E-wallet ini juga memang ada dua. Offline sama online.
Kalau offline menggunakan prapaid card itu kita leading sekarang. Market sharenya 80% karena e-toll karena used utama kita dari sana. Jadi sekarang kita expans menggunakan channel-channel baru.
Nah, yang smartphone murni yang menggunakan QR-Code, ada yang untuk segmen milenial. Kita memang sudah lauching e-Cash beberapa tahun lalu tetapi memang to early tapi belum sesuai expentation.
Nah, kebetulan kita sedang merancang Bank-Bank BUMN bersama dengan BUMN lain seperti Telkom dan Pertamina untuk bagun sebuah platform QR Code bersama. Karena kalau kita belajar kemarin, used cased-nya harus banyak. Kalau used casednya untuk satu dan dua hal, katakanlah untuk bayar cicilan dan listrik atau beli minimal, itu orang tidak pakai untuk daily basis.
Jadi kita bersama BUMN ini sedang menggagas common QR Code platform dengan used cased beragam sehingga menjadi alat pembayaran yang jaman sekarang. Ini yang kita harapkan akan diluncurkan dalam satu hingga dua bulan ke depan dalam platform LINK.
(roy/roy)
Pages
Most Popular