Special Interview

Hadapi Disrupsi Digital, Bank Harus Jadi Fintech

Tim CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
19 February 2018 07:02
Satelit BRI sebagai benefit leader
Foto: CNBC Indonesia/Fitri Said
Berapa besar efisiensi yang dihasilkan dari digital banking?

Mestinya iya, channel fisik kita akan berkonsolidasi ada beberapa fungsi yang tidak perlu lagi terlibat. Beberapa kantor yang berdekatan bisa dipadukan. Ada efisiensi dalam bentuk orang yang dikurangi, listrik yang digunakan dan lainnya. Semua dilakukan secara bertahap.

Pernah dihitung berapa efisiensinya?

Aspirasinya ada penurunan hingga 14% dari total beban. Ini mulai dari konsolidasi kantor dan lainnya. Tetapi yang lebih penting value (nilai) yang diciptakan. Nilainya yang terciptakan akan lebih besar dengan biaya yang lebih rendah karena orang tetap harus dikelola. Penurunan tidak cepat, secara bertahap.

Perlu diingat segmen mikro memiliki biaya yang tinggi dengan digitalisasi diharapkan akan terjadi perubahan apalagi penetrasi smartphone sudah tinggi pada segmen ini. Banyak orang-orang yang ada di segmen mikro sebenarnya sudah punya smartphone.

Bagaimana dengan produk-produk yang ada saat ini. BRI sudah kembangkan banyak produk?

Sekarang nasabah sudah pindah ke smartphone. Kalau ATM pada akhirnya hanya untuk ambil uang. Selebihnya seluruh aktivitas dan transaksi perbankan ada di smarphone nasabah. Karena itulah, ATM Bank BUMN dikonsolidasikan.

Di era digital ini semuanya juga galau, bukan hanya BRI. Mana yang pasti tidak ada yang tahu. Kita hanya punya mainset memberikan yang terbaik. Untuk itu kita harus berpikiran terbuka, kolaborasi, mempelajari budaya sama kreatif.Jika punya ini menurut saya tak perlu khawatir pada era digital. Jangan merasa sudah bagus, harus selalu belajar, kolaborasi dan kreatif. Jadi kita merasa apa lagi ini, apalagi ini, apalagi ini.

satelit itu benefit leader bukan revenue leader. Revenue dapat dari bisnis utama dengan memberikan layanan yang lebih prima.Indra Utoyo
Untuk menjembatani ini dibutuhkan culture (budaya). BRI mementingkan culture mainset untuk menghadapi ini. Dengan ini semua kami akan selalu mampu memberikan produk dan layanan yang fit dengan konsumen kami.

BRI punya satelit. Banyak yang bertanya untuk apa dan bagaimana memonetisasinya?

BRI bank yang hadirnya sampai ke dalam, penetrasinya sampai ke pulau terluar Indonesia, satelit sangat cocok untuk BRI dalam melayani dengan cepat. Ada beberapa hal manfaatnya satelit ini. Pertama, kehadiran cukup luas. Kita punya kepastian yang namanya bandwitch sampe 15 tahun kedepan kita sudah punya.

Kedua, bagaimana bisa improve costumer experience (meningkatkan pengalaman nasabah). Dengan punya satelit sendiri itu minimal per kantor bandwitch 1MB jadi mestinya bisa melayani dengan cepat, jadi ada kebutuhan, pelayanan tidak lemot.

Ketiga, fleksibilitas. Jika ingin melayani segera buka layanan di suatu tempat terpencil bisa segera dilakukan. Jadi ini fleksibilitas dan efisiensi. Satelit itu asalkan dia bisa melihat ke langit saja sudah bisa terkoneksi.

Keempat, efisiensi. Antara punya satelit dan mengoperasikan satelit dua hal berbeda.Kita oke punya satelit tetapi mengoperasikan satelit itu yang akan kita lakukan dengan cara-cara yang efisien dengan best practice. Kita kelola service dengan para ahli bukan kita sendiri.

Satelit tidak boleh disewakan. Ini izinnya tertutup. Kalau menghasilkan uang bukan dari menyewakan satelit tetapi peningkatan layanan yang ditunjang oleh satelit. Jadi satelit itu benefit leader bukan revenue leader. Revenue dapat dari bisnis utama dengan memberikan layanan yang lebih prima. Hal sudah terlihat dari adanya satelit ini adalah adanya peningkatan layanan 25% pada credit scoring.

Kenapa sekarang BRI dan bank lain fokus pada costumer experience (pengalaman konsumen)?

Jadi begini hidup kita itu susah karena adanya smartphone. Waktu belum ada smartphone kita tidak ada smartphone kita tidak pusing dengan costumer experience. Dalam era digital sekarang costumer experience merupakan hal yang kritikal, banyak produk yang tidak digunakan konsumen bukan karena jelek tetapi karena ribet. 

Dulu sebelum lahirnya facebook ada friendster, tidak jauh berbeda fungsi keduanya, karena perbedaan sedikit namanya relative advantage. Begitu ribet tidak dipakai. Sekarang itu prinsipnya fail fast and cheap. Bagaimana cepatnya gagalnya dengan biaya yang murah sehingga kita dapat dengan cepat juga melakukan pembenahan dan perbaikan produk dan berlayanan sesuai kebutuhan konsumen dan cepat.
(roy/roy)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular